- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
(butuh tukang mebel untuk memperkuat) Kursi Ahok Digoyang


TS
serka.joko
(butuh tukang mebel untuk memperkuat) Kursi Ahok Digoyang
Quote:
Sejak naik takhtanya Basuki Tjahaja Purnama
menjadi gubernur DKI Jakarta terus bergulir.
Jalan terjal harus dilalui pria yang akrab disapa
Ahok itu untuk menduduki kursi DKI 1 karena
sejumlah penolakan. Kursi Ahok digoyang
sejumlah organisasi masyarakat, bahkan sebelum
ia duduk di singgasana penguasa Jakarta.
Salah satu ormas yang lantang menentang Ahok
dilantik menjadi gubernur Jakarta adalah Front
Pembela Islam (FPI). Bahkan, FPI tercatat sudah
menolak Ahok memimpin Ibu Kota setelah
memenangkan Pilkada 2012. Saat itu, FPI
menolak Ahok menjadi wakil gubernur
mendampingi gubernur terpilih, Joko Widodo.
Sederet alasan dikemukakan atas penolakan
tersebut. Mulai dari agama, etnis, hingga sikap
Ahok yang dikhawatirkan bakal merugikan umat
Muslim di Jakarta.
Dan ketakutan itu memang terbukti. Kepribadian
pria berusia 48 tahun yang //asal jeplak// kerap
memancing kemarahan umat Islam. Ahok pernah
mengeluarkan sejumlah kebijakan yang dinilai
merugikan umat Islam. Seperti melarang
memotong hewan kurban di sekolah, hingga
mendukung pembongkaran Masjid Baitul Arif di
Jalan Jatinegara Barat, Jakarta Timur, untuk
keperluan pembangunan rumah susun (Rusun).
Klimaksnya terjadi saat Ahok dilaporkan ke polisi
karena dinilai menghina Muhammadiyah.
Pelaporan itu berawal saat Muhammadiyah
menolak rencana Ahok membangun lokalisasi
prostitusi di Jakarta. Muhammadiyah menilai,
pembangunan lokalisasi itu sama artinya dengan
melegalkan pramuriaan. Mendapat penolakan, Ahok
pun melontarkan pernyataan yang dianggap
menyinggung PP Muhammadiyah.
Ahok kian di atas angin setelah Jokowi
meletakkan jabatan sebagai gubernur setelah
resmi terpilih menjadi presiden. Ia pun diangkat
menjadi pelaksana tugas (plt) gubernur. FPI
bertindak cepat. Ormas Islam pimpinan Habib
Rizieq Shihab mengerahkan 60 ribu massa untuk
menggayang Balai Kota.
Perseteruan Ahok dengan FPI kian meruncing. FPI
mendesak DPRD DKI segera memakzulkan Ahok.
Jika tidak mereka bakal membuat gubernur
tandingan. Tak mau kalah, Ahok balik
mengancam akan membuat dualisme di FPI. FPI
tandingan.
Hemat saya, sebagai seorang pemimpin Ahok
harus memiliki jiwa besar ketika dikritik. Ia juga
tidak seharusnya bersikap kasar menanggapi
penolakan terhadap kebijakan yang
dikeluarkannya.
Ahok juga perlu belajar kepada Umar bin
Khattab //radhiallahu 'anhu// yang dicintai rakyat
sebagai pemimpin karena bersikap adil. Tidak
hanya kepada umat Muslim, tetapi kepada umat
lain.
Pun dengan FPI. Sebagai ormas yang membawa
panji Islam, FPI lebih baik bersikap lebih lembut
dalam menegur seseorang. Sebab, Ahok sebagai
simbol kepemimpinan Jakarta, dan FPI sebagai
perwakilan umat Islam pasti memiliki lebih
banyak ilmu dibandingkan masyarakat luas.
Tengok nasihat dari Prof Dr Haji Abdul Malik
Karim Amrullah atau yang lebih dikenal sebagai
Buya Hamka. Iman tanpa ilmu bagaikan pelita
cahaya di tangan bayi. Namun ilmu tanpa iman,
bagaikan obor di tangan pencuri.
Ulama besar kelahiran Sumatra Barat itu
menekankan pentingnya memiliki ilmu dan iman
secara bersamaan. Sebab, jika manusia hanya
menggenggam salah satunya, akan sia-sia.
Sebagai kota yang mayoritas masyarakatnya
memeluk agama Islam, penolakan FPI terhadap
Ahok menurut saya tidak salah. Tapi, masalah
timbul lantaran dalam undang-undang Ahok
berhak naik takhta menjadi gubernur setelah
Jokowi mundur. Kini yang bisa dilakukan FPI
maupun pihak lain yang menolak Ahok adalah
mengawal mantan bupati Belitung Timur itu agar
tidak lagi merugikan dan melukai umat Islam
dengan kebijakan-kebijakannya sebagai orang
nomor satu di Jakarta.
Red: Karta Raharja Ucu
slumber
Pemimpin itu harus bisa merangkul semua yang dipimpinnya.
Diubah oleh serka.joko 21-11-2014 08:03
0
3.6K
Kutip
61
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan