fz1187Avatar border
TS
fz1187
ekspedisi Cabe pedas
JALANAN adalah salah satu “Universitas
Kehidupan” yang memberikan nilai-nilai, pelajaran dan makna kehidupan.
Disana berserakan ilmu kebaikan bercampur aduk dengan nilai-nilai keburukan. Ribuan
teks yang seolah tersusun rapi menjadi buku yang layak
menjadi bacaan bagi siapapun yang ingin meningkatkan
kualitas kehidupan.
Bahkan, jalanan adalah referensi nyata bagi pencari
hidup. Disana kita membaca perilaku manusia.
Mendapatkan tetesan tentang keberanian, ketegasan,
daya juang, tenggang rasa, solidaritas dan seterusnya
dalam nilai-nilai kebaikan. Sebaliknya, jalanan
memberikan pelajaran tentang tipu menipu, kelicikan,
curang dan sederet nilai buruk. Tinggal kitalah yang
harus mampu memilih dan memilah.
Pekan lalu, seorang sopir di Jember memberikan kisah-
kisah kehidupan yang penuh makna tentang universitas
jalanan. Betapa detail dan rincinya perbedaan antara
sopir yang mengangkut kayu, sayur, dan barang lainnya
dengan sopir yang mengangkut cabai pedas.Mereka
sama-sama dijalan, tetapi karena “fakultasnya” berbeda,
maka semua yang harus dipelajari, disiapkan sangat
spesifik.
Kali ini, saya ingin menulis khusus tentang “Fakultas
Sopir Cabai” dari Universitas Kehidupan.Para sopir yang
menjadi “mahasiswa” fakultas cabai” ini ternyata sopir
pilihan. Mereka harus mentalnya baja, fisiknya kuat,
kuat menahan lapar, dan yang paling penting, harus siap
satu hal yang lumayan mengerikan : Mati dijalanan atau
ditahan karena nabrak orang.
“Dosen”nya juga killer. Salah satunya sang dosen
adalah juragan truk itu sendiri. Sebelum memulai
pelaharan, selalu menanyakan dua hal. “Apakah kamu
sudah pamit keluargamu ? Apakah kamu sudah siap
segala galanya termasuk mati dijalan atau ditahan
karena nabrak orang ?” Sebuah pertanyaan yang tidak
bisa dijawab. “Belum atau tidak siap.” Hanya satu
jawaban yang harus disampaikan, “Siaaap”. Apalagi
pertanyaan itu disampaikan menjelang detik-detik
diberangkatan, dan kunci mobil truk sudah diberikan
beserta uang bensin dan uang makan.
Ada apa sebenarnya dengan sopir truk cabai ? Ada
bedanya dengan sopir truk yang mengangkut kayu, beras
atau barang-barang lainnya ? Ternyata sopir truk cabai
adalah istimewa.Diantaranya, mereka tidak boleh telat
sampai ditempat. Perjalanan Jember-Jakarta, harus
ditempuh dalam waktu singkat. Jam8 malam berangkat
dr Jember, siang harus masuk Jakarta. Pada umumnya
perjalanan Jember-Jakarta 24 jam.Tapi mobil yang
bawa cabai harus 16 hingga 20 jam sampai.
Akibatnya, ngebut dan bahkan super ngebut adalah
langkah yang harus dicapai. “Kecepatan sampai 120
Km/per jam, adalah “makanan” sehari hari. Polisi sudah
paham betul perilaku sopir cabai. Tidak mungkin mereka
menghadang ditengah malam para sopir ini, karena
mereka tidak mungkin akan mau
berhenti.“Kecepatannya seperti setan.” Tutut sang sopir.
Bahkan untuk santai, duduk duduk di warung, jarang
dilakukan sopir truk cabai. Mereka membawa makanan
dan minuman, dan makan di mobil. Bergantian dengan
sopir cadangan, mereka jarang berhenti dijalanan. “
Telat 5 menit HP sudah pada bunyi. Apalagi telat lama,
juragan bisa ngamuk-ngamuk. Harga cabai bisa
langsung drop kalau sampai terlambat.”
Logika, pikiran sehat, tidak banyak digunakan oleh para
ekspeditorcabai pedas. Jalan roda belakang miring
adalah pemandangan sehari-hari.Dan pada sisi lain,
penghasilan mereka juga lebih besar. Karena resiko
nyawa dirinya atau orang lain, menjadi taruhannya.
Puncak keberhasilan seorang sopir cabai pedas adalah,
sampai di tujuan tepat waktu. Tidak boleh terlambat
sedikitpun. Sebuah disiplin yang tidak mudah dicapai.
Sebuah golongan orang yang punya karakter tersendiri.
Makna dari catatan sederhana ini adalah :
Pertama, bahwamobilitas manusia kadang
harus harmoni dengan alam semesta dan isinya.
Mengirim Cabai Jember-Jakarta, atau bahkan kadang
Jember sampai Palembang dengan tempo waktu yang
terukur adalah hubungan harmonis antara cabai yang
baru dipetik untuk sampai pada konsumen yang mau
menggunakan. Begitu harmoni itu gagal dilakukan, maka
cabai menjadi busuk dan konsumen tidak mampu
menikmati cabai, atau bahkan bisa sakit kalau harus
makan cabai busuk.
Kedua, orang sering lupa dan meremehkan
harmoni kehidupan ini. Betapa hidup ini tidak bisa
memikirkan dirinya sendiri. Hanya perkara sepele cabai
saja yang ujung-ujungnya untuk sambal sebagai
kenikmatan makanan, terjadi kerjasama harmonis antara
petani penanam, juraganm sopir hingga pedagang di
pasar. Sebuah nilai sederhana, tetapi sering kita abaikan.
Betapa kita para penikmat sambal mengabaikan peran-
peran mereka.
Ketiga, Dalam konteks kehidupan sehari-hari
“ilmu harmoni” sopir cabai di univesitas kehidupan
adalah pelajaran sederhana tetapi penting, bahwa hidup
itu harus ada aturan, saling memahami dan mengerti,
saling taat di wilayah masing-masing. Keringat-keringat
mereka adalah yang menyuburkan alam semesta.
Bahkan butir keringat itu semoga menjadi butiran-butiran
tasbih untuk mendekat kepadaNya dengan cara yang
berbeda.
Harmoni alam semesta – manusia, akan abadi dengan
memahami mekanisme kehidupan ini. Dan rusaknya
kehidupan adalah ketika orang “menabrak” keharusan
proses dengan cara-cara yang “memotong kompas”
proses. Dan itulah dosa para koruptor.
Kita bisa belajar pada alam semesta untuk menemukan
kejernihan, termasuk belajar pada kegigihan sopir cabai
pedas.

sumber : http://m.kompasiana.com/post/read/56...bai-pedas.html
Diubah oleh fz1187 17-11-2014 07:21
0
23.8K
1
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan