

TS
kangrossi
6 Penyakit Mematikan yang Menjadi Momok di 2014







Quote:
Penyakit menjadi ancaman bagi manusia untuk bertahan hidup. Apalagi jika penyakitnya termasuk penyakit baru atau belum ditemukan obat yang tokcer untuk mengatasinya. Namun penyakit apapun sebaiknya tidak diremehkan.
Nah, berikut ini enam penyakit mematikan yang paling sering dibicarakan sepanjang 2014 karena ancamannya yang tidak berkesudahan
Nah, berikut ini enam penyakit mematikan yang paling sering dibicarakan sepanjang 2014 karena ancamannya yang tidak berkesudahan


Spoiler for Satu:
EBOLA
Penyakit virus Ebola (EVD) merupakan demam berdarah viral dan merupakan salah satu penyakit akibat virus yang paling mematikan bagi manusia. Virus ini pertama kali muncul pada tahun 1976 saat terjadi wabah di Zaire dan Sudan. Strain Ebola yang pecah di Zaire memiliki salah satu tingkat fatalitas kasus tertinggi dari virus patogen manusia, sekitar 90 persen.
"Virus ini dinamai lembah Sungai Ebola di Republik Demokratik Kongo (dulunya Zaire), yang secara dekat situs pecahnya diakui pertama pada tahun 1976, sebuah rumah sakit misi yang dijalankan oleh biarawati Flandria," terang Kepala Balitbangkes, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, beberapa waktu lalu.
Virus Ebola ditularkan melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh, dan jaringan orang yang terinfeksi. Penularannya juga diduga telah terjadi pada hewan liar yang terinfeksi sakit atau mati, seperti simpanse, gorila, monyet, antelop hutan, dan kelelawar buah.
Periode inkubasi virus Ebola dapat berkisar dari 2 sampai 21 hari, tetapi umumnya 5-10 hari. Gejalanya bervariasi dan sering muncul tiba-tiba. Awal gejala antara lain demam tinggi, sakit kepala parah, sakit perut, kelemahan parah, kelelahan, sakit tenggorokan, mual, pusing, serta pendarahan internal dan eksternal.
"Gejala-gejala awal ini bisa mirip dengan malaria, demam tipus, disentri, influenza, atau berbagai infeksi bakteri lain," sambung Prof Tjandra.
Menurut data terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), wabah Ebola telah menewaskan hampir 6.200 orang, yang kebanyakan berada di Liberia, Sierra Leone dan Guinea. Dari jumlah itu, hampir 350 orang adalah pekerja medis, termasuk 106 orang di Sierra Leone. Untuk diketahui, Ebola mempunyai Case Fatality Rate sebesar 54%.
Spoiler for Dua:
MERS-CoV
Middle East respiratory syndrome coronavirus (MERS-CoV) juga merupakan penyakit mematikan yang paling sering dibicarakan pada 2014. Kasus vERS muncul pertama kali disekitar tahun 2012. MERS menyebabkan penyakit pernapasan parah dan seringnya fatal, punya gejala yang mirip dengan yang terlihat selama wabah sindrom pernapasan akut parah (SARS).
Virus MERS dapat ditularkan melalui kontak secara dekat antar orang. Meskipun demikian virus tersebut tidak mudah menyebar dan dapat dibunuh dengan bahan-bahan disinfektan. Jumlah kasus MERS di dunia tetap bertambah namun belum ada penularan antar manusia secara luas seperti saat virus SARS mewabah.
MERS menjadi perhatian Indonesia karena cukup banyak warga negara Indonesia yang bepergian ke negara Timur Tengah. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Lingkungan Kementerian Kesehatan, Mohammad Subuh, mengatakan tingginya lalu lintas masyarakat Indonesia yang berpergian ke negara timur tengah khususnya untuk umroh dan haji dapat menjadi pintu penyebaran MERS di Indonesia.
Ahli virus mengatakan hingga saat ini MERS tidak terlalu menyebar seperti SARS. Alasannya, karena penyakit ini menimbulkan batu-batuk kecil. Sebaliknya, SARS memiliki gejala bersin-bersin, sehingga menyebar lebih mudah.
Tetapi virus MERS dianggap lebih mematikan dibandingkan SARS. Gejalanya seperti demam, batuk-batuk, dan sesak nafas. Laju kematian akibat virus ini mencapai 40 persen. Disebutkan pula kalau virus MERS lebih berkembang agresif jika dibandingkan SARS.
Spoiler for Tiga:
HIV-AIDS
HIV adalah jenis virus yang mengincar sel-sel sistem kekebalan tubuh sehingga merusak imunitas. Tubuh pengidap HIV seiring berjalannya waktu akan semakin lemah dan rentan terhadap infeksi sampai pada akhirnya infeksi HIV berkembang menjadi immunodeficiency syndrome (AIDS).
Dr Poonam Khetrapal Singh, Direktur WHO untuk Asia Tenggara, mengungkap di 11 negara anggota WHO kawasan Asia Tenggara ada sekitar 3,4 juta orang hidup dengan HIV. Dari angka itu, 1,1 juta di antaranya kini telah mendapat dukungan kesehatan yang diperlukan.
Dr Poonam mengingatkan, di seluruh dunia tercatat 10 juta pengidap HIV sudah mendapat dukungan kesehatan. Namun masih ada 50 persen dari estimasi jumlah orang yang hidup dengan HIV maupun AIDS belum mendapat akses layanan atau bahkan tidak menyadari keadaannya.
Di kawasan Asia Tenggara, populasi rentan terkonsentrasi pada kelompok laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, transgender, pengguna narkoba suntik, pekerja seks, orang yang dipenjara, dan kelompok lain. Di kelompok ini, diperkirakan 50 persen tidak mengetahui status HIV mereka.
Sementara itu data yang dimiliki Kemenkes menunjukkan bahwa infeksi HIV tertinggi terjadi pada kelompok usia produktif, yakni umur 25-49 tahun dengan persentase 69 persen. Kelompok umur selanjutnya adalah dewasa muda dengan usia 20-24 tahun, dengan persentase 17,2 persen.
Sementara itu, persentase AIDS tertinggi ada di kelompok umur 30-39 tahun dengan persentase 42 persen. Diikuti dengan kelompor umur 20-29 tahun di angka 36,9 persen. Artinya, mereka yang terinfeksi pada HIV pada usia 20-an bisa menjadi tidak produktif dalam waktu 10 hingga 20 tahun.
Jika jumlah korban dari penyakit menular diperingkatkan, HIV dikatakan oleh WHO adalah penyakit menular yang paling banyak korbannya. Sejauh ini sekitar 39 juta orang telah meninggal terkait dengan HIV dan 1,5 juta di antaranya meninggal pada tahun 2013. Jumlah korban tersebut masih jauh lebih banyak bahkan bila dibandingkan dengan virus lainnya seperti Ebola yang kini tengah menggemparkan dunia. Jumlah kematian akibat Ebola di seluruh dunia kini diperkirakan mencapai 7.000 orang.
HIV yang menyebabkan AIDS dapat ditularkan lewat darah dan air mani. Tidak ada obat penyembuh untuk infeksi ini, tetapi AIDS dapat dicegah selama bertahun-tahun dan penyebaran dapat dibatasi dengan campuran obat antiretroviral (ARV).
Obat ini yang menjadi kunci keberhasilan penanggulangan HIV-AIDS. Lembaga bantuan dari Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), UNAIDS, mengatakan pada Juni 2014 obat ARV berhasil diakses oleh 13,6 juta orang dengan HIV. Jumlah tersebut merupakan lompatan besar dibandingkan dengan 5 juta orang yang menerima ARV di tahun 2010.
Spoiler for Empat:
Tuberkulosis
Indonesia berada di peringkat keempat sebagai negara yang paling banyak terjangkit tuberkulosis (TB atau TBC) di dunia. Infeksi TB menular melalui droplet atau bercak dahak yang keluar saat batuk, bersin atau bahkan berbicara. Pengobatan rutin selama 6 bulan bisa menyembuhkan infeksi, namun kadang membutuhkan waktu lebih lama.
Pada tahun 2013, sekitar 360.000 kematian akibat TBC terjadi di antara orang yang memiliki HIV. Angka kematian tersebut merupakan seperempat dari 1,5 juta total kematian yang berkaitan dengan HIV pada tahun tersebut.
