- Beranda
- Komunitas
- Food & Travel
- Domestik
Perjalanan Gedung Kesenian Jakarta, Dari Pondok Bambu Hingga Gedung Mewah


TS
likasatu
Perjalanan Gedung Kesenian Jakarta, Dari Pondok Bambu Hingga Gedung Mewah

Menurut Alexander Baum Garton, seni adalah keindahan dan seni adalah tujuan yang positif menjadikan penikmat merasa dalam kebahagiaan. Kebahagiaan itupula yang selalu dihadirkan oleh Gedung Kesenian Jakarta dalam setiap acara kesenian yang diselenggarakannya. Para seniman baik dalam ataupun luar negeri sering mengadakan pertunjukan seni di tempat ini. Seperti yang baru-baru ini adalah Didiet Violin Group yang bertajuk “Just a Matter of Time”.

Sejak diresmikan pertama kali pada 27 Oktober 1814, fungsi dari gedung kesenian ini tidak berubah yaitu sebagai tempat hiburan dan pertunjukan. Yang mengalami perubahan hanyalah bangunan fisiknya saja. Gedung kesenian ini dibangun pertama kalinya pada masa penjajahan bangsa Inggris di Pulau Jawa. Di bawah pimpinan Gubernur Sir Stamford Raffles, gedung kesenian yang memiliki kapasitas 250 orang inipun didirikan, mengingat pada saat itu tentara Inggris belum mempunyai tempat hiburan. Bangunannya kala itu masih terbuat dari bambu, lebih mirip seperti sebuah pondok. Meskipun demikian, tujuannya sebagai gedung yang menghibur tentara Inggris itupun tercapai.
Kemudian bangunan ini sempat dihancurkan dan dibangun kembali oleh Belanda ketika masa penjajahannya. Bentuk bangunan yang didirikan oleh Belanda inilah yang sampai sekarang masih berdiri kokoh. Namanya adalah “Schouwburg” (Gedung Teater dalam bahasa Belanda). Schouwburg sebagai gedung teater memenuhi syarat dengan arsitektur Roccoco dan gaya Neo Yunani yang populer pada masa itu dan dibuka secara resmi pada bulan Desember 1821. Selama lebih dari 100 tahun Schouwburg menjadi teater untuk pementasan-pementasan kesenian.

Gedung yang berpenampilan mewah ini pernah juga digunakan untuk beberapa peristiwa penting seperti pada tahun 1926 sebagai lokasi Kongres Pemuda yang pertama, tanggal 29 Agustus 1945 sebagai tempat Presiden RI pertama Ir. Soekarno meresmikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) dan kemudian beberapa kali sebagai tempat bersidang. Selain itu pernah juga dipakai oleh Universitas Indonesia sebagai Fakultas Ekonomi & Hukum pada tahun 1951 dan sekitar tahun 1957-1961 digunakan sebagai Akademi Teater Nasional Indonesia (ATNI). Kemudian pada tahun 1968 GKJ sempat dikontrakkan kepada perusahaan film bioskop “Diana” dan Bioskop “City Theater” tahun 1969. Dengan disewakannya GKJ tersebut otomatis semua kegiatan kesenian dipindahkan ke Taman Ismail Marzuki (TIM).
Baru pada akhirnya tahun 1984 GKJ dikembalikan fungsinya sebagai Gedung Kesenian berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta No. 24 tahun 1984. Selanjutnya gedung ini direnovasi dan diresmikan pada 5 September 1987 oleh Gubernur DKI Jakarta R. Suprapto dengan menggunakan nama Gedung Kesenian Jakarta.

Kini GKJ Sebagai tempat pertunjukan seni memiliki fasilitas yang bagus dan memadai, diantaranya ruang pertunjukan berukuran 24 x 17.5 meter dengan kapasitas penonton sekitar 475 orang, panggung berukuran 10,75 x 14 x 17 meter, peralatan tata cahaya, kamera (CCTV) di setiap ruangan, TV monitor, ruang foyer berukuran 5,80 x 24 meter, ruang rias serta fasilitas outdoor berupa electric billboard untuk keperluan publikasinya. Sedangkan untuk pencapain dan prestasi yang telah didapat diantaranya meraih penghargaan Adikarya Wisata tiga tahun berturut-turut sejak tahun 1995 hingga 1997.
Gedung Kesenian Jakarta terletak di Jalan Gedung Kesenian 1 Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat. Untuk menjangkaunya dapat menggunakan bus Transjakarta koridor 2 jurusan Pulogadung – Harmoni.
0
3.8K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan