- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Renungan Akhir Tahun: Ego vs Simpati


TS
approve.cc
Renungan Akhir Tahun: Ego vs Simpati
Quote:


Quote:

Akhir tahun. Biasanya identik dengan menunggu jam 12 malam. Biasanya juga identik dengan gemerlapnya kembang api yang menghias langit malam menandakan tahun sudah berganti. Di saat itulah, kita bersuka cita menatap tahun baru dengan segenggam harapan, sejumput asa dalam benak kita. Ya, pokoknya tahun baru selalu identik dengan kegembiraan semua umat manusia di muka bumi ini.

Namun, bayangkan jika kebahagiaan saat pergantian tahun itu terganggu oleh sebuah berita duka seperti gambar di atas. Ya, kecelakaan pesawat Air Asia QZ 8501 yang terjadi pada hari Minggu kemarin agak mengusik hingar bingar tahun baru. Ketika pertama kali saya mendengar berita kecelakaan pesawat ini, saya sedang berada dalam perjalanan menuju Jembatan Suramadu. Travelling saya Minggu kemarin itu sedikit terusik dengan berita tersebut di radio yang menyala di mobil sepanjang perjalanan. Bahkan, sampai pulang pun beritanya masih seputar kecelakaan tersebut. Waktu mau tidur, terlintas pikiran begini, “Kecelakaan ini kan pas udah mau akhir tahun. Apa nggak ngganggu nanti yang mau tahun baruan? Atau yang nanti tahun baruan mungkin bersimpati sama korban-korbannya?”. Saat itulah saya baru kepikiran tentang tahun baru yang terusik dengan insiden kecelakaan Air Asia ini.
Saya sudah menebak apa yang akan terjadi pada saat-saat seperti ini. DILEMA! Ya, kita akan terjebak pada dua pilihan yang sulit. Apakah kita akan tetap berpesta merayakan pergantian tahun atau kita akan bersimpati pada mereka yang menjadi korban kecelakaan dengan tidak merayakan tahun baru? Saya juga sudah bisa menebak bagaimana reaksi mereka-mereka yang memilih satu dari dua pilihan tersebut.
Bagi mereka yang bersikukuh tetap akan merayakan tahun baru, barangkali akan ada suara-suara sumbang yang berkomentar. Ya, tahu sendiri lah komennya bagaimana. Yang dibilang nggak peka, yang dibilang acuh sama saudara sebangsanya yang kena musibah, yang nggak punya kasihan lah, dll. Sebaliknya, mereka yang memilih tidak merayakan tahun baru dengan alasan respect pada mereka yang tertimpa musibah mungkin akan mendapat komentar yang sumbang juga. Misalnya, yang dibilang aneh lah, yang dibilang sok respect lah, yang dibilang sok simpati lah, dan masih banyak lagi. Mungkin juga di antara mereka yang rela membatalkan pesta tahun baru ada yang berpikir, “Kenapa sih kecelakaannya harus sekarang pas mau tahun baru? Kenapa nggak tahun depan aja?”. Ada juga yang mungkin berpikir begini, “Yah, udah disiapin jauh-jauh hari, eh tau-tau dibatalin cuma gara-gara ada kecelakaan pesawat. Rugi deh, nyiapin kembang apinya, nyiapin makanan sama minumannya juga, rugi banyak deh pokoknya.”. Intinya, maju kena mundur kena.
Nah, terus gimana? Masa tahun baruan nggak ada kembang apinya? Masa harus nunggu tahun depan lagi? Banyak suara sumbang yang terdengar begitu. Menjawab pertanyaan yang, mohon maaf, terdengar menyakitkan bagi mereka yang tertimpa musibah, begini jawaban saya. Memang tidak salah kok mengadakan pesta tahun baru, apalagi dimeriahkan oleh kembang api. Tapi, coba pikirkan. Kalau kita ada di pihak yang tertimpa musibah seperti kecelakaan pesawat Air Asia ini, sementara orang lain tidak mau bersimpati pada kita dan malah tetap berpesta kembang api merayakan tahun baru. Apa yang kita rasakan? Sakit, kan? Sakit karena tidak ada yang mau memperhatikannya, kan? Sakit karena mereka tertawa di atas kesedihan kita, kan? Coba renungkan.
Lagipula, tahun baru akan lebih bermakna kalau kita mengisinya dengan kegiatan yang bermakna juga, seperti doa bersama atau renungan bersama. Bahkan, kalau kita mengisinya dengan berbagi sebagian rezeki kita dengan kaum dhuafa, juga lebih bermakna karena kita menutup tahun dan mengawali tahun yang baru dengan berbagi kebahagiaan hidup dengan mereka yang membutuhkan uluran tangan kita yang ‘di atas angin’. Lebih baik seperti itu, kan? Daripada membuang uang untuk membeli kembang api banyak dan hanya untuk diledakkan jam 12 malam dan hanya beberapa menit, paling banter cuma setengah jam doang. Bagi Anda yang ingin kehidupannya di tahun depan lebih baik lagi, cobalah untuk merenungkan semua yang sudah Anda lakukan selama setahun ini. Apa yang masih kurang? Apa yang masih harus dibenahi? Apa yang harus ditingkatkan lagi? Dan banyak lagi yang dapat kita renungkan di malam tahun baru. Bukankah kita menatap tahun baru dengan optimisme dapat meraih keinginan kita? Bukankah pula kita menginginkan dream come true di tahun baru? Tentunya mimpi yang baik.
Saya sadar, bahwa antara ego setiap orang dengan rasa kemanusiaan akan selalu bertarung, terutama di saat seperti ini. Setiap orang, termasuk saya, tidak akan bisa menghindari pertarungan tersebut, karena pertarungan tersebut adalah pertarungan batin. Saya juga sadar, setiap pilihan selalu mengandung resiko, apapun bentuknya. Opini saya di atas murni opini saya pribadi, murni dari apa yang saya lihat dan saya rasakan. Silakan kalau setuju. Tidak setuju pun ya monggo. Kalau mau berkomentar ya silakan. Pintu terbuka lebar untuk Anda para pembaca sekalian. Salam!
Quote:
Diubah oleh approve.cc 31-12-2014 15:09
0
3.4K
Kutip
16
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan