- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kulitnya Melepuh dalam Inkubator, Bayi Berusia 5 Hari Akhirnya Meninggal


TS
cewegamer
Kulitnya Melepuh dalam Inkubator, Bayi Berusia 5 Hari Akhirnya Meninggal
thread ini sambungan dari http://www.kaskus.co.id/thread/544f0...nda-makassar/1
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Muhammad Fadli (31), tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa saat ditanya musabab kematian salah satu anak kembarnya, Fadhlan Khairy Al-Faiq yang baru berusia 5 hari.
Sedangkan Fayyadh Zafram Al Faiq, adik kembar almarhum Fadhlan, hingga Senin (27/10/2014) kemarin, dalam kondisi sehat. Kini Fayyadh bersama ibunya, Rafika (28) di rumahnya, Jl Warga Jl Parinring Dalam I nomor 4, Perumnas Antang, Manggala, Makassar.
"Ini mungkin sudah takdirnya anak saya, meninggal begitu," kata Fadli, kepada Tribun Timur (Tribunnews.com Network), kemarin siang.
Fadli menceritakan kepasrahannya di sebuah warung internet yang dia kelola di Komplek Unit Pegadaian, Jl Perintis Kemerdekaan IV, Tamalanrea, Makassar, Senin (27/10/2014) siang.
Ungkapan "begitu" oleh Fadli untuk menggambarkan kondisi anak pertamanya, Fadhlan, yang mengembuskan nafas terakhir di inkubator bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIB) Cathernia Booth, Jl Arif Rate, Makassar, Sabtu (25/10/2014) akhir pekan lalu.
Sebelum meninggal, selama dua hari (21 hingga 23 Oktober), almarhum Fadhlan dan adiknya, Fayyadh, sejatinya mendapat perawatan standar di inkubator bayi manual di RSIB Bunda, Jl Pengayoman Blok F9 nomor 25, Panakkukang, Makassar.
Di RSIB Bunda inilah, asal muasal kondisi tragis bayi Fadhlan bermula.
Karena kurangnya kontrol tim paramedis, dan perawatan dari suster yang seadanya, kulit punggung bayi Fadhlan melepuh.
Dokter Membantah
Pihak RSIB Bunda yang dikonfirmasi, kemarin, membantah ada pasien atau bayi meninggal karena terpanggang inkubator.
"Jika ada yang terpanggang pasti keluarkan bau," kata Direktur Rumah Sakit Bunda, Dr Darni Tangsa, yang dikonfirmasi via telepon semalam.
Saat Tribun Timur mendatangi RSIB Bunda, sekitar pukul 14.20 Wita, perawat mengatakan, "Ibu lagi keluar. Tidak ada yang bia dikonfirmasi di sini."
Si perawat lalu memberikan nomor ponsel ibu direktur.
"Saya lagi mengajar di Antang. Nanti jam lima Anda menelepon," begitu jawaban Direktur kala dikonfirmasi via telepon

TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Muhammad Fadli (31), tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa saat ditanya musabab kematian salah satu anak kembarnya, Fadhlan Khairy Al-Faiq (5 hari).
Sedangkan Fayyadh Zafram Al Faiq, adik kembar almarhum Fadhlan, hingga Senin (27/10/2014) kemarin, dalam kondisi sehat. Kini Fayyad bersama ibunya, Rafika (28) di rumahnya, Jl Warga Jl Parinring Dalam I nomor 4, Perumnas Antang, Manggala, Makassar. (Baca: Kulitnya Melepuh dalam Inkubator, Bayi Berusia 5 Hari Akhirnya Meninggal)
"Ini mungkin sudah takdirnya anak saya, meninggal begitu," kata Fadli, kepada Tribun Timur (Tribunnews.com Network), kemarin siang.
Sebelum dimakamkan di pekuburan umum di Antang, Fadli menemukan dan sempat memotret sekitar bagian punggung, bagian paha belakang bayi prematur berbobot 1,75 kg dan panjang 49 cm ini, melepuh.
Dari lima slide foto yang dia perlihatkan di komputer desktop dan smartphone-nya, terlihat mengeluarkan nanah dan darah.
Hampir 48 jam, bayinya terpanggang selama dua hari dalam tabung penghangat bayi (incubator).
"Saya cuma ingin cukup almarhum Fadhlan yang meninggal karena kelalaian perawat. Biar orangtua lain tak merasakan apa yang kami rasakan sekarang," kata Fadli kepada Tribun Timur.
Fadli menggambarkan pola perawatan bayi yang baru lahir di RS Bunda, tidak sesuai dengan standar operasional dan prosedur (SOP) perawatan bayi (infant intensif care procedure).
"Di Bunda itu, kami sudah keluarkan uang sampai Rp 7 juta. Tapi pelayanannya tidak maksimal. Masa, hanya satu perawat saja yang berjaga setiap malamnya. Seharusnya tiga orang, seperti di Katerina. Makanya saya memindahkan anak saya ke Katerina," kata suami dari Rafika ini.
Dia juga mengaku kesal atas tindakan pihak rumah sakit ibu dan anak itu. Sebelum anaknya dirujuk ke RSIB Catherina Booth, dia melihat langsung kejanggalan pola perawatan bayinya.
"Waktu pemasangan infus, matanya justru bengkak, saya tanya ke suster piket, dibilang salah infus," ujarnya.
Fadly mengatakan, kondisi punggung bayi terbakar baru diketahui setelah sampai di Catherina Both Jl Arif Rate. Itupun pihak Catherina Both yang menyampaikan.
Sekedar diketahui, jika bayi masuk di ruang incubator, hanya perawat yang memiliki akses ke ruang steril dan suhu terkontrol itu.
"Kami hanya bisa intip dari jendela kaca," ujarnya.
Hingga dua hari kematian bayinya dan lima hari setelah bayinya dirujuk ke Catherina Booth ini, Fadli mengaku, pihak RSIB Bunda seakan-akan tak peduli. Pihak RSIB Bunda tak pernah menghubungi mereka.
"Apakah itu sekadar meminta maaf atas pelayanannya yang tidak maksimal. Seolah-olah RS Bunda tidak bersalah atas kejadian ini,” ujarnya lagi.
Setelah anaknya mendapat perawatan intensif di Catherina Booth, Fadli coba ke RSIB Bunda.
"Saya datang ke rumah sakit, justru perawatnya saling tunjuk menunjuk. Kemudian waktu saya minta nomornya dokter yang tangani, mereka tidak mau berikan," paparnya.
Fadly mengatakan belum melaporkan kejadian ini, lantaran kuburan bayinya akan dibongkar lagi.
"Saya takut, kalau dibongkar kuburannya, apalagi kondisi istri saya masih sakit dan tensinya tinggi," katanya.
SUMBER
yang saya bold kedua kok aneh banget ya, ortu bisa gk sadar kalo punggung dedeknya kebakar...
dan pihak RS membantah hal tsb? ane gak paham cara kerja incubator, panasnya dari bawahnya doang apa atasnya juga?
jadikan pelajaran aja kasus kaya gini, jangan sampai kerabat apalagi anak sendiri mengalami hal tragis yang serupa
Quote:
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Muhammad Fadli (31), tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa saat ditanya musabab kematian salah satu anak kembarnya, Fadhlan Khairy Al-Faiq yang baru berusia 5 hari.
Sedangkan Fayyadh Zafram Al Faiq, adik kembar almarhum Fadhlan, hingga Senin (27/10/2014) kemarin, dalam kondisi sehat. Kini Fayyadh bersama ibunya, Rafika (28) di rumahnya, Jl Warga Jl Parinring Dalam I nomor 4, Perumnas Antang, Manggala, Makassar.
"Ini mungkin sudah takdirnya anak saya, meninggal begitu," kata Fadli, kepada Tribun Timur (Tribunnews.com Network), kemarin siang.
Fadli menceritakan kepasrahannya di sebuah warung internet yang dia kelola di Komplek Unit Pegadaian, Jl Perintis Kemerdekaan IV, Tamalanrea, Makassar, Senin (27/10/2014) siang.
Ungkapan "begitu" oleh Fadli untuk menggambarkan kondisi anak pertamanya, Fadhlan, yang mengembuskan nafas terakhir di inkubator bayi di Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIB) Cathernia Booth, Jl Arif Rate, Makassar, Sabtu (25/10/2014) akhir pekan lalu.
Sebelum meninggal, selama dua hari (21 hingga 23 Oktober), almarhum Fadhlan dan adiknya, Fayyadh, sejatinya mendapat perawatan standar di inkubator bayi manual di RSIB Bunda, Jl Pengayoman Blok F9 nomor 25, Panakkukang, Makassar.
Di RSIB Bunda inilah, asal muasal kondisi tragis bayi Fadhlan bermula.
Karena kurangnya kontrol tim paramedis, dan perawatan dari suster yang seadanya, kulit punggung bayi Fadhlan melepuh.
Dokter Membantah
Pihak RSIB Bunda yang dikonfirmasi, kemarin, membantah ada pasien atau bayi meninggal karena terpanggang inkubator.
"Jika ada yang terpanggang pasti keluarkan bau," kata Direktur Rumah Sakit Bunda, Dr Darni Tangsa, yang dikonfirmasi via telepon semalam.
