Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

eCIPUTRA.comAvatar border
TS
eCIPUTRA.com
Perubahan Paradigma dalam Corporate Social Responsibility


Dalam sebuah ulasannya di Harvard Business Review, Michael Porter menjelaskan bahwa ada hubungan antara bisnis dan masyarakat. Hubungan ini berbentuk nyata dalam upaya-upaya CSR (Corporate Social Responsibility) yang banyak diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan baik yang skalanya besar, sedang hingga kecil dan mikro sekalipun.

Namun demikian, telah terjadi pergeseran paradigma dalam dunia CSR akhir-akhir ini, tulis Porter. Apa yang dimaksudkan dengan perubahan itu? Menurutnya, saat ini filosofi lama tentang CSR yang menegaskan bahwa apa yang bagus untuk perusahaan atau dunia bisnis pastinya akan bagus juga dampaknya untuk masyarakat. Di sini, kita mendapatkan kesan bahwa aspek bisnis menjadi prioritas utama. Langkah sederhana untuk mengoptimalkan profit sudah dianggap cukup bagus dalam upaya CSR. Peningkatan laba sendiri, tanpa disertai upaya CSR, akan menjadi tidak bermakna terutama jika ditilik dari dampak positifnya bagi perbaikan kesejahteraan masyarakat pada umumnya. Pandangan itu sudah dianggap usang.

Porter menuliskan bahwa paradigma terbaru adalah apa yang bagus untuk masyarakat, pastinya akan berdampak bagus untuk perusahaan dan dunia bisnis. Terjadi sebuah dekonstruksi atau perombakan pola pikir di sini. Kita yang sudah terbiasa mengutamakan kepentingan laba perusahaan kini perlu mulai mengubah cara pandang, bahwa hal-hal yang dilakukan perusahaan pada masyarakat perlu diiringi dengan itikad baik untuk memajukan masyarakat. Bila masyarakat menjadi lebih maju dan sejahtera, secara langsung atau tidak langsung dunia bisnis akan juga menuai hasil positifnya.

Sudah saatnya setiap perusahaan perlu didorong untuk memikirkan caranya untuk tidak hanya menggenjot output/ labanya tetapi juga outcome-nya. Sebuah perusahaan makanan misalnya seharusnya meningkatkan nutrisi masyarakat yang juga nantinya menjadi konsumen mereka. Sebuah perusahaan energi juga perlu menyadari perlunya meningkatkan suplain energi di masyarakat. Contoh lainnya ialah bagaimana sebuah bank di Jerman perlu menyadari tugas mereka yang utama: memperkaya nasabahnya. Dengan memiliki cara pikir seperti ini, bank itu terpacu untuk mendidik konsumennya untuk bagaimana berinvestasi lebih baik, menabung lebih baik dan membelanjakan uangnya dengan lebih bijak. Bank ini bahkan mengadakan workshop bagi para depositornya agar mereka lebih teredukasi dengan cara membeli barang-barang dengan lebih cerdas dan bijak. Jadi, bank ini memiliki perbedaan dari kompetitornya yang cuma mempersilakan orang mendepositokan dana mereka lalu pergi begitu saja dan hanya kembali untuk mengambil dana mereka dan bunganya.

Anda bisa temukan bahwa cara pandang yang lebih holistik ini pada gilirannya akan membuahkan keuntungan yang lebih besar dalam jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan. Inilah inti dari CSR yang lebih berdampak. Bukan hanya membagi-bagikan uang pada masyarakat luas tetapi juga membangun kehidupan yang lebih baik bagi semua orang. (Philip Kotler/ Akhlis)

sumber
0
1.9K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan