- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Komandan Paspampres: Staf pribadi Kapolda Metro melawan!


TS
davinof
Komandan Paspampres: Staf pribadi Kapolda Metro melawan!
Quote:

Merdeka.com - Komandan Paspampres Mayjen Andika Perkasa menjelaskan soal insiden anak buahnya dengan Kaur Produk Stafpri Pim Polda Metro, Iptu Reza Fahlevi. Dia membantah pernyataan polisi yang mengaku sempat dipukul oleh Dangrup A Paspampres, Kolonel Infantri Maruli Simanjuntak.
Peristiwa itu terjadi saat acara Presiden Joko Widodo di Gedung Cendekia Puruhita, Kompleks Akpol Semarang, Selasa (2/12). Polisi mengaku sudah melaporkan kejadian ini ke Pomdam Jawa Tengah.
Berikut petikan wawancara merdeka.com dengan Mayjen Andika Perkasa melalui pesan singkat:
Bagaimana soal pemukulan anggota Paspampres terhadap polisi?
Tidak terjadi pemukulan. Bahwasanya dipaksa itu iya, karena memang harus keluar. Dan dia melawan dan tidak mungkinlah kita tiba-tiba nyuruh keluar dengan tiba-tiba maksa keluar kan ga mungkin. Orang di empat dialog sebelumnya juga telah kita lakukan pada yang lain.
Ada beda versi, dari Polda Metro yang telah konpers lewat Kabid menegaskan terjadi pemukulan. Saya sebutkan namanya Pak Kolonel Maruli. Bagaimana?
Jadi begini mas makanya saya dari tadi menceritakan semuanya jadi tahu jangan mereka (polisi) bertahan. Intinya kan mereka dari awal ga mau disuruh keluar. Begitu keluar ada aja masalah bagi mereka.
Apakah Paspampres bertindak sudah sesuai dengan SOP?
Pokoknya (menurut polisi) intinya kita yang salah, (padahal) kami, anak buah saya telah melaksanakan tugas sesuai SOP. Waktu anak buah nyuruh dia (polisi) keluar. Pertama kali bertanya; "Siapa Anda?" Nah yang bukan ini disuruh keluar. Dia enggak mau. Anak buah saya kemudian pergi meninggalkan orang itu. Memberitahu panitia yang juga Polri tapi tidak diapa-apain. Kita sudah berusaha berarti. Sudah ada empat dialog sebelumnya kan ga mungkin kita kemudian tiba-tiba serta merta main kasar enggak mungkin lah.
Apa hal seperti ini pernah terjadi saat acara Presiden sebelumnya?
Kita harus melihat pengarahan atau dialog presiden dengan kepala satuan kewilayahan Polri di Akademi Kepolisian kemarin kan pesertanya para Kapolres, para Kapolda dan pimpinan Polri. Nah itu sebagai dialog presiden yang kesekian kalinya. Yang pertama saya masih ingat, dialog presiden dengan seluruh gubernur di seluruh Indonesia. Terus dialog kedua dengan seluruh eselon I, eselon II, dan pimpinan Dirjen Pajak. Yang ketiga dialog presiden dengan panglima utama TNI darat, laut, udara, dan pimpinan TNI. Yang keempat dialog presiden dengan seluruh kepala kejaksaan tinggi dan pimpinan jaksa agung .
Nah ini yang kelima yang di Akademi Kepolisian kemarin. Di empat dialog sebelumnya itu sama modusnya, pada saat pembukaan itu dinyatakan terbuka media semua staf-staf dari pejabat yang berdialog dengan presiden itu hadir kemudian setelah akan dimulai dialog dinyatakan tertutup maka hanya yang peserta saja yang tinggal di tempat yang lainnya meninggalkan ruangan. Kenapa? karena tujuannya supaya dialog itu benar-benar terbuka para peserta itu bisa curhat seluas-luasnya. Karena presiden memang ingin belanja masalah. Ya kan.
Jadi kalau masih ada yang ditutupi karena mereka takut ini ada media atau karena ada orang lain kan jadinya tidak tercapai. Di empat dialog sebelumnya begitu dinyatakan tertutup kok ga ada yang tidak.
Tidak ada yang 'mangkel' atau mencoba bertahan di dalam. Kan masing-masing juga staf pribadi, masing-masing punya ajudan, punya staf pentingnya. Tapi begitu dinyatakan tertutup ya semua keluar. Karena memang presiden ingin berdialog dengan mereka yang diundang menjadi undangan.
Nah di Akademi Kepolisian kemarin semua pesertanya, Kapolres, Kapolda dan seluruh pimpinan Polri pakaian dinas. Ini ada dua orang pakaian preman tidak mau keluar. Padahal bukan Kapolres bukan Kapolda. Jadi itulah yang kemudian terjadi.
Apakah sempat terjadi keributan?
Kalau ada sedikit keributan, ya karena kami harus memaksa mereka keluar. Tetapi tidak ada pemukulan sama sekali tidak ada pemukulan.
Mangkel itu apa?
'Mangkel' itu gini, melawan tidak mau disuruh keluar. Yang melawan enggak mau disuruh keluar ini kan staf pribadi dari Kapolda Metro Jaya.
Pada acara sebelumnya biasa semua staf keluar?
Jadi pada saat dialog presiden dengan panglima pertama TNI, di situ ada juga Pangdam Jaya punya staf pribadi, ajudan juga tapi enggak ada yang mencoba melawan. Terus pada saat dialog presiden dengan kepala kejaksaan tinggi kan ada kepala kejaksaan tinggi Jakarta juga staf-stafnya nurut-nurut saja. Juga dengan para gubernur kan ada. Gubernur DKI, staf-stafnya tidak ada yang melawan.
Jadi kenapa dua polisi itu bertahan?
Jadi silakan diterjemahkan sendiri. Kenapa? Ada apa dia tidak mau disuruh keluar? Gitu loh.
Peristiwa itu terjadi saat acara Presiden Joko Widodo di Gedung Cendekia Puruhita, Kompleks Akpol Semarang, Selasa (2/12). Polisi mengaku sudah melaporkan kejadian ini ke Pomdam Jawa Tengah.
Berikut petikan wawancara merdeka.com dengan Mayjen Andika Perkasa melalui pesan singkat:
Bagaimana soal pemukulan anggota Paspampres terhadap polisi?
Tidak terjadi pemukulan. Bahwasanya dipaksa itu iya, karena memang harus keluar. Dan dia melawan dan tidak mungkinlah kita tiba-tiba nyuruh keluar dengan tiba-tiba maksa keluar kan ga mungkin. Orang di empat dialog sebelumnya juga telah kita lakukan pada yang lain.
Ada beda versi, dari Polda Metro yang telah konpers lewat Kabid menegaskan terjadi pemukulan. Saya sebutkan namanya Pak Kolonel Maruli. Bagaimana?
Jadi begini mas makanya saya dari tadi menceritakan semuanya jadi tahu jangan mereka (polisi) bertahan. Intinya kan mereka dari awal ga mau disuruh keluar. Begitu keluar ada aja masalah bagi mereka.
Apakah Paspampres bertindak sudah sesuai dengan SOP?
Pokoknya (menurut polisi) intinya kita yang salah, (padahal) kami, anak buah saya telah melaksanakan tugas sesuai SOP. Waktu anak buah nyuruh dia (polisi) keluar. Pertama kali bertanya; "Siapa Anda?" Nah yang bukan ini disuruh keluar. Dia enggak mau. Anak buah saya kemudian pergi meninggalkan orang itu. Memberitahu panitia yang juga Polri tapi tidak diapa-apain. Kita sudah berusaha berarti. Sudah ada empat dialog sebelumnya kan ga mungkin kita kemudian tiba-tiba serta merta main kasar enggak mungkin lah.
Apa hal seperti ini pernah terjadi saat acara Presiden sebelumnya?
Kita harus melihat pengarahan atau dialog presiden dengan kepala satuan kewilayahan Polri di Akademi Kepolisian kemarin kan pesertanya para Kapolres, para Kapolda dan pimpinan Polri. Nah itu sebagai dialog presiden yang kesekian kalinya. Yang pertama saya masih ingat, dialog presiden dengan seluruh gubernur di seluruh Indonesia. Terus dialog kedua dengan seluruh eselon I, eselon II, dan pimpinan Dirjen Pajak. Yang ketiga dialog presiden dengan panglima utama TNI darat, laut, udara, dan pimpinan TNI. Yang keempat dialog presiden dengan seluruh kepala kejaksaan tinggi dan pimpinan jaksa agung .
Nah ini yang kelima yang di Akademi Kepolisian kemarin. Di empat dialog sebelumnya itu sama modusnya, pada saat pembukaan itu dinyatakan terbuka media semua staf-staf dari pejabat yang berdialog dengan presiden itu hadir kemudian setelah akan dimulai dialog dinyatakan tertutup maka hanya yang peserta saja yang tinggal di tempat yang lainnya meninggalkan ruangan. Kenapa? karena tujuannya supaya dialog itu benar-benar terbuka para peserta itu bisa curhat seluas-luasnya. Karena presiden memang ingin belanja masalah. Ya kan.
Jadi kalau masih ada yang ditutupi karena mereka takut ini ada media atau karena ada orang lain kan jadinya tidak tercapai. Di empat dialog sebelumnya begitu dinyatakan tertutup kok ga ada yang tidak.
Tidak ada yang 'mangkel' atau mencoba bertahan di dalam. Kan masing-masing juga staf pribadi, masing-masing punya ajudan, punya staf pentingnya. Tapi begitu dinyatakan tertutup ya semua keluar. Karena memang presiden ingin berdialog dengan mereka yang diundang menjadi undangan.
Nah di Akademi Kepolisian kemarin semua pesertanya, Kapolres, Kapolda dan seluruh pimpinan Polri pakaian dinas. Ini ada dua orang pakaian preman tidak mau keluar. Padahal bukan Kapolres bukan Kapolda. Jadi itulah yang kemudian terjadi.
Apakah sempat terjadi keributan?
Kalau ada sedikit keributan, ya karena kami harus memaksa mereka keluar. Tetapi tidak ada pemukulan sama sekali tidak ada pemukulan.
Mangkel itu apa?
'Mangkel' itu gini, melawan tidak mau disuruh keluar. Yang melawan enggak mau disuruh keluar ini kan staf pribadi dari Kapolda Metro Jaya.
Pada acara sebelumnya biasa semua staf keluar?
Jadi pada saat dialog presiden dengan panglima pertama TNI, di situ ada juga Pangdam Jaya punya staf pribadi, ajudan juga tapi enggak ada yang mencoba melawan. Terus pada saat dialog presiden dengan kepala kejaksaan tinggi kan ada kepala kejaksaan tinggi Jakarta juga staf-stafnya nurut-nurut saja. Juga dengan para gubernur kan ada. Gubernur DKI, staf-stafnya tidak ada yang melawan.
Jadi kenapa dua polisi itu bertahan?
Jadi silakan diterjemahkan sendiri. Kenapa? Ada apa dia tidak mau disuruh keluar? Gitu loh.
Quote:
Quote:
Polda Metro: Paspampres belum puas, sespri tak bawa senjata

"Kelihatannya mereka (paspampres) belum puas dan terjadi pemukulan."
Rikwanto
Merdeka.com - Polda Metro Jaya meluruskan insiden pemukulan terhadap Kaur Produk Stafpri Pim Polda Metro, Iptu Reza Fahlevi. Pihak kepolisian membantah jika kejadian itu dipicu karena Reza membawa senjata api.
"Kelihatannya mereka (paspampres) belum puas dan terjadi pemukulan. Mereka (sespri) juga tidak membawa senjata," terang Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada merdeka.com, Jumat (5/12).
Rikwanto membenarkan pemukulan itu dilakukan Dangrup A Paspampres, Kol Inf Maruli Simanjuntak pada Selasa (2/12) di Gedung Cendikia, Semarang, Jawa Tengah. Versi Rikwanto pemukulan dipicu karena Reza yang duduk di kursi belakang diminta keluar saat Presiden Jokowi memberi arahan.
"Itu media diminta untuk keluar karena pertemuan tertutup, lalu sespri yang duduk di kursi belakang yang sebelumnya dimaksudkan buat notulen atau jika diperlukan pimpinan ada di sana tapi diminta keluar dan ditanya-tanya," jelasnya.
Seperti diketahui, peristiwa terjadi di Gedung Cendikia, Semarang, Jawa Tengah. Informasi beredar diduga pemukulan terjadi karena Reza masuk ke dalam ruangan dengan tetap membawa senjata. Maruli yang bertugas mengamankan presiden sempat menegur korban, namun tidak diindahkan.
Rikwanto
Merdeka.com - Polda Metro Jaya meluruskan insiden pemukulan terhadap Kaur Produk Stafpri Pim Polda Metro, Iptu Reza Fahlevi. Pihak kepolisian membantah jika kejadian itu dipicu karena Reza membawa senjata api.
"Kelihatannya mereka (paspampres) belum puas dan terjadi pemukulan. Mereka (sespri) juga tidak membawa senjata," terang Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto kepada merdeka.com, Jumat (5/12).
Rikwanto membenarkan pemukulan itu dilakukan Dangrup A Paspampres, Kol Inf Maruli Simanjuntak pada Selasa (2/12) di Gedung Cendikia, Semarang, Jawa Tengah. Versi Rikwanto pemukulan dipicu karena Reza yang duduk di kursi belakang diminta keluar saat Presiden Jokowi memberi arahan.
"Itu media diminta untuk keluar karena pertemuan tertutup, lalu sespri yang duduk di kursi belakang yang sebelumnya dimaksudkan buat notulen atau jika diperlukan pimpinan ada di sana tapi diminta keluar dan ditanya-tanya," jelasnya.
Seperti diketahui, peristiwa terjadi di Gedung Cendikia, Semarang, Jawa Tengah. Informasi beredar diduga pemukulan terjadi karena Reza masuk ke dalam ruangan dengan tetap membawa senjata. Maruli yang bertugas mengamankan presiden sempat menegur korban, namun tidak diindahkan.
Quote:
Diubah oleh davinof 06-12-2014 09:46
0
19.4K
Kutip
143
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan