- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
[bisanya komplain]Cerita Penjaga Pintu Air Manggarai Dimarahi Ibu-ibu Kala Banjir


TS
Abc..Z
[bisanya komplain]Cerita Penjaga Pintu Air Manggarai Dimarahi Ibu-ibu Kala Banjir
http://megapolitan.kompas.com/read/2...u.Kala.Banjir.
JAKARTA, KOMPAS.com - Bekerja sebagai penjaga Pintu Air Manggarai tidak bisa diremehkan begitu saja. Memang, sehari-harinya hanya memantau ketinggian air saja.
Namun, bila tidak dijalani dengan benar, bisa fatal. Walau begitu, sepertinya tidak semua masyarakat mengerti tugas penjaga pintu air. Penjaga Pintu Air Manggarai, Heri Pariyanto, mengaku sering mendapat protes dari masyarakat karena dianggap tidak becus bekerja.
"Sering ada ibu-ibu yang telepon dan datang ke sini buat marah-marah karena rumahnya kebanjiran," ujar Heri di Pintu Air Manggarai, Setia Budi, Jakarta Selatan, Jumat (21/11/2014).
Ibu-ibu itu, kata Heri, sering menuding para penjaga Pintu Air Manggarai telah menutup pintu air dan membuat rumah warga menjadi banjir. Padahal, pintu air di sana hampir tidak pernah ditutup. [Baca: Proyek Pintu Air Manggarai Dikebut Sambut Musim Hujan]
Jika sudah seperti itu, Heri biasanya langsung mengajak ibu-ibu untuk ke luar ruangannya. Heri mengajak mereka untuk melihat langsung ketinggian air saat itu. Setelah itu, Heri akan menjelaskan bahwa air memang sedang tinggi.
Penjaga pintu air tidak memiliki kuasa apa pun untuk mengurangi debit air. Beberapa hari lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat "blusukan" ke Pintu Air Manggarai. Heri pun bercerita bahwa Gubernur yang baru dilantik itu cukup memahami pekerjaan mereka sebagai penjaga pintu air.
Kata Heri, Basuki bahkan juga memberi tips menghadapi warga yang datang sambil marah-marah ke para penjaga. "Kata Pak Ahok kalau ada warga dateng marah-marah lagi, bilang saja, 'sampai kiamat pun kalau ibu masih tinggal di bantaran ya akan terus kebanjiran'," ujar Heri.
Heri setuju dengan saran itu, sebab daerah bantaran yang berdampingan langsung dengan sungai memang rawan terkena banjir. Daerah itu bukan untuk ditinggali. Bantaran itu bisa digunakan untuk melebarkan sungai yang bisa mengurangi potensi banjir.
"Tetapi sayang warga di bantaran itu enggak mau dipindahkan kan. Ya semoga Pemprov DKI punya jurus jitu buat membujuk mereka," ujar Heri.
khasnya warga jakarta, bisanya complaint doank, realisasi nggak ada, diminta pindah biar nggak kena musibah malah ngamuk ngamuk
enggak heran kalo ahok bilang warga jakarta mesti dikerasin, yah pada mental manja semua
JAKARTA, KOMPAS.com - Bekerja sebagai penjaga Pintu Air Manggarai tidak bisa diremehkan begitu saja. Memang, sehari-harinya hanya memantau ketinggian air saja.
Namun, bila tidak dijalani dengan benar, bisa fatal. Walau begitu, sepertinya tidak semua masyarakat mengerti tugas penjaga pintu air. Penjaga Pintu Air Manggarai, Heri Pariyanto, mengaku sering mendapat protes dari masyarakat karena dianggap tidak becus bekerja.
"Sering ada ibu-ibu yang telepon dan datang ke sini buat marah-marah karena rumahnya kebanjiran," ujar Heri di Pintu Air Manggarai, Setia Budi, Jakarta Selatan, Jumat (21/11/2014).
Ibu-ibu itu, kata Heri, sering menuding para penjaga Pintu Air Manggarai telah menutup pintu air dan membuat rumah warga menjadi banjir. Padahal, pintu air di sana hampir tidak pernah ditutup. [Baca: Proyek Pintu Air Manggarai Dikebut Sambut Musim Hujan]
Jika sudah seperti itu, Heri biasanya langsung mengajak ibu-ibu untuk ke luar ruangannya. Heri mengajak mereka untuk melihat langsung ketinggian air saat itu. Setelah itu, Heri akan menjelaskan bahwa air memang sedang tinggi.
Penjaga pintu air tidak memiliki kuasa apa pun untuk mengurangi debit air. Beberapa hari lalu, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama sempat "blusukan" ke Pintu Air Manggarai. Heri pun bercerita bahwa Gubernur yang baru dilantik itu cukup memahami pekerjaan mereka sebagai penjaga pintu air.
Kata Heri, Basuki bahkan juga memberi tips menghadapi warga yang datang sambil marah-marah ke para penjaga. "Kata Pak Ahok kalau ada warga dateng marah-marah lagi, bilang saja, 'sampai kiamat pun kalau ibu masih tinggal di bantaran ya akan terus kebanjiran'," ujar Heri.
Heri setuju dengan saran itu, sebab daerah bantaran yang berdampingan langsung dengan sungai memang rawan terkena banjir. Daerah itu bukan untuk ditinggali. Bantaran itu bisa digunakan untuk melebarkan sungai yang bisa mengurangi potensi banjir.
"Tetapi sayang warga di bantaran itu enggak mau dipindahkan kan. Ya semoga Pemprov DKI punya jurus jitu buat membujuk mereka," ujar Heri.
khasnya warga jakarta, bisanya complaint doank, realisasi nggak ada, diminta pindah biar nggak kena musibah malah ngamuk ngamuk

enggak heran kalo ahok bilang warga jakarta mesti dikerasin, yah pada mental manja semua

0
894
4
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan