Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

eCIPUTRA.comAvatar border
TS
eCIPUTRA.com
Eileen Parker: Autisme Tak Halangi Tekadnya Jadi Entrepreneur


Kondisi mental yang ‘istimewa’ tidak membuat Eileen Parker (48) menjadi terkekang dalam mencapai potensi maksimalnya. Terlahir dengan autisme yang gejalanya sudah terasa sejak kecil, ia tidak mundur dari cita-citanya menjadi seorang entrepreneur.

Kesulitan berkomunikasi dan membentuk hubungan dengan orang lain di sekitarnya dan menggunakan bahasa dan konsep-konsep abstrak telah Eileen rasakan sejak masa kanak-kanak.

Namun, Eileen belum sadar bahwa dirinya menderita autisme. Baru enam tahun lalu, ia menyadari bahwa dirinya telah hidup dengan autisme.

Ia lahir di Kanada dan sejak belia dikenal memiliki kesulitan dalam berbicara. Hingga usia 5 tahun ia baru bisa mengucapkan kata-kata.

Setelah beranjak dewasa, Eileen merasakan dirinya sukar menjalani pekerjaan layaknya orang lain. Ia menemukan dirinya kesulitan saat diharuskan melakukan pekerjaan kantor, dari duduk di kursi, menggunakan komputer hingga memahami suara di lingkungan yang gaduh. Saat ia akhirnya ditunjukkan diagnosisinya, ia merasa seperti ada beban yang diangkat dari pundaknya selama ini.

Dengan diagnosis autisme, wanita yang kini tinggal di Minneapolis itu lebih memahami dirinya. Ia juga mengaku belajar banyak bahwa di samping autisme, ia memiliki Kelainan Pemrosesan Sensorik, yang artinya bahwa masukan ke otaknya tidak bisa diproses secara normal.

Namun tahun 2008, Eileen mengalami kejadian yang monumental. Saat itu ia merasa terpuruk karena karirnya stagnan dan bahkan mengecewakan.

Merasa tidak cocok bekerja di kantor biasa, Eileen memutuskan berbisnis sendiri. Ia mendirikan sebuah usaha yang unik . Setelah beberapa tahun didiagnosis, ia berkonsultasi dengan terapis. Sebagai salah satu bagian sesi terapinya, sang terapis memberikannya sebuah selimut khusus.

“Saya merasa nyaman begitu ia memberikan selimut itu pada tubuh saya,” ujarnya.

Ia mengatakan bahwa selimut itu bekerja pada sistem sensorik tubuh dengan memberikan masukan sensorik sehingga akan terasa ada sensasi di tubuh yang unik. Efeknya positif, merilekskan pasien dalam 3-5 menit. “Saya belum pernah mendengarnya. Selimut itu menyingkirkan semua tekanan jiwa saya.”

Parker was so taken by the blanket’s effect on her that she looked into buying her own. Her research revealed that most weighted blankets are homemade, which sparked the idea of starting her own commercial medical blanket company.

“I wanted to make a blanket soft enough for people with sensory issues, so I went through the patent process, worked with professional sewers, hired a few people, and founded Cozy Calm,” she says.

Bisnis Eileen dinamai “Cozy Calm”. Ia menjual secara daring suplai untuk toko-toko medis dan rumah sakit. Menurutnya perusahaan miliknya itu sudah tumbuh dari penjualan 28 ribu dollar di tahun 2010 menjadi lebih dari 100 ribu dollar di tahun 2011. Kini angkanya mencapai tiga kali lipat dari itu.

Sebagaimana Anda bisa bayangkan, bersamaan dengan keberhasilan Eileen dalam bisnis, datang pula banyak tantangan karena kondisinya sebagai penderita autisme.

“Saya memiliki kelemahan tersembunyi yang Anda tak bisa lihat, yang artinya orang tak tahu bagaimana menghadapinya,” ungkap Eileen. “Saya harus mengedukasi staf saya mengenai bagaimana otak saya bekerja.”

Isyarat-isyarat sosial sangat susah dipahami Eileen. Ia kesulitan dalam memahami makna percakapan atau memecahkan makna yang sebenarnya dalam sebuah pernyataan saat tidak jelas dalam percakapan. Ia juga berjuang mengutarakan perasaannya secara verbal.

Ia memiliki staf khusus yang mengamati gerak geriknya dan begitu kondisi autisme Eileen memburuk, sang staf bernama Sandy itu akan membantunya mengatasi situasi yang ada. “Ia tahu dari tindak-tanduk saya bahwa saya benci ruangan itu tetapi tak bisa mengatakannya sehingga ia mengajak kami keluar dari ruangan itu.”

Eileen mengatakan secara terbuka bahwa dirinya tak selalu berhadapan dengan kondisi autisme dengan baik. “Proses belajarnya masih panjang dan tak akan pernah berakhir,” terangnya.

Mengenai tantangan dalam berbisnis bagi penderita autisme, Eileen mengatakan bahwa bersikap berani dan percaya pada semangat entrepreneurial dan komponen-komponen kunci adalah yang terpenting.

“Saya begitu ketakutan bahwa orang tak akan menerima saya, tetapi saya menemukan bahwa orang sebenarnya sungguh-sungguh tulus memberikan dukungan,” tukasnya.

Eileen pun menyarankan entrepreneur-entrepreneur dengan autisme berkomunikasi dan berbincang dengan entrepreneur lain yang juga memiliki autisme sehingga akan ada banyak hal yang dapat dipelajari dari mereka. Ia menemukan jumlah entrepreneur dengan autisme ternyata lebih banyak daripada yang kita kira. (Akhlis)

sumber
0
671
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan