Saat seorang entrepreneur mengecap kesuksesan dalam startupnya, kerap ia terbentur pada pertanyaan:"Haruskah saya menjual bisnis ini?"

Sebagian entrepreneur menjawab dengan mantap bahwa mereka tidak memiliki rencana untuk menjualnya, semenggiurkan apapun nilai jualnya di mata pihak lain yang berhasrat mengakuisisi. Mereka ingin bisnisnya bertahan dari generasi ke generasi, dan menjadi sebuah warisan yang dapat membuat mereka dan anak serta cucunya bangga kelak. Namun, ada juga yang berambisi dari awal untuk mendapatkan keuntungan finansial dari startupnya dalam jangka waktu tertentu dan lalu ingin menikmati hasil kerja keras itu.

Ada baiknya entrepreneur melupakan itu dan lebih berkonsentrasi pada bagaimana mewujudkan hal -hal berikut ini dalam startup yang ia dirikan dan kelola.

1. Bagaimana menjadikan startup Anda sebagai tempat kerja terbaik bagi karyawan dan andalan bagi konsumen.
2. Mengikuti nilai dan prinsip yang positif, penuh inisiatif mandiri dan suportif terhadap kreativitas dan inovasi.
3. Jika seorang pengakuisisi potensial menunjukkan ketertarikan pada startup Anda dan memberikan penawaran yang membuat Anda ragu untuk menolaknya, cermati kembali dan pertimbangkan dengan masak. Dengan kata lain, Anda tetap berpegang teguh pada prinsip untuk tidak menjual startup Anda tetapi persilakan ia untuk mengatakan penawarannya yang lain yang bisa Anda akomodasi.

Tentu saja, sebuah kelaziman bagi para entrepreneur untuk memiliki tujuan finansial dan menjual perusahaannya saat tujuan itu sudah dianggap tercapai. Berdasarkan pada keberuntungan dan penentuan waktu yang diputuskan dalam sebuah "exit" yang sukses, pendekatan yang dirasa paling ideal ialah membangun sebuah perusahaan untuk dapat bertahan selama mungkin, bukan untuk dijual. (Akhlis)

sumber