SELAMAT DATANG AGAN & AGANWATI SEMUA
Quote:
Ane disini hanya ingin cari tau tentang "TRADISI GADAI ANAK" mungkin agan & agan wati semua ada yg tau tentang tradisi tersebut.
berdasarkan pengalaman ane jg nih gan, karena menurut sodara, tetangga, & org2 yg baru liat ane beserta anak ane yg masih balita, menurut meraka ane sama anak ane tuh mirip bgt, maka'a banyak yg bilang kalo ane harus ikutin tradisi yg nama'a GADAI ANAK...
Dengan ada'a banyak org yg ngomong kyk gitu gan, akhir'a ane searching2 di mbah'a seluruh dunia, yaitu di mbah google & ane langusng dah tuh dapet atu artikel tentang tradisi gadai anak.
NIH ILUSTRASINYA MUNGKIN GAN KEMIRIPAN ANAK DAN ORTUNYA
Quote:
Quote:
SALAH SATU ARTIKAEL YANG ANE DAPET DI MBAH GOOGLE GAN
Quote:

Tradisi “gadai anak” acap ditemui dalam beberapa suku atau etnis di Indonesia, tidak terkecuali etnis Minang. Anak yang “digadaikan” tetap dalam pengasuhan orang tua kandung si anak.
Tradisi ini lebih kurang bermakna, orang tua “menggadaikan” anaknya (biasanya balita), yang diikuti menyerahkan anak secara simbolis ke pihak penerima gadai, biasanya keluarga dekat atau orang yang dikenal lainnya, yang diikuti pemberian sejumlah benda gadai—uang, kelapa dan beras—oleh si penerima gadai pada pemberi gadai.
“Gadai anak” ini akan ditebus pada saat si anak kelak tumbuh dewasa dan akan kimpoi. Benda gadai—uang, kelapa dan beras tadi—akan ditebus kembali sesuai permintaan atau sekerelaan penerima gadai. Penebusan gadai bisa dilakukan ke ahli waris andai penerima gadai semula meninggal dunia. Pada saat penebusan itulah “gadai anak” berakhir.
Bagaimana jika gadainya tidak ditebus? Konsekuensinya ternyata menarik. Si anak yang “digadaikan” akan menjadi “anak” dari si penerima gadai.
Tentu saja tidak setiap anak memenuhi kriteria layak digadaikan. Yang digadaikan hanya anak lelaki yang wajahnya mirip bapaknya atau anak perempuan yang wajahnya mirip ibunya.
Adapun tujuan digadaikan adalah, supaya salah satu dari yang memiliki kemiripan wajah tersebut tidak “diambil” (baca: meninggal dunia) dan supaya tidak selalu berlawanan/bertengkar.
Sebagian orang masih mempercayai sepenuhnya tradisi “gadai anak” ini. Sebagian lagi tidak mempercayai tapi tetap menjalankan sekedar penghormatan tradisi saja. Selebihnya sama sekali tidak lagi menjalankan tradisi ini.(*)
SUMBERNYA NIH GAN ----->
KOMPASIANA
cuma itu ja gan yg ane tau, mungkin di KASKUS ini agan atw aganwati semua ada yg lebih paham tentang TRADISI GADAI ANAK tersebut, dan ane mohon pencerahan'a gan, serta saran2'a...
TERIMAKASIH