Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

eCIPUTRA.comAvatar border
TS
eCIPUTRA.com
Olympic, Merek Lokal yang Bertahan Sejak Era 80-an
Olympic, Merek Lokal yang Bertahan Sejak Era 80-an

Masih ingat dengan jargon iklan Pic, Pic, Olympic? Sebuah kata sederhana namun begitu melekat di benak masyarakat Indonesia pada era 1980-an hingga saat ini.

Jargon pemasaran itu sangat cocok menggambarkan produk furnitur lokal merek Olympic yang merupakan pionir di kelas produk bongkar pasang alias knock down.

Di balik nama besar Olympic, ada peran dari sang Pendiri sekaligus Presiden Direktur PT Cahaya Sakti Furintraco, Au Bintoro. Dia sukses mengantarkan Olympic menjadi pemimpin pasar dikategori knock down furnitur selama tiga dekade ini.

Olympic kini telah bertumbuh pesat. Bukan saja menguasai pasar dalam negeri, tapi juga merajai pasar ekspor di Timur Tengah. Maklum, sebesar 80 persen dari produk furnitur Olympic diserap pasar domestik, sedangkan sisanya dilempar ke luar negeri, terutama Timur Tengah.

Saat ini tercatat ada lebih dari 3.000 toko furnitur yang menjual produk Olympic di seluruh Indonesia, 23 pabrik di 23 provinsi, gudang dan cabang di China, serta agen tunggal atau sentra distribusi di Dubai. Dari Dubai, produk furnitur Olympic lari ke negara lain, seperti Afrika, dan sebagainya.

Dengan jaringan pemasaran yang cukup rapi, Au begitu dia kerap disapa, mampu menjual beragam jenis furnitur sampai 100 ribu unit dalam kurun waktu sebulan. Furnitur tersebut diproduksi di sebuah pabrik yang berlokasi di pinggiran kota Hujan, tepatnya Jalan Kaum Sari, Kedung Halang, Bogor.

Menempati areal seluas 14 hektare (ha), Au Bintoro mempekerjakan sekitar 1.200 karyawan untuk memproduksi sebanyak lebih dari 1.000 produk furnitur, mulai dari meja belajar, furnitur untuk dapur, kamar tidur, ruang keluarga dan masih banyak lainnya.

Setiap bulan selalu meluncurkan dua sampai tiga produk baru, salah satu produk anyar yang bakal dirilis adalah furnitur religi untuk menyambut bulan puasa tahun ini.

"Tapi kami juga mengimpor produk furnitur lain dari China karena memang nggak bisa kami bikin di sini, seperti gelas furnitur. Porsinya 15 persen. Kami nggak bermain di situ, tapi produknya ada di gudang kami dan menggunakan merek Olympic," ucapnya.

Semuanya berawal dari 1975. Au memutar kembali memori perjalanan karirnya sebagai seorang pengusaha kelas teri yang bermain di bisnis box speaker dengan menempati area pabrik 3.000 ha dan modal Rp 350 ribu dari hasil menjual kalung sang istri.

Kala itu, insting Au terhadap prospek box speaker berubah menjadi pesimistis. Sebab peluang tumbuh usaha box speaker di Indonesia mulai meredup, pangsa pasar kian surut karena tren bisnis ini mulai bergeser dari box speaker berbahan partikel board ke arah besi dan plastik.

Karena alasan tersebut, pria yang berwirausaha sejak usia 23 tahun itu berpikir keras untuk memulai bisnis baru yang lebih menjanjikan. Tanpa sengaja, cerita Au, dirinya melihat sebuah kendaraan truk melintas dan membawa lemari yang berpadu dengan meja belajar. Sayangnya furnitur itu berbahan kayu jati yang dibanderol dengan harga mahal.

Akhirnya dari situ muncul sebuah inspirasi untuk melakukan suatu inovasi membuat produk furnitur berbahan partikel board, namun bisa dibongkar pasang dan memikirkan kemampuan daya beli masyarakat Indonesia.

"Nah pertama kali saya menciptakan meja belajar knock down pada 1982 supaya bisa dikirim ke mana-mana mengingat negara kita negara kepulauan. Produk saya ini jadi pelopor di produk knock down furnitur," bangga Au yang mengaku buta bisnis furnitur pertama kali namun punya keahlian mendesain.

Dia bersyukur produk pertamanya mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat Indonesia. Ini juga berkat nama Olympic yang terinspirasi dari Olympiade pada 1983. Au memanfaatkan momen pesta olahraga dunia itu sekaligus untuk mendompleng promosi.

Sejak saat itu, nama Olympic meroket, bisnis furniturnya makin bersinar dan mampu membangun brand image sampai sekarang meski pemasaran hanya gencar dilakukan melalui pameran. (bn)

"Membangun brand lokal itu susah, butuh waktu dan uang. Tapi produk meja belajar pertama saya sangat diminati pelajar dan mahasiswa. Olympic sering dijadikan kado atau hadiah saat kenaikan kelas, acara tertentu karena nama Olympic sudah melekat di benak masyarakat. Produk furnitur ya Olympic," jelasnya.

sumber
0
971
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan