Alasan Kenapa Mahasiswa Jurusan Sastra Bisa Jadi Pacar yang Istimewa
TS
Jumper24
Alasan Kenapa Mahasiswa Jurusan Sastra Bisa Jadi Pacar yang Istimewa
FIRST THREAD !!!
Ini adalah trit pertama TS di forum ini, saya mau sedikit curhat atau sharing tentang anak jurusan sastra. Kebetulan TS juga kuliah di jurusan sastra, tepatnya jurusan sastra inggris. Mungkin kebanyakan yg ada dipikiran agan/aganwati ketika melihat tulisan "sastra" kebanyakan dari kalian akan langsung menuju ke karya-karya lama, desain, puisi, drama dan lain sebagainya, tapi di dalam thread ini, TS akan mencoba melihat sisi lain dari anak jurusan sastra. Cekidooottt
Spoiler for 1. Anak Sastra Terkenal Dengan Karakter Yang Easy Going:
Kurang easy going gimana coba? Di kampus Sastra, kamu bakal sering ketemu mereka yang kuliah cuma pakai kaos oblong, jeans belel, sama sendal jepit. Vespa sama motor-motor tua juga sering terlihat di parkiran Sastra. Bukan cuma penampilannya yang easy going, sikap dan cara berpikir mereka pun gak kalah woles. Baca puisi di depan kelas atau latihan drama di halaman kampus sampai dikira orang gila? Udah biasa! Mendadak ujian esai Sejarah Kesusastraan yang hafalannya amit-amit? Santai, pasti bisa!
Tapi, sikap dan penampilan yang easy going gak lantas menjadikan mereka pribadi yang seenaknya atau gak punya perhitungan. Justru mereka adalah para pemikir-pemikir ulung yang bisa taktis dalam menghadapi masalah. Lah, gimana tuh maksutnya? Percaya aja deh bahwa keakraban mereka dengan buku-buku Sastra sudah cukup menempanya jadi pribadi yang kritis, gak malas mikir, dan selalu penuh perhitungan dalam membuat keputusan
Quote:
“Anak Sastra emang nyantai; bisa ke kampus pakai kaos oblong, sendal jepit, sama naik Vespa butut. Tapi, bukan berarti kita orang-orangnya males mikir atau seenaknya, lho!” Arif, Alumni Sastra Inggris UNS
Spoiler for 2. Jangan Kira Kuliah Mereka Santai: “Sastra Itu Keras, Bung!”:
Meskipun terlihat “selow-selow aja”, kuliah di Sastra gak bisa dibilang sederhana. Dalam satu semester, mereka bisa menempuh sekian mata kuliah yang hanya menyisakkan kata”LELAH”! Tugas hari ini merangkum seri bukunya Chomsky, besok latihan baca a-i-u-e-o buat ujian Fonologi, lusa siap-siap “mengarang indah” bikin paper Kajian Puisi. Minggu depan harus selesai baca novel setebal 500 halaman dan analisanya. Nah lho!
Dunia akademik di Fakultas yang tampak “adem ayem” ini memang sebenarnya keras. Mahasiswa Sastra dipaksa rajin-rajin membaca dan pintar mengolah kata. Satu paragraf puisi misalnya, harus bisa dianalisa hingga menghasilkan berlembar-lembar tulisan. Saat teori yang digunakan ternyata tak tepat, dosen pun bisa dengan kejam memberi nilai C. Gimana gak dapat C kalau tulisanmu lebih mirip hasil karangan orang mabuk. HEHEHE. Kalau dia gak cukup gigih dan pantang menyerah, pindah jurusan atau berhenti kuliah mungkin sudah jadi pilihan.
Spoiler for 3. Bersama Mereka, Kamu Bisa Belajar Untuk Tak Terlalu Peduli Pada Anggapan Orang:
Mereka sering dibilang “cupu”, dianggap gak keren, bahkan dapat predikat introvert dan membosankan. Iya sih, mereka memang sering terlihat duduk sendirian sedang menulis sesuatu (baca: tugas bikin puisi). Mereka juga bisa kamu temukan di balik jajaran rak-rak buku di perpustakaan (disuruh dosen cari buku Sastra keluaran tahun 1900 sekian…HAHA). Kadang, mereka nekat makan di kantin sambil baca buku tebal (siap-siap mau ujian Teori Sastra) sekalipun yang lain sedang ngobrol dengan serunya.
Meskipun sadar dirinya jadi bahan pembicaraan, toh dia tetap asyik dengan “dunianya” sendiri. Baginya, anggapan-anggapan orang gak harus melulu didengar. Nah, ini lho yang bisa jadi resep hubungan yang langgeng. Sekalipun teman-temannya berprasangkan buruk tentangmu atau meragukan hubungan kalian, toh dia santai saja. Yang pasti, dia lebih percaya pada kata hati dan keyakinan dirinya sendiri.
Spoiler for 4. Karena Sastra Bukan Ilmu Pasti, Dia Pun Terdidik Jadi Pribadi yang Luwes dan Berpikiran Terbuka:
Sastra gak seperti Matematika, Fisika, atau Kimia. Dunia Sastra gak mengenal rumus-rumus yang saklek seperti 1+1 pasti sama dengan 2. Pemahaman karya-karya Sastra mengajarkan mahasiswa bahwa gak ada kesimpulan yang mutlak – benar atau salah itu relatif. Frasa “mawar berduri” dalam sebuah puisi bisa diartikan bunga mawar yang sesungguhnya, perumpamaan dari wanita yang cantik tapi hatinya jahat, atau metafora untuk dosa yang gak boleh dilakukan manusia. Ya elah, selama punya alasan-alasan yang logis, apapun argumenmu dianggapnya sah-sah saja.
Yup, mahasiswa Sastra bukan pribadi kaku yang melihat masalah hanya dari satu sudut pandang saja. Saat kalian berselisih, dia pasti mau mendengar penjelasan-penjelasanmu terlebih dahulu. Ketika kalian sedang berbeda pendapat, dia gak akan memaksakan inginnya. Jika dirasa usulmu lebih baik, dia juga gak keberatan memilih setuju saja.
Nah, tipe pasangan yang seperti ini lho yang bikin hubungan pacaran “aman”. Gak banyak drama, gak sering cekcok, pokoknya “adem ayem” berdua…
Spoiler for 5. Mereka Adalah Orang-Orang Unik yang Bisa Menikmati Hidup dengan Caranya Sendiri:
Mahasiswa Sastra memang layak menyandang predikat unik. Gimana gak unik? Mereka bisa menikmati hidup dan bahagia dengan caranya sendiri. Baca novel di teras kamar, dengerin musik sambil mengamati hujan, ngopi sambil iseng-iseng bikin cerpen: banyak hal-hal sederhana yang sah jadi kegemaran mereka.
Dia yang punya karakter dan kebiasaan unik bisa jadi akan menghargai keunikanmu juga ‘kan? Menanggapi gaya busanamu yang dibilang “nerdy”, hobimu gonta-ganti warna rambut, atau kegilaanmu pada komik dan anime gak pernah jadi masalah buat dia kok. Yang pasti dia bisa menerima apa adanya dirimu.
Spoiler for 6. Ilmu Sastra Itu Luas. Bersamanya, Kamu Tak Akan Kehabisan Bahan Cerita:
Siapa bilang Sastra itu membosankan? Kata siapa Sastra cuma membahas majas dan kata-kata kiasan? Beuh, Sastra itu ilmunya luas banget! Ibarat kata, membaca karya Sastra berarti mempelajari tentang manusia dan seisi dunia. Gak percaya? Coba deh baca novel “Partikel” dari Dewi Lestari yang kental dibumbui teori-teori ilmu alam seperti klasifikasi jamur dan isu mesin waktu. Bisa juga baca novel “Pintu Terlarang” karangan Sekar Ayu Asmara yang berkaitan dengan ilmu psikologi.
Yakin deh kalau mahasiswa Sastra gak cuma kaya perbendaharaan kata, tapi isi kepala mereka juga gak kalah “kaya” kok. Mau ngobrolin ilmu-ilmu lain, perkara politik dan pemerintahan, atau gosip artis dan hal-hal sepele di lingkungan kalian, dia bisa jadi lawan bicara yang menyenangkan. Pacaran sama mahasiswa Sastra dijamin bikin kamu makin pintar dan tambah wawasan.
Spoiler for 7. Tak Perlu Terlalu Banyak Usaha. Hanya Dengan Berbincang Dengannya, Kamu Sudah Bisa Jatuh Cinta.:
Hebatnya, anak Sastra memang gak perlu berusaha terlalu keras buat terlihat menarik atau lebih cakep dari biasanya. Dia gak harus pakai baju-baju distro, potong rambut di barbershop yang lagi hits, atau pakai gadget keluaran terbaru. Sederhana aja, kadar cakepnya akan meningkat ketika dirinya asyik bercerita tentang buku yang baru selesai dibaca, kerangka novel yang kelar dibuatnya, atau soal teori Sastra hingga pemahaman filsafat.
Quote:
"Alam pikirannya kayak roller coaster. Gak akan bosen dengerin dia ngomong. Apalagi, kalau dia gak cakep-cakep amat. Hehehe…begitu dia nyerocos soal Sastra, kadar cakepnya langsung nambah!" Asni Furaida, mahasiswa S2 Sastra Inggris Belgrade University
Spoiler for 8. Penampilan Sih Biasa Saja, Tapi Soal Hati…Mereka Tetap Jawara!:
Duh…jangan bicara perkara penampilan dengan mereka. Anak Sastra biasanya cuek dan gak terlalu up-to-date soal tren baju atau gaya rambut terbaru. Anak-anak DKV dan Seni Rupa punya gaya yang slengekan tapi keren, anak Ekonomi selalu rapi dan tampak profesional, sedangkan anak Teknik lebih sering terlihat kumal tapi tetep cool dan “lakik” banget. Nah lho, kalau anak Sastra gimana? BIASA AJA! Setelan andalannya cuma jeans sama kaos oblong. Sesekali pakai kemeja kalau pas momen-momen tertentu aja. Gak pernah punya minat jalan-jalan ke mall buat sekadar update isi lemari.
But wait! Apa soal penampilan memang begitu penting buat hubungan kalian? Mana yang lebih utama, tampilan fisik atau isi hatinya? Seperti disinggung di poin pertama tadi, anak-anak Sastra paling mengerti caranya memahami perasaan diri sendiri. Dia bisa mantap memilih pasangan lantaran punya perasaan yang dalam. Perkara seberapa besar kasih sayang dan cintanya padamu, sama anak jurusan mana aja, mereka berani diadu!
Spoiler for 9. Memacari Anak Sastra Berarti Mendampingi Ia yang Kreatif dan Selalu Haus Berkarya:
Setuju gak kalau mahasiswa Sastra berhak menyandang predikat kreatif? Coba deh tengok buku-buku catatannya, blog pribadinya, atau bahkan status update dan kicauannya di media sosial. Mereka memang handal dalam menulis atau setidaknya merangkai kata-kata. Perkuliahan di Fakultas Sastra mengharuskan mereka punya kemampuan ini.
Selain itu, saking sering membaca cerpen atau novel, mahasiswa Sastra cenderung punya kemampuan imajinasi yang tinggi. Sepakat menjalin hubungan, dia pun mungkin sudah punya gambaran tentang bagaimana akan menjalani hari-hari bersamamu. Jalan-jalan ke taman, membaca satu buku berdua sambil pelukan, membuatkan puisi di hari ulang tahunmu, atau menuliskan kisah cinta kalian dalam sebuah novel? Hmmm…pacaranmu gak lagi terasa biasa kalau sama mereka. Siap-siap dibikin “meleleh” setiap hari karena rayuan mereka emang…maut! HAHAY!
Spoiler for 10. Seperti Karya Sastra yang Dibuat dengan Tujuan: Hubungan Kalian Pun Harus Punya Masa Depan:
Di Jurusan Sastra, mereka belajar bahwa setiap karya yang dihasilkan oleh penyair, penulis, atau sastrawan pastilah punya misi. Selalu ada pesan kebaikan yang ingin disampaikan penulis pada pembacanya. Bahkan, sekalipun pesan tersebut hanya tersirat atau gak terbaca dengan gamblang.
Sama halnya dengan hubungan yang dijalaninya denganmu. Di balik sikapnya yang santai, hampir pasti dia sudah punya visi yang jelas tentang masa depan hubungan kalian. Tanpa perlu mengumbar janji atau mengungkapkannya secara langsung, diam-diam dia akan merencanakan masa depannya bersamamu. Gak suka ngegombal tapi sudah punya rencana yang siap dieksekusi, masih kurang yakin sama mereka?
GImana menurut agan/aganwati ? Setujukah kalian dengan thread ini ? Bagi anak sastra atau pacarnya yang anak sastra, setujukah ? Buat yang punya anak sastra, pertahanin deh, pasti kalian gak bosen-bosen mendengar cerita cerita mereka
Coret-coret di comment buat yg punya opini lain atau saran-saran