- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[karna broken home?]Kadisdik DKI: Aksi Tawuran Terjadi karena Kurang Kepedulian


TS
Abc..Z
[karna broken home?]Kadisdik DKI: Aksi Tawuran Terjadi karena Kurang Kepedulian
http://news.detik.com/read/2014/11/2...ang-kepedulian
Jakarta - Kematian pelajar SMA 109, Andi Audi Pratama (16), akibat tawuran membuat publik bereaksi tegas. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun merespon, dan menyatakan masyarakat Jakarta sudah bosan terhadap aksi tawuran pelajar.
"Masyarakat kan saat ini sudah bosan dengan kekerasan ini kan, dan kalau sudah bosan ya merasa terganggu. Dari kita sendiri sudah lelah juga, dari tahun ke tahun, kepala dinas berganti, tapi hal yang seperti ini terjadi terus. Artinya, ini sudah tidak bisa diselesaikan secara parsial, harus secara komprehensif, akarnya apa?" ujar Lasro usai deklarasi sekolah anti pungutan di SD 09 Rawa Besar, Kebayoran Baru, Jaksel, Jumat (21/11/2014).
Menurutnya, akar yang menyebabkan pelajar masa kini kembali tawuran memang ada. Hal tersebut, menurut Lasro, adalah kurangnya perhatian dan kepedulian para orangtua dan pendidik kepada anak dan muridnya.
"Artinya, kalau kita semua bergerak kepada sekolah dan masuk ke ruangan senior, kita menyapa dengan hati, maka mereka juga akan merasa dinaungi," jelasnya.
Aksi mereka yang mengumumkan tawuran melalui media sosial pun, tak terlepas dari poin tersebut. Menurut Lasro, harus ada kepedulian dari guru dan manajemen di lingkungan sekolah. Lalu kepedulian dan perhatian orangtua di rumah.
"Dari orangtua juga, jangan terlalu yakin kalau murid itu benar-benar belajar, itu jangan. Jadi begitu pulang sekolah, ditanya, minimal sekali seminggu, tanya aktivitas mereka seperti apa, itu kan merupakan sentuhan hati," sambungnya.
"Saya sudah bikin instruksi, jadi orangtua, peserta didik, tata usaha, kepsek, kepala seksi, kabid, sudin dan saya secara komprehensif melakukan ini. Selama ini, antara guru dan orangtua, itu saling menyalahkan, aparat dan orangtua salah-salahan, sekarang nggak boleh itu," lanjut Lasro.
Menurutnya, aksi kekerasan terhadap pelajar yang tak hanya terjadi baru-baru ini perlu segera diatasi dengan menghilangkan kebiasaan itu dari Akarnya. Memang tidak mudah, karena semua tergantung bagaimana kepedulian semua pihak kepada peserta didik.
"Sekarang sudah ada instruksi rinci kepada semua orang, siapapun yang tidak berperan akan dikenakan sanksi. Menghilangkan nyawa orang dengan cara seperti itu kejam lho, kalau cuma ditusuk gitu, itu kan mending. Tapi kalau dijatuhi dulu, dihantam, itu kan sadisme. Makanya, peran kita diperlukan untuk memberantas kebiasaan ini dari akarnya," pungkasnya.
yakin kebanyakan pelajar yang tawuran itu anak broken home?
kenapa nggak dicek aja kejiwaannya, apalagi khusus sekolah yang sering tawuran, kalo dari pengalaman gw sih kebanyakan yang tawuran pengen eksis, dianggap kuat ama cewek terus dianggap keren (ababil alay)
Jakarta - Kematian pelajar SMA 109, Andi Audi Pratama (16), akibat tawuran membuat publik bereaksi tegas. Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Lasro Marbun merespon, dan menyatakan masyarakat Jakarta sudah bosan terhadap aksi tawuran pelajar.
"Masyarakat kan saat ini sudah bosan dengan kekerasan ini kan, dan kalau sudah bosan ya merasa terganggu. Dari kita sendiri sudah lelah juga, dari tahun ke tahun, kepala dinas berganti, tapi hal yang seperti ini terjadi terus. Artinya, ini sudah tidak bisa diselesaikan secara parsial, harus secara komprehensif, akarnya apa?" ujar Lasro usai deklarasi sekolah anti pungutan di SD 09 Rawa Besar, Kebayoran Baru, Jaksel, Jumat (21/11/2014).
Menurutnya, akar yang menyebabkan pelajar masa kini kembali tawuran memang ada. Hal tersebut, menurut Lasro, adalah kurangnya perhatian dan kepedulian para orangtua dan pendidik kepada anak dan muridnya.
"Artinya, kalau kita semua bergerak kepada sekolah dan masuk ke ruangan senior, kita menyapa dengan hati, maka mereka juga akan merasa dinaungi," jelasnya.
Aksi mereka yang mengumumkan tawuran melalui media sosial pun, tak terlepas dari poin tersebut. Menurut Lasro, harus ada kepedulian dari guru dan manajemen di lingkungan sekolah. Lalu kepedulian dan perhatian orangtua di rumah.
"Dari orangtua juga, jangan terlalu yakin kalau murid itu benar-benar belajar, itu jangan. Jadi begitu pulang sekolah, ditanya, minimal sekali seminggu, tanya aktivitas mereka seperti apa, itu kan merupakan sentuhan hati," sambungnya.
"Saya sudah bikin instruksi, jadi orangtua, peserta didik, tata usaha, kepsek, kepala seksi, kabid, sudin dan saya secara komprehensif melakukan ini. Selama ini, antara guru dan orangtua, itu saling menyalahkan, aparat dan orangtua salah-salahan, sekarang nggak boleh itu," lanjut Lasro.
Menurutnya, aksi kekerasan terhadap pelajar yang tak hanya terjadi baru-baru ini perlu segera diatasi dengan menghilangkan kebiasaan itu dari Akarnya. Memang tidak mudah, karena semua tergantung bagaimana kepedulian semua pihak kepada peserta didik.
"Sekarang sudah ada instruksi rinci kepada semua orang, siapapun yang tidak berperan akan dikenakan sanksi. Menghilangkan nyawa orang dengan cara seperti itu kejam lho, kalau cuma ditusuk gitu, itu kan mending. Tapi kalau dijatuhi dulu, dihantam, itu kan sadisme. Makanya, peran kita diperlukan untuk memberantas kebiasaan ini dari akarnya," pungkasnya.
yakin kebanyakan pelajar yang tawuran itu anak broken home?
kenapa nggak dicek aja kejiwaannya, apalagi khusus sekolah yang sering tawuran, kalo dari pengalaman gw sih kebanyakan yang tawuran pengen eksis, dianggap kuat ama cewek terus dianggap keren (ababil alay)
0
767
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan