aloxiaAvatar border
TS
aloxia
[NGAREP BANGET, DALAM MIMPI MU]Bahasa Indonesia Jadi Bahasa Asean, Mungkin Nggak Ya??
Jakarta - Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) 2015 hanya tinggal selemparan batu saja. Saat itulah negara-negara di Asia Tenggara seolah tak bersekat karena memiliki pasar tunggal yang membuka arus perdagangan jasa, barang dan tenaga kerja. Pertanyaannya, mungkinkah bahasa Indonesia -- yang digunakan penduduk mayoritas di Asean -- menjadi bahasa pengantar di kawasan ini?

Pakar bahasa dari Universitas Indonesia Totok Suhardijanto, PhD, tak menampik kemungkinan prestisius itu. "Saya yakin potensinya ada," ujar Totok di sela acara Prakonvensi Bahasa dalam rangka Hari Pers Nasional (HPN) 2015 yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Prakonvensi ini berlangsung 12-13 Desember 2014 di Batam dan dibuka oleh Gubernur Kepulauan Riau M Sani.

Optimisme Totok ini didasari oleh betapa besarnya pengguna bahasa Melayu, sebagai cikal bakal bahasa Indonesia. Totok mencatat, secara sosial ekonomi jumlah penutur aktif dan pasif bahasa Melayu sekitar 268 juta atau 40% persen dari populasi di Asean. Kedua, jumlah penutur Melayu tersebar di lebih dari 50 persen wilayah Asia Tenggara termasuk Kepulauan Kokos (Keeling), Pulau Chrismas, Andaman dan Srilangka dan banyak lagi, selain Indonesia dan Malaysia.

"Apalagi GNP negara dengan bahasa kebangsaan bahasa Melayu mendominasi lebih kurang 50 persen dari total GNP Asia Tenggara," ujar Totok dalam acara bertema 'Bahasa Melayu untuk Indonesia yang Bahari dan Baharu', bertempat di Hotel Harmoni One, Batam, Kepulauan Riau, Jumat (12/12/2014).

Ada juga potensi kultural yang memungkinkan bahasa Melayu yang di negara kita berkembang menjadi bahasa Indonesia bergerak sebagai bahasa paling berpengaruh di Asean, yaitu pertama, bahasa Melayu menjadi lingua franca di sebagian wilayah Asia Tenggara lebih dari 1.000 tahun. Kedua, fonologi dan struktur gramatikal bahasa Melayu yang mudah. Ketiga, semakin banyaknya peminat dan pembelajar bahasa Indonesia.

Namun tidak bisa dipungkiri menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di Asean bukan perkara mudah. Hal ini karena bahasa kita memakai nama negara yaitu bahasa Indonesia, yang tentunya tidak setiap negara tetangga bersedia menerimanya karena ego kebanggaan kepada bangsanya sendiri. Beda dengan bahasa Inggris yang disebut English, alias tidak memakai nama negara asalnya yaitu British atau United Kingdom. Karena itulah bahasa tersebut bisa diterima di banyak negara Barat dan belahan bumi lainnya.

Ego kebangsaan itu juga diungkapkan oleh Tarman Azzam, Ketua Dewan Penasihat PWI Pusat yang berbicara di forum yang sama. Dia menceritakan pada tahun 2007 saat menghadiri Konfederasi Wartawan ASEAN di Bangkok, pihak Thailand sebagai tuan rumah menekankan pentingnya persatuan Asean. Tapi ketika menyangkut soal bahasa, mereka sangat hati-hati

"Tidak ada rumusan bahasa Melayu sebagai bahasa pemersatu ASEAN," ujar Tarman mengingat pertemuan itu.

Totok tidak memungkiri adanya hambatan ego seperti itu. Lalu apa solusinya? "Kita bisa mengakali dengan strategi budaya," ujar peneliti bahasa ini.

Totok terinspirasi oleh Korsel yang kini berpengaruh kuat karena terobosan budaya lewat drama dan musik (K-Pop). Strategi ini membuat banyak anak muda tertarik mengenal Korsel lebih dalam dan bahasa Korea menjadi bahasa yang sangat diminati.

"Masyarakat Indonesia yang harus lebih dulu masuk lewat budaya. Jika 'virus' budaya Indonesia sudah menyebar, maka pemerintah mau tidak mau akan turun tangan untuk menyokong. Saya rasa lewat kebudayaan adalah strategi yang paling cocok," ungkap Totok.

MEA 2015

Terkait Masyarakat Ekonomi Asean yang akan dimulai pada akhir 2015, Tarman Azzam menilai bahwa persoalan bahasa nyaris tidak disinggung oleh para penguasa Asean ketika menyepakati MEA satu dekade lalu.

"Konsep tentang bahasa tertinggal," ujarnya.

Sementara, Totok menyambut baik kebijakan pemerintah yang menerapkan Uji Kemahiran Bahasa Indonesia (UKBI) saat MEA berlaku nanti. "Nanti setiap tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia harus mengikuti uji itu," ujarnya.

Tentunya, UKBI selain melindungi tenaga kerja dalam negeri, juga akan menempatkan bahasa Indonesia sebagai tuan di negeri sendiri.

http://news.detik.com/read/2014/12/1...ngkin-nggak-ya

gak mungkin banget, secara orang indo aja banyak yg lebih bisa bahasa inggris emoticon-Ngakak

ngarep bener nih org!! emoticon-Ngakak
0
4.6K
32
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan