Original Posted By garandman►Sedikit cerita ttg serba-serbi self defense ...

Kemarin saya jalan2 sama istri dan anak2 (cewek semua) ke kota lain utk belanja keperluan rumah tangga. Setelah belanja istri saya ingin makan di RM Vietnam. Ternyata jumlahnya banyak sekali karena kami berada di Vietnamese town. Kami pilih yg parkir nya mudah (tepat di depan restaurant).

Pelayan mempersilakan kami duduk di meja yg terletak di pojok. Seperti biasanya saya pilih duduk menghadap ke pintu masuk dan membelakangi tembok. Saya langsung melakukan evaluasi lingkungan dan threat assessment. Saat itu tidak ada pengunjung restaurant lain yg tampak mencurigakan. Pengunjung lain masuk kategori spt keluarga, pasangan yg either sedang pacaran atau sibuk berbincang2, atau makan sendiri tetapi memang sibuk makan (matanya tidak jelalatan kesana kemari).

Bagian depan restaurant semuanya terbuat dari kaca, sehingga saya bisa melihat activities diluar restaurant. Immediately, saya menangkap kegiatan yg mencurigakan yg dilakukan oleh seseorang yg tidak jelas maksud dan tujuan kehadiran dia disitu (bahasa sininya "loitering"). Short stubby person, asian or hispanic, about 155-160 cm in height, 65-70 kg in weight, rambut potong sangat pendek (almost bald), mengenakan kemeja lengan panjang flanel warna dasar biru motif kotak2, tidak dikancing dan tidak dimasukkan ke jeans. Dia mondar-mandir di depan restaurant dan menghentikan orang2 yg lewat di depan tempat itu. Tampaknya dia berusaha utk minta sesuatu atau menawarkan sesuatu ke orang yg lewat disitu. Ada bbrp orang yg tampak mengenal orang ini dan mereka berinteraksi seolah-olah melakukan koordinasi.

Saya memberitahukan istri yg duduk di sebelah ttg hasil observasi ini dalam bahasa Indonesia. Anak saya yg sulung (13 th) juga mendengar dan mengerti (adiknya tidak begitu bisa menggunakan bahasa Indonesia, so she was oblivious to the whole thing).

Saya tinggal di kota kecil jadi premanisme spt ini sangat jarang atau bahkan tidak ada. Namun di kota metropolitan spt yg saya kunjungi kemarin, kegiatan premanisme terutama di kawasan yg mayoritas berpenduduk orang Asia, Blacks dan Mexican, tidak jarang masih kita temui kegiatan2 spt ini.

Anyway, saya tidak tahu apakah orang2 di luar itu sedang mencari mangsa dan apa rencana mereka. Pengunjung restaurant yg lain tampaknya tidak peduli. Disinilah pentingnya kita memiliki situational awareness. Dengan memperhatikan lingkungan, kita bisa memformulasikan plan of action bila sesuatu terjadi. Dalam kasus saya, saya dan istri membawa senjata. Jadi kami memiliki option utk melakukan self defense dengan senjata. Namun opsi lain yg tidak kalah bijaknya adalah meninggalkan tempat tsb bila memang your "spider instinct" tells you to leave.

But, keluarga saya lapar dan istri saya sudah lama ingin menikmati makanan Vietnam. So, we stayed and waited for our food. Namun saya melakukan persiapan just in case orang2 di luar itu melakukan tindakan yg mengancam keselamatan saya dan keluarga. Posisi duduk kami sama sekali tidak memberikan kesempatan utk kabur. Jadi kalau orang2 ini masuk ke restaurant dan katakanlah mau merampok ... the only option I could see was to shoot it out. Kalau ini sampai terjadi, saya harus bergerak secara orthogonal thd garis lurus yg menghubungkan pintu depan restaurant dengan meja tempat keluarga saya duduk. Why? Karena kalau saya tetap berada disitu, maka tembakan dari pihak penjahat akan juga mengarah ke keluarga saya. Dengan melakukan orthogonal movement away from my family, saya akan mengalihkan arah tembakan mereka menjauhi keluarga saya. Bila ini terjadi, maka istri akan punya kesempatan utk cabut her Glock 26 dan melakukan supporting fire disaat perhatian penjahat terpaku pada saya. So, we would catch them in a cross-fire. Anak2 juga saya beritahu to hit the deck bila saya berikan instruksi.

Saya membawa 1911 di pinggang kanan. The gun was locked and loaded, namun utk bisa mencabut senjata, saya harus pull up the kemeja yg saya kenakan (untucked). Dalam antisipasi ini, jari2 tangan kiri mencengkeram bagian bawah dari shirt. Bila saya harus unholster the 1911, tangan kiri saya sudah siap utk mengangkat bagian bawah baju dan tangan kanan bisa langsung unholster the gun and I will be ready for action. My 1911 is loaded with 8 + 1 (in chamber) rounds of 230 grain Jacketed Hollow Point personal defense ammo dari Winchester. Spare magazines ada di sisi kiri pinggang (2 8-round magazines) dan di saku kiri depan celana (2 10-round magazines). Saya juga bawa satu pucuk pistol KelTec P32 di saku kanan depan celana loaded with 8 rounds of 32 ACP sebagai back-up gun.

Situasi bertambah tegang saat orang yg saya sebutkan tadi memasuki restaurant. Dia minta sesuatu (uang atau makanan, or both) dari pemilik restaurant. Begitu orang itu masuk keluarga saya langsung kondisi merah. Kami mengikuti gerak-gerik orang ini selama dia ada di restaurant. Saya berusaha memperhatikan apakah ada tanda2 kalau dia bawa senjata di balik bajunya yg gombrong itu. Hard to tell. Di kondisi seperti inilah kita harus mempersiapkan mental bhw when shit hits the fan, we may get shot. We have to prepare ourselves mentally to continue fighting even after you are hit.

Luckily, orang itu meninggalkan restaurant setelah pemilik restaurant memenuhi permintaan nya. We were down to condition yellow, namun masih tetap waspada. The food was good, but it would have tasted a whole lot better if we had enjoyed the food without worrying about some unsavory characters around us.

Carrying a gun does not make me feel invincible or more powerful. But, it gives me a peace of mind that I have more options to defend myself and to protect my family. Why do I carry a gun (or guns)? Because carrying a living and breathing police officer is way too heavy.

Original Posted By garandman►

Sama sekali tidak benar kalau dikatakan bhw penggunaan senjata api dalam khasanah "self defense" di AS baik utk law enforcement ataupun licensed civilian memiliki tujuan "mematikan". No. Dari semua training yg pernah saya ambil, yg diantaranya diberikan oleh lead instructor yg juga seorang Law Enforcement firearms instructor, selalu ditekankan bhw penggunaan senjata api for self defense adalah utk "neutralize" the threat. Bukan utk "melumpuhkan" dan bukan juga utk "mematikan", melainkan utk menetralisir ancaman.

Kebanyakan teori penggunaan senjata api utk self defense yg diajarkan ke warga sipil di AS diambil dari konsep yg sama yg dipakai oleh kepolisian disini. Alasannya agar bila kasusnya diajukan ke pengadilan maka warga sipil yg menggunakan senjata api utk self defense dapat dengan mudah menunjuk ke SOP yg sama yg digunakan oleh personil kepolisian. Bila SOP itu OK digunakan oleh Polisi, kenapa warga sipil tidak boleh pakai? Apakah nyawa seorang polisi itu lebih berharga dibandingkan nyawa warga sipil biasa? Tentunya tidak kan? Bedanya, nyawa polisi sering terancam karena resiko tugas memburu penjahat, sedangkan nyawa warga sipil bisa terancam bila dia menjadi korban kejahatan. Namun yg namanya ancaman atas keselamatan seseorang dinilai sama oleh hukum di AS, sehingga proses pembelaan pun sering disamakan antara seorang anggota polisi dan warga sipil biasa.

Saya berikan satu contoh. Polisi di AS umumnya menggunakan JHP (jacketed hollow point) bullet di sidearms mereka. Diantara jenis JHP modern yg populer dikalangan kepolisian adalah Winchester Ranger-T dan Speer Gold Dot. Kedua JHP ini dirancang utk mushroom (mekar) saat menembus tubuh manusia sehingga diameter projectile bisa berkembang hingga hampir 2x lipat! Disamping itu, Ranger-T yg mengembang akan memiliki ujung yg tajam yg mirip cakar ("T" in Ranger-T memiliki arti "Talon" = Cakar). Believe it or not, Ranger-T ini adalah improved version dari Winchester Black Talon yg sangat ditakuti di dekade 90an dulu. Kalau dulu Black Talon dianggap memiliki daya rusak yg sangat menakutkan, Ranger-T justru lebih deadly lagi karena dia memiliki kemampuan expansion yg lebih consistent dan lebih reliable dalam menembus sasaran yg mengenakan pakaian tebal atau bersembunyi dibalik solid barrier (spt kaca mobil). So ... apakah civilians boleh menggunakan jenis ammo ini utk self defense? You bet! Justru para instruktur self defense menganjurkan agar murid2 nya menggunakan ammo yg sama dengan yg digunakan oleh kepolisian. Sebab bila si murid sampai harus menggunakan senjatanya utk self defense dan pihak JPU menuduh si civilian ini "haus darah" karena menggunakan jenis ammo yg sangat destructive .... maka dengan mudah pembela akan menunjuk ke fakta bhw ammo yg sama adalah ammo standard yg digunakan berbagai police department. Kalau a civilian dianggap "haus darah" karena menggunakan Ranger-T, lalu apakah berarti seluruh Police Department juga haus darah karena menggunakan Ranger-T sebagai official issue ammo mereka? Of course not.

Another thing ..... saya belum pernah baca atau dengar American Police officers mengeluarkan tembakan peringatan atau tembakan yg "melumpuhkan" dalam menghadapi suspects yg bersenjata atau berbahaya. Tembakan peringatan justru dipandang lebih riskan di mata hukum akibat liability yg harus ditanggung bila peluru tsb ricochet atau jatuh mengenai warga yg tidak bersalah. Begitu senjata polisi meletus, sasarannya biasanya langsung ke COM (center of mass). Lalu bagaimana dengan proses aplikasi dari continuum of force? Ini ada, namun US police officers memiliki alat2 lain yg merupakan bagian dari force continuum ini. Contohnya adalah mace, baton, dan stun gun. Jadi kalau a police officer ingin "melumpuhkan" tanpa mematikan, maka method of choice yg digunakan biasanya salah satu dari alat2 ini, bukan dengan senjata api mereka (kecuali kalau mereka kebetulan bawa shotgun yg diisi dengan less-lethal ammo spt bean-bag shell misalnya). Namun utk personil Polri, saya bisa mengerti kurangnya less lethal options spt yg saya sebutkan diatas. Sehingga, sering kali upaya "melumpuhkan" suspects melibatkan senjata api.

Original Posted By garandman►Utk less lethal option saya cuma bawa 3-in-1 defensive spray buatan Sabre spt ini :



3-in-1 ini menggabungkan CS (military tear gas), OC (oleoresin capsicum or pepper extract), dan UV dye (utk identification of suspect). Kenapa pilih yg 3-in-1? Karena orang yg sedang dalam pengaruh narkoba atau obat2an tertentu kadang2 tidak merasakan pengaruh CS atau OC by itself. Jadi digabungkan saja, so if one does not give full effect, we can hope that the other agent might do the trick.

Iya, kalau sepi ya saya pamit saja. Mungkin pada bosan kalau saya nongol terlalu lama disini ...

Original Posted By garandman►

Utk LEO saya kira defensive spray adalah jenis less lethal yg perlu dibawa. Taser juga OK, tapi harganya mahal dan perlu latihan yg benar supaya tidak mematikan. Sedangkan pepper spray atau CS spray lebih umum dan resikonya lebih kecil.

Saya juga sipil kok mas.

Defensive spray yg saya bawa ya disemprot (namanya juga spray). Kalau dilempar ya disebut grenade dong.