Gue pertama kali denger kata pencitraan itu pas menteri BUMN Dahlan Iskan membuka pintu tol dalam kota Jakarta dan membiarkan mobil lewat tanpa bayar plus beliau pernah tidur di salah satu rumah warga ketika blusukan ke daerah.

Setelah itu, makin banyak terdengar kata pencitraan di media massa khususnya.

Menurut gue, semua orang waras normal dan ingin berprestasi pasti butuh pencitraan.
Tukang sate butuh pencitraan supaya satenya laku.
Tukang jual HP di roxy pasti butuh pencitraan juga supaya banyak orang beli HP di tokonya.
Karyawan swasta pasti butuh pencitraan supaya dapet nilai bagus dan dapet kenaikan tinggi plus bonus.

Kalo pejabat publik melakukan sesuatu yang tidak lazim (menurut sebagian orang) pasti dianggap pencitraan. Seperti menteri tenaga kerja kemaren yang melakukan sidak di penampungan TKI, banyak orang bilang itu pencitraan.
Terus, kalo itu pencitraan, so what????
Bagi gue, tindakan yang diluar kebiasaan itu disebut pencitraan, karena orang yang punya pikiran picik seperti itu adalah hasil doktrin orde baru.

Bagi yang lahir sebelum tahun 1990, pasti tahu, ga pernah kita denger atau baca yang namanya PENCITRAAN di media massa. Karena pejabat itu maunya main aman, maunya asal bapak senang, maunya yang penting heppy supaya bisa hangky pangky.

Sudah saatnya negara ini butuh terobosan dan pemikiran "out of the box" kalo semua pejabat berperilaku blusukan dan hasilnya itu ternyata membawa manfaat, justru bagus kan?

Justru pejabat yang gemar melakukan "PENCITRAAN" perilakunya akan dikontrol oleh masyarakat banyak, tindak tanduknya akan sangat diperhatikan, sehingga pejabat itu akan mikir apabila ingin korupsi atau melakukan tindakan buruk.
Jangankan korupsi, mau masuk ke Delta Spa aja mungkin masih mikir.

Bagi para pejabat publik, teruslah lakukan "PENCITRAAN" dan jalankan amanah.

Thread pertama di forum lounge...........