Yang kini perlu diperhatikan adalah meningkatnya kasus Multi Drug Resistance Tuberculosis (MDR-TB). MDR-TB merupakan penyakit TB yang telah kebal terhadap beberapa jenis obat, sehingga pengidapnya harus mengonsumsi obat TB lini II. Pengobatan dengan obat lini II membutuhkan waktu lebih lama dan harganya pun jauh lebih mahal. MDR-TB butuh pengobatan selama 19-24 bulan.
Resistensi atau kekebalan terhadap obat TB muncul antara lain karena ketidakpatuhan menjalani pengobatan. Terkadang, pasien berhenti berobat saat merasa gejalanya sudah membaik. Padahal saat itu belum tentu kumannya mati. Kuman yang tidak benar-benar mati akan membentuk kekebalan ketika pengobatan dihentikan.
Organisasi kesehatan dunia, WHO memiliki visi untuk menanggulangi pasien TB yang dicanangkan akan terpenuhi pada tahun 2050, yaitu Zero Death, Zero Disease, Zero Suffer. Strategi yang dilakukan WHO dalam mengurangi jumlah penderita MDR yaitu memperkecil jumlah kesalahan diagnosa awal pada pasien.
"Terdapat 3 juta kasus kesalahan diagnosa di beberapa negara Asia," kata Christopher Raymond, Konsultan USAID.
Spoiler for Lima:
Malaria
Malaria adalah salah satu penyakit endemik di daerah tropis. Jika tidak ditangani dengan baik, pasien malaria bisa meninggal. Penyakit ini disebabkan oleh parasit yang dibawa oleh nyamuk anopheles betina. Pada 2012, WHO menyebut malaria mengakibatkan kematian pada 627 orang. Daerah yang paling parah adalah di Sub-Sahara Afrika. Di mana 90 persen kasus kematian akibat malaria terjadi di daerah tersebut.
Bisa jadi tingginya angka kasus kematian akibat malaria di Afrika disebabkan oleh resistensi atau kekebalan kuman terhadap obat malaria. Sedangkan resistensi baru muncul ketika penyalahgunaan obat-obatan di negara ini cukup marak.
Beruntung Kementerian Kesehatan memastikan bahwasanya kasus malaria di Indonesia masih belum pada tahapan resistensi. Kepala Balitbangkes, Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan di Indonesia, belum ditemukan masalah resistensi terhadap obat anti malaria lini pertama yaitu artemisinin, seperti yang ditemukan di sejumlah negara tetangga: Kamboja, Thailand, Vitenam dan Myanmar.
"ACT (Artemisinin Combination Therapy) hingga kini dipastikan masih efektif untuk mengobati malaria di Indonesia. Obat malaria yang sudah resisten di Indonesia adalah Klorokuin, dilaporkan oleh seluruh provinsi Indonesia pada tahun 2003. Obat ini sudah tidak digunakan lagi di Indonesia," imbuh Prof Tjandra dalam keterangannya kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Spoiler for Enam:
Kanker
Kanker
Kanker merupakan salah satu penyakit yang dari tahun ke tahun selalu mengancam penduduk Bumi. Organ tubuh manapun bisa dihinggapi sel kanker, seperti payudara, paru-paru, rahim, mata, tulang, dan bahkan darah.
Gaya hidup tidak sehat seperti kurang berolahraga dan asupan makanan tidak sehat ditengarai memicu munculnya kanker. Rokok juga dituding sebagai penyebab kanker, bukan hanya si pengisap rokoknya tapi risiko tinggi juga dihadapi perokok pasif. Dikabarkan, WHO menyebut sepanjang 2012 sekitar 14,1 juta kasus baru kanker di dunia muncul. Jutaan orang pun meninggal akibat penyakit ini.
Kerap kali kanker muncul tanpa gejala, dan baru diketahui saat stadium sudah cukup tinggi. Karena itu, selain kampanye untuk melakukan gerakan hidup sehat, digalakkan pula deteksi dini kanker. Misalnya untuk kanker payudara, deteksi dini bisa dilakukan melalui periksa payudara sendiri (sadari), mammografi, atau USG payudara.






Demikian yang dapat TS share kali ini.
Semoga bermanfaat bagi kita semua.

0
5.3K
Kutip
19
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan