Ferdyan Sjarifudin Pesepakbola Cilik Tewas di Belanda. Kabar duka datang dari Amsterdam, Belanda. Pesebakbola cilik berkebangsaan Indonesia, Ferdyan Sjarifudin, meninggal dunia hari Kamis, 13 November 2014, waktu setempat. Ferdyan Sjarifudin selama ini bermain di klub Amsterdam AVV SDZ.

Ferdyan Sjarifudin sudah cukup lama tinggal di Amsterdam bersama kedua orangtuanya yang berasal dari Madiun, Jawa Timur. Kabar meninggalnya Ferdyan Sjarifudin tersebar ke seluruh Belanda karena semua media, baik media besar maupun media kecil, mengabarkan kematian pesebakbola cilik itu.

Situs berita at5 bahkan memberitakan Ferdyan Sjarifudin ditemukan bersimbah darah di depan apartemen Spaarndammerbuurt Amsterdam. Dugaan sementara, Ferdyan Sjarifudin ditusuk oleh ayah kandungnya sendiri yang berusia 46 tahun. Hal ini tentu mengejutkan banyak pihak.

Situs Sepakbolanda yang kerap mengulas sepakbola Belanda yang berkaitan dengan Indonesia menjelaskan bahwa regu penolong tidak berhasil menyelamatkan nyawa Ferdyan Sjarifudin yang sudah bersimbah darah. Di mata tetangga dan kawan-kawannya, Ferdyan Sjarifudin dikenal sebagai anak yang pendiam namun selalu menyapa kalau berpaspasan.



Ferdyan Sjarifudin biasa dipanggil Didik oleh keluarga dan teman-temannya di Indonesia. Ferdyan Sjarifudin sangat akrab dengan keluarga besarnya di Indonesia. Setidaknya itulah yang terlihat dari laman akun Facebooknya. Awal bulan Agustus 2014 lalu, Ferdyan Sjarifudin pulang kampung untuk berlebaran di Madiun, Jawa Timur.

Ferdyan Sjarifudin mulai bermain untuk Amsterdam AVV SDZ sejak 2 tahun lalu. Namun baru musim 2014-2015 ini, Ferdyan Sjarifudin lolos seleksi menjadi pemain kompetisi. Setiap minggu, penggemar Ajax Amsterdam dan Real Madrid itu latihan dua kali dan mengikuti kompetisi tim E6 satu kali.

Menurut pelatih Amsterdam AVV SDZ, Dimitry Jansen, sebagai pemain bertahan, Ferdyan Sjarifudin menjadi pemain yang bermental baik. Dimitry Jansen menyebut Ferdyan Sjarifudin pesebakbola cilik yang tenang, ramah, dan selalu terlibat dalam permainan. Dimitry Jansen juga bercerita bahwa ia hanya sekali melihat ayah Ferdyan Sjarifudin menemani anaknya latihan.

Ferdyan Sjarifudin memang biasa datang sendiri ke tempat latihan, baik dengan bersepeda maupun dengan angkutan umum. Di antara pemain lain, Ferdyan Sjarifudin memang dikenal mandiri karena ia sering datang ke tempat latihan sendiri. Dimitry Jansen pernah bertanya dan Ferdyan Sjarifudin menjawab bahwa ayahnya tidak suka sepakbola dan lebih suka ke masjid.

Sebagai bentuk belasungkawa, Amsterdam AVV SDZ membuat tempat khusus untuk Ferdyan Sjarifudin. Sebelum melakukan latihan dan memulai pertandingan, semua pemain dan official Amsterdam AVV SDZ juga mengheningkan cipta selama semenit untuk mengenang Ferdyan Sjarifudin.

Tidak hanya Amsterdam AVV SDZ, sekolah Spaarndammerhout tempat Ferdyan Sjarifudin menimba ilmu juga menggelar acara untuk mengenang Ferdyan Sjarifudin. Guru dan teman-teman sekolahnya melakukan mars berkabung dari sekolah ke apartemennya. Di dinding apartemen Spaarndammerbuurt Amsterdam, tampaka ada tulisan “Waarom? R.I.P. Ferdyan”.

Selamat jalan, Ferdyan Sjarifudin.