- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Orang Pinggiran : Tyo


TS
odoy.beboy
Orang Pinggiran : Tyo
Nama gue Tyo. Gue sering baca ungkapan, “do what you love or love what you do”. Gue yakin, lu pun pernah baca, atau minimal pernah denger. atau maksimal dijadiin status. 
Umur gue 25 tahun, gue suka tidur -baik ditiduri apalagi meniduri (lupakan kalimat ini)- dan gue adalah pengangguran. Apalagi pekerjaan seorang pengangguran selain tidur? Kalo berpegangan pada kalimat bule diatas, berarti gue harus mencintai setiap jam tidur gue. Sayang, diusia gue yang sekarang, kalo gue masih tetap berpegang teguh pada kalimat itu, yang ada gue akan tidur dan gak bangun-bangun lagi (dibaca: mati kelaparan).
Gue memutuskan untuk tidak me-do what you loveapalagi love what you do, karena apa yang gue love sekarang, hanya akan menjerumuskan gue ke dalam keadaan yang lebih sengsara dari saat ini. Akhirnya, gue memaksa diri untuk me-do what you can-kan diri gue. Nyupir.
Nyupir adalah do yang bisa gue jalani saat ini. Bahkan gue merasa tidak sekedar can saat pegang stir, gue expert. Kenapa? Gue kasih tau sama lu, indikasi lu adalah seorang pengemudi yang expert. Pertama, biaya yang lu keluarkan untuk bikin sim gak mahal. Kedua, gak ada yang bisa nyerobot jalur lu saat jam pulang kantor di tol dalam kota atau dipertigaan pasar tumpah, atau di depan gereja yang abis gelar ibadah atau, di extol Ciawi hari sabtu. ~
Dan ketiga, lu bisa nyalip 2 sampai 4 truk gandeng di jalur Pantura saat arus mudik dengan satu hentakan pedal gas. Wuanjiiirrr..
Udah 3 bulan ini gue menjalani pekerjaan yang menguras habis stok sabar yang gue punya. Gak ada pekerjaan yang menuntut kesabaran lebih buanyaakk, ketimbang nyupir di jalanan ibu kota. Gak ada.
===========
Hari itu, hari Sabtu. Gue cuma mau menikmati apa yg gue love selama ini. Gue kehabisan tenaga buat melawan, karena malemnya gue pesta tuak sama supir-supir Batak, yang terkenal keras kepala itu.
07:00
“aih, dimana kau? Kenapa si Karno belum juga mengudara? Jam berapa ini!!” -Karno adalah sebutan khusus buat angkot yang gue pegang selama ini. Menurut Bang Timo, juragan angkot yang saban pagi punya hobi marah-marah ini, “angkot ini bak proklamator. Barang ni, adalah angkot pertama yang bebas asap rokok!”
“gua masih dirumah bang. Baru bangun. Gak narik kayanya gua hari ini..”
“alamaaaak. Begini… Beginilah yang aku tak suka memperkerjakan pemalas macam kau!”
“yaelah bang, hari ini doang. Gua kan juga butuh libur, bang.”
“aaaiihhh! Macam pegawai kantoran anak ini. Bekerja dimana kau rupanya, hah? Pertamina? Oh, pns kau rupanya? Di BPPT kantor kau? Main-main lah kau ke rumahku sekali-sekali, biar ku ludahi muka kau yang makin mesum itu!” Bang Timo berang. Udah gak keitung berapa kali gue dimaki-maki dia abis-abisan. Meski begitu, sekali pun Bang Timo gak pernah main tangan meski marah besar.
Bang Timo ini statusnya emang udah gue anggap sejajar sama Tuhan, bedanya. Tuhan nyuruh nyembah tanpa mara-marah, kalo Bang Timo nyuruh narik aja ngomongnya sambil melotot. Tuhan ngasih rejeki, Kehidupan buat gue. Nah, si Bang Timo kampret ini juga ngasih rejeki buat gue, nyewain sih lebih tepatnya, si Karno itu lah. *Karno kedap-kedip*
“N..Nah, nah. Berhubung kau serdaduku yang cukup banyak memberikan aku keuntungan ketimbang yang lainnya, kuberikan lah apa yang kau inginkan, hah. Hah? Gimana? Senang kau? Tidurlah kau! Tidur! Libur kau hari ini. Rebahkan badanmu yang masih lemas karena tuak semalam itu, hah! Kau, kan, juga butuh libur kan, heh? Ha ha ha."
“iya bang. Makasih bang. Bang Timo udah baik banget sama gua. Lu doang emang bang, temen gua!”
“ah, tak perlu lah kau berlebihan.”
"yang lainnya sodara, bang.."
"..."
Asik banget yah Tuhan gue…
Mppff.
15 menit setelah nutup telepon, Bang Timo sms.
“ee, itu. Siapa nama tetangga kau yang kau bilang punya anak lima tapi tak kerja itu? Pak Bowo, heh? Kau suruh dia kesini! Si Karno kesayangan kau itu, baru saja kehilangan Tuan, biar Pak Bowo ini sekarang yang merawatnya. Kau bilang sekarang juga yah, kutunggu 30 menit!”
Mandi gue langsung !!!
Seperti yang udah gue bilang, Bang Timo nih statusnya sejajar sama Tuhan. Dia tau kelemahan hambanya. Dia tau gue gak akan sampai hati ngasih kesempatan Pak Bowo buat bawa Karno, Karno milikku!, Karena begitu Pak Bowo dapet cara menghasilkan duit, gue gak akan tega buat merebutnya kembali. dan itu artinya, gue jadi gelandangan, lagi.
Gue sih yakin, sambil ngetik sms yang dia kirim, akal bulus Bang Timo bergumam, “ah, main-main si Jawa. Ku tau kau terlalu banyak menyimpan iba untuk orang lain dari pada untuk diri kau sendiri. Tapi ku pun juga tau semangat memerangi miskin yang kau miliki. Kau rasakan ini, hah. Masih mau, kau libur…”
08:30
Selama 3 bulan menjalani profesi sebagai supir angkot gue banyak berubah. Pertama jelas, tangan kanan gue lebih hitam dari tangan kiri. You know-lah, gaya supir angkot kalo nyetir. Kedua, gue malah menjadi pribadi yang lebih menghargai waktu. Bukan bermaksud murtad dari perserikatan supir angkot yang terkenal akan keanjingannya kalo ngetem, tapi gue adalah satu-satunya supir angkot yang gak pernah ngetem lebih dari satu menit. soalnya gue narik jam 2 malem
Dihari gue malas banget narik, Karno malah penuh sesak oleh penumpang. Padahal baru setengah jam gue bawa keluar dari pangkalan. Pangkalan yang tiap pagi baunya pesing....dan amis khas sperma. Biasanya, hari Sabtu dan Minggu penumpang tak sebanyak ini. Selain karena anak sekolah libur, juga karena guru tak mengajar pada hari itu. ... ... krikkk.

Umur gue 25 tahun, gue suka tidur -baik ditiduri apalagi meniduri (lupakan kalimat ini)- dan gue adalah pengangguran. Apalagi pekerjaan seorang pengangguran selain tidur? Kalo berpegangan pada kalimat bule diatas, berarti gue harus mencintai setiap jam tidur gue. Sayang, diusia gue yang sekarang, kalo gue masih tetap berpegang teguh pada kalimat itu, yang ada gue akan tidur dan gak bangun-bangun lagi (dibaca: mati kelaparan).

Gue memutuskan untuk tidak me-do what you loveapalagi love what you do, karena apa yang gue love sekarang, hanya akan menjerumuskan gue ke dalam keadaan yang lebih sengsara dari saat ini. Akhirnya, gue memaksa diri untuk me-do what you can-kan diri gue. Nyupir.
Nyupir adalah do yang bisa gue jalani saat ini. Bahkan gue merasa tidak sekedar can saat pegang stir, gue expert. Kenapa? Gue kasih tau sama lu, indikasi lu adalah seorang pengemudi yang expert. Pertama, biaya yang lu keluarkan untuk bikin sim gak mahal. Kedua, gak ada yang bisa nyerobot jalur lu saat jam pulang kantor di tol dalam kota atau dipertigaan pasar tumpah, atau di depan gereja yang abis gelar ibadah atau, di extol Ciawi hari sabtu. ~
Dan ketiga, lu bisa nyalip 2 sampai 4 truk gandeng di jalur Pantura saat arus mudik dengan satu hentakan pedal gas. Wuanjiiirrr..
Udah 3 bulan ini gue menjalani pekerjaan yang menguras habis stok sabar yang gue punya. Gak ada pekerjaan yang menuntut kesabaran lebih buanyaakk, ketimbang nyupir di jalanan ibu kota. Gak ada.

===========
Hari itu, hari Sabtu. Gue cuma mau menikmati apa yg gue love selama ini. Gue kehabisan tenaga buat melawan, karena malemnya gue pesta tuak sama supir-supir Batak, yang terkenal keras kepala itu.
07:00
“aih, dimana kau? Kenapa si Karno belum juga mengudara? Jam berapa ini!!” -Karno adalah sebutan khusus buat angkot yang gue pegang selama ini. Menurut Bang Timo, juragan angkot yang saban pagi punya hobi marah-marah ini, “angkot ini bak proklamator. Barang ni, adalah angkot pertama yang bebas asap rokok!”
“gua masih dirumah bang. Baru bangun. Gak narik kayanya gua hari ini..”
“alamaaaak. Begini… Beginilah yang aku tak suka memperkerjakan pemalas macam kau!”
“yaelah bang, hari ini doang. Gua kan juga butuh libur, bang.”
“aaaiihhh! Macam pegawai kantoran anak ini. Bekerja dimana kau rupanya, hah? Pertamina? Oh, pns kau rupanya? Di BPPT kantor kau? Main-main lah kau ke rumahku sekali-sekali, biar ku ludahi muka kau yang makin mesum itu!” Bang Timo berang. Udah gak keitung berapa kali gue dimaki-maki dia abis-abisan. Meski begitu, sekali pun Bang Timo gak pernah main tangan meski marah besar.
Bang Timo ini statusnya emang udah gue anggap sejajar sama Tuhan, bedanya. Tuhan nyuruh nyembah tanpa mara-marah, kalo Bang Timo nyuruh narik aja ngomongnya sambil melotot. Tuhan ngasih rejeki, Kehidupan buat gue. Nah, si Bang Timo kampret ini juga ngasih rejeki buat gue, nyewain sih lebih tepatnya, si Karno itu lah. *Karno kedap-kedip*
“N..Nah, nah. Berhubung kau serdaduku yang cukup banyak memberikan aku keuntungan ketimbang yang lainnya, kuberikan lah apa yang kau inginkan, hah. Hah? Gimana? Senang kau? Tidurlah kau! Tidur! Libur kau hari ini. Rebahkan badanmu yang masih lemas karena tuak semalam itu, hah! Kau, kan, juga butuh libur kan, heh? Ha ha ha."
“iya bang. Makasih bang. Bang Timo udah baik banget sama gua. Lu doang emang bang, temen gua!”
“ah, tak perlu lah kau berlebihan.”
"yang lainnya sodara, bang.."
"..."
Asik banget yah Tuhan gue…
Mppff.

15 menit setelah nutup telepon, Bang Timo sms.
“ee, itu. Siapa nama tetangga kau yang kau bilang punya anak lima tapi tak kerja itu? Pak Bowo, heh? Kau suruh dia kesini! Si Karno kesayangan kau itu, baru saja kehilangan Tuan, biar Pak Bowo ini sekarang yang merawatnya. Kau bilang sekarang juga yah, kutunggu 30 menit!”
Mandi gue langsung !!!
Seperti yang udah gue bilang, Bang Timo nih statusnya sejajar sama Tuhan. Dia tau kelemahan hambanya. Dia tau gue gak akan sampai hati ngasih kesempatan Pak Bowo buat bawa Karno, Karno milikku!, Karena begitu Pak Bowo dapet cara menghasilkan duit, gue gak akan tega buat merebutnya kembali. dan itu artinya, gue jadi gelandangan, lagi.
Gue sih yakin, sambil ngetik sms yang dia kirim, akal bulus Bang Timo bergumam, “ah, main-main si Jawa. Ku tau kau terlalu banyak menyimpan iba untuk orang lain dari pada untuk diri kau sendiri. Tapi ku pun juga tau semangat memerangi miskin yang kau miliki. Kau rasakan ini, hah. Masih mau, kau libur…”
08:30
Selama 3 bulan menjalani profesi sebagai supir angkot gue banyak berubah. Pertama jelas, tangan kanan gue lebih hitam dari tangan kiri. You know-lah, gaya supir angkot kalo nyetir. Kedua, gue malah menjadi pribadi yang lebih menghargai waktu. Bukan bermaksud murtad dari perserikatan supir angkot yang terkenal akan keanjingannya kalo ngetem, tapi gue adalah satu-satunya supir angkot yang gak pernah ngetem lebih dari satu menit. soalnya gue narik jam 2 malem

Dihari gue malas banget narik, Karno malah penuh sesak oleh penumpang. Padahal baru setengah jam gue bawa keluar dari pangkalan. Pangkalan yang tiap pagi baunya pesing....dan amis khas sperma. Biasanya, hari Sabtu dan Minggu penumpang tak sebanyak ini. Selain karena anak sekolah libur, juga karena guru tak mengajar pada hari itu. ... ... krikkk.
_ _ _



anasabila memberi reputasi
1
2K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan