Entah… ya mungkin itu judul yang pantas untuk cerita ini.
Ane gak tau ini cerita masuk fiksi atau bukan, tapi ada beberapa part yang memang kejadian nyata. Disini sudut pandang ane selaku orang ketiga serba tahu, tsaah gaya bener ya hahaha
Langsung aja ya ke ceritanya, cek it broot…









Nama nya Rendi, dia satu-satunya anak yg ketiban sial pas lahir. Gimana gak sial, saudara-saudaranya yang lain terlahir mancung, dan punya rambut lurus, sedangkan dia punya hidung yang klo dia suka bilangnya sih “minim” kecil dan gak mancung. Rambutnya juga ikal menjurus ke keriting, tapi soal rambut mungkin bisa dijadiin kelebihannya, soalnya bisa tampil beda dari temen-temennya yg laen. Nah… si Rendi ini sebenernya gak jelek, tapi belum ganteng, bisa ente bayangin sendiri lah ya. Dicerita ini dia jadi tokoh utamanya.

Sewaktu SD, Rendi punya temen cewek namanya Demi. Dia cewek yang baik, putih, ramah, pokoknya untuk anak seumuran itu dia termasuk yang favorit deh. Rendi dan Demi ini temenan sejak TK, mereka suka main bareng dan klo sekolah pulangnya jalan bareng. Nah, mungkin dari sini kehidupan percintaan si Rendi dimulai. Dia mulai punya rasa suka dan nyaman dengan Demi tapi dia gak berani dan mungkin belum begitu mengerti klo itu cinta, atau mungkin itu cuma cinta monyet ya hahaha
Sampe pada suatu saat Rendi ngomong dengan Demi…
Rendi : De, kita pasti sama-sama terus kan?
Demi : Iya ren, kan kita udah temenan dari TK.
Kok kamu tiba-tiba bilang gitu?
Rendi : Gak knapa”, klo misalkan kita pisah gimana?
Demi : Ya pasti aku sedih, tapi itu gak mungkin terjadi kok hahaha
Rendi : De, sebenernya aku…

Belum sempat ngomong, pembicaraan rendi seketika kepotong oleh suara temen-temennya yang ngajakin main, terpaksa rendi harus nyari waktu lagi utk ketemu Demi. FYI, saat itu belum jamannya handphone, klo pun ada masih utk kalangan orang tua.

Perasaan yang ada didalam hati Rendi semakin besar kepada Demi, tapi semakin dia mau ngomong semakin gak bisa. Sampai pada saat libur semester dua, Rendi dan Demi naik kelas 5. Rendi dan keluarga nya pindah rumah, itu sangat mendadak, Rendi pun gak sempet pamitan dengan Demi. Ya, mungkin memang bukan jodohnya, Rendi pun melupakan Demi dan sampai detik ini Rendi gak pernah ketemu lagi dengan Demi.

Sampai di SD yang baru, Rendi masih dengan gaya nya yang terkenal rapi dan pendiam “waktu belum kenal”, dia jadi salah satu cowok yang jadi perhatian cewek-cewek disana. Di SD ini Rendi aktif ikut kegiatan ekskul seni, pramuka, paskibraka, dll. Bahkan Rendi adalah “andalan” untuk jadi pengibar bendera saat lomba, dan berprestasi sampai tingkat kota. Dan suatu saat, Rendi ikut lomba bernyanyi tingkat kota, dan ketika ke lokasi perlombaan Rendi shock. Karna dia baru tau kalo tempat lombanya itu di Gedung Radio Kota yang notabenenya tempat Rendi main dengan temennya sebelum pindah rumah, soalnya rumah temennya dekat dari situ. Di tengah perlombaan, Rendi keliling Gedung itu siapa tau sekolah Demi ikut ngirim perwakilan kan. Dan benar saja, dia bertemu teman kecilnya, tapi itu bukan Demi. Dia adalah Rizal, teman Rendi sejak kelas 2 SD.
Rendi : Ijal?
Rizal : hey ren, apakabar kamu?
Rendi : baik jal, kamu ikut lomba juga?
Rizal : Nggak, kamu tau kan rumah ku di deket sini, jadi ikut nonton deh hehehe
Rendi : Oh yaudah, aku kesana dulu ya, udah mau giliran aku nih hehehe
Salam untuk Demi dan temen yang lain ya.
Rizal : Oke Ren, Goodluck ya.
Meski gak ketemu dgn Demi tapi Rendi sudah cukup senang setidaknya bisa nitip salam untuk Demi. Di perlombaan itu Rendi dapat juara 3.

Dengan Prestasi-prestasi yang udah dia capai, gak heran Rendi dikenal di SD nya yang baru. Cewek-cewek pun banyak yang suka dengan Rendi, tapi ya balik lagi, Rendi masih gak tertarik dengan cewek lain lantaran masih ada bayang Demi dipikirannya. Sampai lulus SD pun, Rendi masih gak bisa ngelupain Demi.

Nah, masuk SMP, Rendi…