- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Setelah Dolly dibubarkan, ini Pekerjaan PSK Untuk Cari Uang...EBUSYEEEET!


TS
davinof
Setelah Dolly dibubarkan, ini Pekerjaan PSK Untuk Cari Uang...EBUSYEEEET!
Quote:
Setelah Dolly dibubarkan, ini pekerjaan PSK untuk cari uang

Merdeka.com - Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, Jawa Timur, telah menutup lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara, Gang Dolly pada 18 Juni 2014. Seluruh rumah bordil yang dulu pernah ada memang sudah beralih fungsi. Situasi lokalisasi yang didirikan Nonik Belanda, Dolly van der Mart itu sudah benar-benar steril dari gemerlap praktik prostitusi.
Lalu bagaimana nasib pekerja seks komersil (PSK) yang sempat menggantungkan nasibnya di Gang Dolly? Ternyata beragam profesi digeluti perempuan malam ini. Karena kini sudah tak ada lagi 'akuarium raksasa' yang menjadi ciri khas Dolly dan Jarak.
Wanita-wanita yang dulu berpakaian penggoda syahwat dan biasa duduk di atas sofa, kini sudah terpencar. Berikut merdeka.com merangkum apa pekerjaan PSK untuk cari uang setelah Dolly dibubarkan :
Lalu bagaimana nasib pekerja seks komersil (PSK) yang sempat menggantungkan nasibnya di Gang Dolly? Ternyata beragam profesi digeluti perempuan malam ini. Karena kini sudah tak ada lagi 'akuarium raksasa' yang menjadi ciri khas Dolly dan Jarak.
Wanita-wanita yang dulu berpakaian penggoda syahwat dan biasa duduk di atas sofa, kini sudah terpencar. Berikut merdeka.com merangkum apa pekerjaan PSK untuk cari uang setelah Dolly dibubarkan :
Quote:
1. Bekas PSK Dolly jadi pengepul judi togel

Merdeka.com - Gara-gara lokalisasi Dolly dan Jarak di Kecamatan Sawahan, Surabaya, Jawa Timur ditutup pemerintah setempat, Sumarti (42), mantan PSK di eks-lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara itu, beralih profesi menjadi pengepul judi totoan gelap alias togel.
Akibatnya, warga Jalan Jarak Gang III, Surabaya itu pun terpaksa berurusan dengan pihak berwajib. Sumarti ditangkap anggota Polsek Genteng di rumahnya.
Sumarti mengaku terpaksa harus memutar otak untuk mencari penghasilan setelah Gang Dolly dan Jarak ditutup total oleh Pemkot Surabaya pada Juni lalu. Sebab, dia tak mempunyai keterampilan lain selain melayani pria hidung belang. Apalagi, menurut Sumarti, dia juga tidak kebagian uang kompensasi yang disalurkan Pemkot Surabaya pasca-penutupan Gang Dolly dan Jarak.
Lantaran tak ada penghasilan itulah, perempuan yang mengaku sudah 15 tahun menjanda ini, beralih profesi sebagai pengepul togel.
"Untungnya lumayan buat nyambung hidup. Dalam seminggu, saya bisa setor Rp 600 ribu ke papi (masih DPO). Dari uang itu, saya mendapat komisi 15 persen," akunya ke penyidik, Sabtu (22/11).
Akibatnya, warga Jalan Jarak Gang III, Surabaya itu pun terpaksa berurusan dengan pihak berwajib. Sumarti ditangkap anggota Polsek Genteng di rumahnya.
Sumarti mengaku terpaksa harus memutar otak untuk mencari penghasilan setelah Gang Dolly dan Jarak ditutup total oleh Pemkot Surabaya pada Juni lalu. Sebab, dia tak mempunyai keterampilan lain selain melayani pria hidung belang. Apalagi, menurut Sumarti, dia juga tidak kebagian uang kompensasi yang disalurkan Pemkot Surabaya pasca-penutupan Gang Dolly dan Jarak.
Lantaran tak ada penghasilan itulah, perempuan yang mengaku sudah 15 tahun menjanda ini, beralih profesi sebagai pengepul togel.
"Untungnya lumayan buat nyambung hidup. Dalam seminggu, saya bisa setor Rp 600 ribu ke papi (masih DPO). Dari uang itu, saya mendapat komisi 15 persen," akunya ke penyidik, Sabtu (22/11).
Quote:
2. Penampung PSK untuk transit

Merdeka.com - Meskipun sudah ditutup oleh Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, lokalisasi yang konon terbesar se-Asia Tenggara ini ternyata masih melakukan bisnis lendirnya yang melegenda. Gang Dolly hingga saat ini masih melakukan bisnis syahwatnya untuk memuaskan para pria hidung belang.
"Ayo mas, anak-anaknya ada," sapa pria makelar cinta di Gang Dolly, Kelurahan Putat Jaya, Kecamata Sawahan, Surabaya, Jawa Timur, acap kali melihat lelaki yang melintas di depannya.
Sapaan logat Suroboyoan ini, juga diucapkan puluhan pria yang ada di sekitar eks-lokalisasi tersebut. Mereka ada di sepanjang lorong, ada yang bergerombol, ada juga yang sendirian maupun hanya berdua.
Tak hanya di Gang Dolly, di Jalan Jarak-pun masih banyak makelar-makelar syahwat. Hanya saja, di tempat ini tidak terlalu mencolok. Mereka (mucikari) membaur dengan orang-orang yang tengah menikmati kopi pahit di warung kopi yang ada di sekitar bekas lokalisasi yang sejak 18 Juni 2014 lalu ditutup oleh Pemkot Surabaya itu.
Ada juga yang duduk-duduk di atas becak, dan ada pula yang duduk di depan rumah di sisi gelap. Namun, mata mereka tetap mengawasi siapa saja yang melintas, lalu menyapa dengan menawarkan jasa antar cewek siap pakai.
"Sekarang pakai sistem booking. Ceweknya sudah tidak ada di lokasi. Kalau mau pilih cewek yang sesuai selera, mucikarinya ngasih tahu lewat foto-foto di BlakBerry yang mereka bawa,"terang Muklis, pemilik warung kopi di sekitar Jalan Jarak kepada merdeka.com, Rabu malam (29/10).
"Ayo mas, anak-anaknya ada," sapa pria makelar cinta di Gang Dolly, Kelurahan Putat Jaya, Kecamata Sawahan, Surabaya, Jawa Timur, acap kali melihat lelaki yang melintas di depannya.
Sapaan logat Suroboyoan ini, juga diucapkan puluhan pria yang ada di sekitar eks-lokalisasi tersebut. Mereka ada di sepanjang lorong, ada yang bergerombol, ada juga yang sendirian maupun hanya berdua.
Tak hanya di Gang Dolly, di Jalan Jarak-pun masih banyak makelar-makelar syahwat. Hanya saja, di tempat ini tidak terlalu mencolok. Mereka (mucikari) membaur dengan orang-orang yang tengah menikmati kopi pahit di warung kopi yang ada di sekitar bekas lokalisasi yang sejak 18 Juni 2014 lalu ditutup oleh Pemkot Surabaya itu.
Ada juga yang duduk-duduk di atas becak, dan ada pula yang duduk di depan rumah di sisi gelap. Namun, mata mereka tetap mengawasi siapa saja yang melintas, lalu menyapa dengan menawarkan jasa antar cewek siap pakai.
"Sekarang pakai sistem booking. Ceweknya sudah tidak ada di lokasi. Kalau mau pilih cewek yang sesuai selera, mucikarinya ngasih tahu lewat foto-foto di BlakBerry yang mereka bawa,"terang Muklis, pemilik warung kopi di sekitar Jalan Jarak kepada merdeka.com, Rabu malam (29/10).
Quote:
3. PSK Dolly kini terima layanan pesan antar

Merdeka.com - Keliaran Gang Dolly dan Jarak, pasca-penutupan lokalisasi oleh Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Tri Rismaharini pada 18 Juni 2014 silam, makin terasa. Meski tidak 'bermain' di tempat, tetap terorganisir cukup baik. Para pekerja seks komersial (PSK) tidak berada di jalan-jalan, tapi tersimpan rapi di indekos yang dirahasiakan.
Di lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yang terletak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan ini, kini menyajikan layanan prostitusi antar-jemput. Cewek-cewek pelayan syahwat, dipamerkan ke pelanggan, tidak lagi duduk manis di atas sofa 'akuarium raksasa', melainkan melalui smartphone, baik bentuk BlackBerry maupun Android yang dibawa para mucikari.
Cukup modern. Sistem layanan yang diterapkan di Gang Dolly saat ini, tak kalah dengan prostitusi via online, yang kerap menjadi pusat perhatian polisi. Sistem layanan di lokalisasi yang didirikan Nonik Belanda, Dolly van der Mart ini, saat ini mirip dengan gaya dagang resto siap saji dengan layanan drive thru: "Anda bayar, pesanan kita antar."
Tak hanya modern. Penghasilan para PSK dan mucikari-pun kian bertambah. Bahkan, melahirkan pekerjaan baru bagi para pengangguran. Gang Dolly dan Jarak, kini tidak hanya dihuni germo, mucikari dan PSK saja, melainkan adaAnjelo, atau antar jemput pramuria.
Tiap dapat job, si Anjelo kebagian antar Rp 50 hingga 100 ribu rupiah, tergantung tarif cewek yang dibanderol. Tarif layanan cinta semalam saat ini, antara Rp 300 hingga Rp 450 ribu rupiah.
Ada juga yang bertarif antara Rp 500 hingga 750 ribu rupiah sekali main. Tentu harga ini adalah tarif PSK-PSK berkelas, dan bukan bekas PSK Dolly dan Jarak. Harga tersebut, sudah termasuk sewa hotel dan tips bagi Anjelo.
Di lokalisasi terbesar se-Asia Tenggara yang terletak di Kelurahan Putat Jaya, Kecamatan Sawahan ini, kini menyajikan layanan prostitusi antar-jemput. Cewek-cewek pelayan syahwat, dipamerkan ke pelanggan, tidak lagi duduk manis di atas sofa 'akuarium raksasa', melainkan melalui smartphone, baik bentuk BlackBerry maupun Android yang dibawa para mucikari.
Cukup modern. Sistem layanan yang diterapkan di Gang Dolly saat ini, tak kalah dengan prostitusi via online, yang kerap menjadi pusat perhatian polisi. Sistem layanan di lokalisasi yang didirikan Nonik Belanda, Dolly van der Mart ini, saat ini mirip dengan gaya dagang resto siap saji dengan layanan drive thru: "Anda bayar, pesanan kita antar."
Tak hanya modern. Penghasilan para PSK dan mucikari-pun kian bertambah. Bahkan, melahirkan pekerjaan baru bagi para pengangguran. Gang Dolly dan Jarak, kini tidak hanya dihuni germo, mucikari dan PSK saja, melainkan adaAnjelo, atau antar jemput pramuria.
Tiap dapat job, si Anjelo kebagian antar Rp 50 hingga 100 ribu rupiah, tergantung tarif cewek yang dibanderol. Tarif layanan cinta semalam saat ini, antara Rp 300 hingga Rp 450 ribu rupiah.
Ada juga yang bertarif antara Rp 500 hingga 750 ribu rupiah sekali main. Tentu harga ini adalah tarif PSK-PSK berkelas, dan bukan bekas PSK Dolly dan Jarak. Harga tersebut, sudah termasuk sewa hotel dan tips bagi Anjelo.
Quote:
4. Dolly masih buka untuk pelanggan tetap

Merdeka.com - Meski kini hanya melayani jasa antar perempuan pemuas nafsu, namun para pria hidung belang berkantong tipis juga juga masih bisa menikmati jasa esek-esek PSK Dolly dan Jarak. Sebab, mereka juga menyediakan layanan 'makan' di tempat.
Hanya saja, layanan itu khusus bagi mereka (lelaki hidung belang) yang sudah di kalangan mucikari. Artinya, pernah menjadi pelanggan tetap wisma sebelum Gang Dolly dan Jarak 'dibombardir' Pemkot Surabaya.
"Tidak semua orang bisa masuk ke sana. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa. Sekarang PSK-PSK-nya kan tidak di lokasi, tapi dikoskan di tempat yang dirahasiakan," terang BDH, salah satu pelanggan tetap eks-wisma di Dolly.
Pria yang akrab disapa Entut oleh rekan-rekannya itu, juga mengungkap, meski mendapat kemudahan fasilitas layanan 'main' di tempat, para pelanggan juga tidak begitu saja bisa menikmati hiburan malamnya.
"Mereka (para pelanggan tetap) akan dibawa masuk ke lorong-lorong dan dipertemukan dengan perempuan pilihannya di satu tempat. Itu pun masih dibawa putar-putar lagi ke tempat rahasia yang akan dijadikan kamar 'pengantin' semalam. Mereka juga menjamin tempat itu aman dari jangkauan petugas," papar si Entut.
Kalau main di tempat, masih kata dia, harganya jauh lebih murah. Harga yang dibanderol masih sama saat Gang Dolly dan Jarak masih buka. "Harganya antara Rp 100 sampai Rp 200 ribu rupiah, kalau main di tempat. Tapi kalau dibawa keluar bisa sampai Rp 500 ribuan, atau bisa lebih. Tapi ya tetap tergantung cewek yang dipilih, tarifnya bervariasi sesuai selera."
"Untuk transaksinya ya di pinggir-pinggir jalan (di Dolly dan Jarak) itu. Sistemnya sekarang mirip-mirip transaksi hotel di kawasan Tretes, Pandaan," pungkasnya.
Hanya saja, layanan itu khusus bagi mereka (lelaki hidung belang) yang sudah di kalangan mucikari. Artinya, pernah menjadi pelanggan tetap wisma sebelum Gang Dolly dan Jarak 'dibombardir' Pemkot Surabaya.
"Tidak semua orang bisa masuk ke sana. Hanya orang-orang tertentu saja yang bisa. Sekarang PSK-PSK-nya kan tidak di lokasi, tapi dikoskan di tempat yang dirahasiakan," terang BDH, salah satu pelanggan tetap eks-wisma di Dolly.
Pria yang akrab disapa Entut oleh rekan-rekannya itu, juga mengungkap, meski mendapat kemudahan fasilitas layanan 'main' di tempat, para pelanggan juga tidak begitu saja bisa menikmati hiburan malamnya.
"Mereka (para pelanggan tetap) akan dibawa masuk ke lorong-lorong dan dipertemukan dengan perempuan pilihannya di satu tempat. Itu pun masih dibawa putar-putar lagi ke tempat rahasia yang akan dijadikan kamar 'pengantin' semalam. Mereka juga menjamin tempat itu aman dari jangkauan petugas," papar si Entut.
Kalau main di tempat, masih kata dia, harganya jauh lebih murah. Harga yang dibanderol masih sama saat Gang Dolly dan Jarak masih buka. "Harganya antara Rp 100 sampai Rp 200 ribu rupiah, kalau main di tempat. Tapi kalau dibawa keluar bisa sampai Rp 500 ribuan, atau bisa lebih. Tapi ya tetap tergantung cewek yang dipilih, tarifnya bervariasi sesuai selera."
"Untuk transaksinya ya di pinggir-pinggir jalan (di Dolly dan Jarak) itu. Sistemnya sekarang mirip-mirip transaksi hotel di kawasan Tretes, Pandaan," pungkasnya.
Quote:

Habis Gelap Terbitlah Surem. DASAR KAMU IH CUNIHIN PISAN.....

Quote:
Neh sumbernya : Source of News


kakekane.cell memberi reputasi
1
53.6K
Kutip
285
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan