Quote:
Cuaca buruk diprediksi sejumlah pakar sebagai salah satu faktor penyebab hilangnya pesawat maskapai AirAsia dengan nomor penerbangan QZ8501, yang bertolak dari Bandara Juanda di Kabupaten Sidoarjo menuju Bandara Changi, Singapura, Minggu (28/12/2014).
QZ8501 hilang kontak di sekitar Belitung Timur dan Kalimantan sekitar pukul 06.17 WIB. Seperti apa cuaca ketika itu?
“Ada awan kumulonimbus atau awan Cb, yang terbentuk karena pertemuan massa udara dari timur laut dan tenggara,” ucap Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Heru Djatmiko di Jakarta.
“Tapi saya tidak bilang pesawat hilang karena awan Cb, bisa saja karena hal lain,” sambung dia.
Terdapat tiga fase pertumbuhan awan Cb. Pertama fase pertumbuhan, kedua matang dan terakhir mati.
Fase pertama adalah fase dimana angin bergerak ke atas. fase kedua adalah fase saat massa udara berubah menjadi air. Selain ada pergerakan ke atas, terdapat pula pergerakan ke bawah.
Sementara fase terakhir atau fase mati, sudah tidak ada pasokan udara lagi dari bawah, sehingga semua massa air turun ke bawah.
Lantas, seperti apa karakteristik awan Cb? Heru menegaskan semua pilot harus menghindari awan Cb karena sangat berbahaya. “Awan Cb sifatnya menyebabkan turbulensi (guncangan) kuat di dalam awannya itu sendiri,” tutur Heru.
“Awan ini masih ada sampai 40 ribu kaki ke atas,” tambah dia, menangggapi informasi pilot QZ8501 yang meminta izin menaikkan pesawatnya ke ketinggian 38 ribu kaki.
Untuk menghindari kejadian tak diinginkan, Heru mengimbau semua pilot di Tanah Air untuk memantau kondisi cuaca di situs BMKG. “Di situ tersaji lengkap data-data cuaca,” kata Heru.
QZ8501 membawa 155 penumpang, yang terdiri dari 138 orang dewasa, 16 anak-anak dan seorang bayi. Sedangkan kru pesawat terdiri dari dua pilot, empat awak kabin dan satu teknisi.
AirAsia mengonfirmasi adanya tujuh warga negara asing yang berada di QZ8501. Saat ini pencarian oleh petugas gabungan di sekitar Belitung dan Kalimantan masih berlangsung.
Sumber :
http://news.metrotvnews.com/read/201...n-kumulonimbus