Jika kita mengikuti perkembangan situasi ekonomi dan politik di negara kita ini dengan baik dan mendalam maka kita akan sampai pada asumsi bahwa mau tidak mau, suka tidak suka harga BBM tidak dapat dipungkiri akan naik. Terkadang memang untuk menata sesuatu yang sudah rusak memang dibutuhkan sebuah pengorbanan bahkan tidak jarang membutuhkan pengorbanan yang lebih besar.

Sebagaimana kita ketahui bersama isu kenaikan BBM telah sejak lama bergulir bahkan sejak masih pada masa transisi, ini merupakan dampak nyata dari perbuatan bejat oknum-oknum pejabat yang tidak bertanggung jawab atas amanat yang diembannya sehingga menyisakan kerusakan yang parah dan cenderung sulit untuk dibenahi oleh para penerus nya.
Senin malam 17 November 2014 merupakan tonggak penting perjalanan perekonomian bangsa sejak masa transisi yakni saat Presiden Jokowi bersama Wakil Presiden Jusuf Kalla (JKW-JK) dengan kepercayaan diri penuh mengumumkan pengurangan subsidi BBM yang menyebabkan kenaikan harga literan BBM yaitu Bensin Premium menjadi Rp.8.500,- dan Solar menjadi Rp. 7.500,-. yang sudah pasti dan bukan lah hal yang baru lagi akan menimbulkan sikap pro-kontra di masyarakat.

‘Dilema’ mungkin adalah satu kata yang saat ini dapat menggambarkan pengambilan kebijakan kenaikan BBM, disatu sisi rakyat ingin perubahan, ekonomi yang mandiri, menjadi negara yang lebih maju dan bersaing dengan negara besar lainnya serta disegani. Namun disisi lain masih banyak rakyat Indonesia yang belum dewasa dalam berpikir maupun bertindak, masih banyak rakyat Indonesia yang plin plan dan belum siap mental untuk menghadapi perubahan. Tampaknya revolusi mental yang dijadikan motivasi utama presiden Joko Widodo tampaknya masih sangat jauh dari harapan dan masih menemui banyak sekali kendala agar bisa sukses.

Meskipun demikian pengurangan subsidi BBM ini juga harus diwaspadai pemerintah jangan sampai kebijakan yang bertujuan untuk pemulihan ekonomi negara dan peningkatan alokasi dana pendidikan, kesehatan, dan pelayanan publik yng lebih baik malah menjadi bumerang yang malah menjadikan Indonesia semakin jauh terpuruk. Sebab jika merujuk kepada APBNP 2014, asumsi harga minyak mentah Indonesia masih dipatok USD 105/barel. Sementara, Mean of Platts Singapore (MoPS) yang menjadi patokan harga jual rata-rata produk bahan bakar minyak di Asia masih pada level USD90 /barel. Jika harga minyak dunia tetap turun di bawah USD100/barel, maka pemerintah harus bekerja ekstra keras mencari jalan keluar agar masyarakat tetap menerima subsidi BBM.

Selain itu pemerintah juga harus memiliki visi yang sama untuk memberantas para pejabat-pejabat korup di kementrian-kementrian. Hal yang tidak kalah penting juga adalah pemerintah harus memfokuskan perhatian terhadap ketahanan dan kedaulatan energi yang dapat diwujudkan melalui upaya peningkatan produksi minyak sebagai sumber energi fosil dan peningkatan kemampuan kilang menghasilkan bahan bakar serta produk turunan lainnya.

Penggunaan energi alternatif seperti gas alam dan panas bumi perlu mendapatkan perhatian dengan memanfaatkan anugerah alam dari Sang Pencipta. Pengembangan bioenergi perlu memperhatikan sisi penyediaan bahan dan fasilitas pemrosesan serta pengilangan. Dalam hal energi alternatif dan bioenergi, upaya mendorong dan memotivasi masyarakat dalam menggunakannya perlu dilakukan secara konsisten karena menyangkut perubahan perilaku di masyarakat.

Harga BBM naik 2000 rupiah. Suka tidak suka, senang tidak senang, harus diikuti karena keputusan sudah diambil. Berbeda pendapat boleh boleh saja, menyampaikan aspirasi tidak ada yang melarang, namun ‘JANGAN KONYOL’ dengan menyampaikan pendapat dan aspirasi seperti orang barbar dan tidak punya pendidikan, yang anarkis bahkan sampai saling serang dan menimbulkan korban jiwa.

Kenaikan harga BBM tentunya menyeret naik harga kebutuhan lain, mulai dari beras yang adalah kebutuhan pokok. Tampaknya pemerintah akan tetap ngotot dan tidak akan menarik keputusannya. Karena Negara tidak ada pilihan lain, selain melakukan manuver-manuver agar dapat bertahan hidup dan bangkit dari keterpurukan. Oleh karena itu pemerintah juga tidak boleh memandang sebelah mata hal yang sangat penting dan krusial tersebut. Pemerintah tentunya sudah menyiapkan langkah-langkah yang tepat untuk menghadapi berbagai factor yang ditimbulkan oleh kenaikan BBM tersebut seperti kenaikan harga bahan pokok dan kebutuhan hidup. Semoga saja kemetrian terkait yang berwenang dapat memberikan solusi yang bijak dan terbaik untuk mengatasi dampak tersebut.

Semoga ini menjadi awal dari kebijakan Pemerintah yang diharapkan dapat perhatikan rakyat kecil yang lebih menderita dan masih berada jaauh dibawah garis kemiskinan, pengangguran dan anak terlantar serta gelandangan dan memberikan rakyat Indonesia yang haus akan kemajuan bangsa dan negara nya tersebut keyakinan bahwa kemahalan ini tidak akan sia-sia seperti yang terjadi selama ini, beri mereka secercah harapan bahwa 2000 rupiah adalah awal dari perubahan yang lebih baik serta buat mereka percaya bahwa mereka harga yang dibayar sekarang merupakan suatu bentuk investasi untuk masa depan serta pengorbanan untuk sebuah kemajuan dan kesejahteraan yang lebih baik ke depannya. Semoga.