Saat Tribun Timur mendatangi RSIB Bunda, sekitar pukul 14.20 Wita, perawat mengatakan, "Ibu lagi keluar. Tidak ada yang bia dikonfirmasi di sini."
Si perawat lalu memberikan nomor ponsel ibu direktur.
"Saya lagi mengajar di Antang. Nanti jam lima Anda menelepon," begitu jawaban Direktur kala dikonfirmasi via telepon

Quote:
TRIBUNNEWS.COM, MAKASSAR - Muhammad Fadli (31), tak kuasa menyembunyikan rasa kecewa saat ditanya musabab kematian salah satu anak kembarnya, Fadhlan Khairy Al-Faiq (5 hari).
Sedangkan Fayyadh Zafram Al Faiq, adik kembar almarhum Fadhlan, hingga Senin (27/10/2014) kemarin, dalam kondisi sehat. Kini Fayyad bersama ibunya, Rafika (28) di rumahnya, Jl Warga Jl Parinring Dalam I nomor 4, Perumnas Antang, Manggala, Makassar. (Baca: Kulitnya Melepuh dalam Inkubator, Bayi Berusia 5 Hari Akhirnya Meninggal)
"Ini mungkin sudah takdirnya anak saya, meninggal begitu," kata Fadli, kepada Tribun Timur (Tribunnews.com Network), kemarin siang.
Sebelum dimakamkan di pekuburan umum di Antang, Fadli menemukan dan sempat memotret sekitar bagian punggung, bagian paha belakang bayi prematur berbobot 1,75 kg dan panjang 49 cm ini, melepuh.
Dari lima slide foto yang dia perlihatkan di komputer desktop dan smartphone-nya, terlihat mengeluarkan nanah dan darah.
Hampir 48 jam, bayinya terpanggang selama dua hari dalam tabung penghangat bayi (incubator).
"Saya cuma ingin cukup almarhum Fadhlan yang meninggal karena kelalaian perawat. Biar orangtua lain tak merasakan apa yang kami rasakan sekarang," kata Fadli kepada Tribun Timur.
Fadli menggambarkan pola perawatan bayi yang baru lahir di RS Bunda, tidak sesuai dengan standar operasional dan prosedur (SOP) perawatan bayi (infant intensif care procedure).
"Di Bunda itu, kami sudah keluarkan uang sampai Rp 7 juta. Tapi pelayanannya tidak maksimal. Masa, hanya satu perawat saja yang berjaga setiap malamnya. Seharusnya tiga orang, seperti di Katerina. Makanya saya memindahkan anak saya ke Katerina," kata suami dari Rafika ini.
Dia juga mengaku kesal atas tindakan pihak rumah sakit ibu dan anak itu. Sebelum anaknya dirujuk ke RSIB Catherina Booth, dia melihat langsung kejanggalan pola perawatan bayinya.
"Waktu pemasangan infus, matanya justru bengkak, saya tanya ke suster piket, dibilang salah infus," ujarnya.
Fadly mengatakan, kondisi punggung bayi terbakar baru diketahui setelah sampai di Catherina Both Jl Arif Rate. Itupun pihak Catherina Both yang menyampaikan.
Sekedar diketahui, jika bayi masuk di ruang incubator, hanya perawat yang memiliki akses ke ruang steril dan suhu terkontrol itu.
"Kami hanya bisa intip dari jendela kaca," ujarnya.
Hingga dua hari kematian bayinya dan lima hari setelah bayinya dirujuk ke Catherina Booth ini, Fadli mengaku, pihak RSIB Bunda seakan-akan tak peduli. Pihak RSIB Bunda tak pernah menghubungi mereka.
"Apakah itu sekadar meminta maaf atas pelayanannya yang tidak maksimal. Seolah-olah RS Bunda tidak bersalah atas kejadian ini,” ujarnya lagi.
Setelah anaknya mendapat perawatan intensif di Catherina Booth, Fadli coba ke RSIB Bunda.
"Saya datang ke rumah sakit, justru perawatnya saling tunjuk menunjuk. Kemudian waktu saya minta nomornya dokter yang tangani, mereka tidak mau berikan," paparnya.
Fadly mengatakan belum melaporkan kejadian ini, lantaran kuburan bayinya akan dibongkar lagi.
"Saya takut, kalau dibongkar kuburannya, apalagi kondisi istri saya masih sakit dan tensinya tinggi," katanya.
SUMBER
yang saya bold kedua kok aneh banget ya, ortu bisa gk sadar kalo punggung dedeknya kebakar...
dan pihak RS membantah hal tsb? ane gak paham cara kerja incubator, panasnya dari bawahnya doang apa atasnya juga?
jadikan pelajaran aja kasus kaya gini, jangan sampai kerabat apalagi anak sendiri mengalami hal tragis yang serupa

0
1.6K
Kutip
6
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan