- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Mulai Dari yang Kontroversi Hingga yang Cuma Lulusan SMP pun Ada....


TS
davinof
Mulai Dari yang Kontroversi Hingga yang Cuma Lulusan SMP pun Ada....
Kita mulai dari yang kontroversi dulu........
Quote:

Meski kontroversi, Rini Soemarno melenggang jadi Menteri BUMN
Merdeka.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya mengumumkan susunan kabinet pemerintahannya untuk lima tahun kedepan yang diberinama Kabinet Kerja. Dari sejumlah pejabat yang dipilih, terselip nama Rini Soemarno yang didapuk menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Padahal Rini disebut-sebut masuk daftar rapor merah Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) beberapa waktu lalu.
Meski demikian, ada kekaguman tersendiri yang dilempar Jokowi kepada Rini. Jokowi sebut Rini cekatan dalam bekerja.
"Beliau profesional, pekerja keras, ketua Tim Transisi," ungkap Jokowi saat pengumuman Kabinet Kerja di Istana Negara, Jakarta Pusat, Minggu (26/10).
Jokowi menilai, Rini merupakan sosok yang menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. "Beliau juga pernah jadi Menteri Perindustrian Perdagangan, saya menilai beliau pekerja yang super cepat, lincah sekali," ujar Jokowi.
Rini Soemarno sendiri lahir di Maryland, Amerika Serikat pada 9 Juni 1958. Ketua tim transisi Jokowi-JK ini menamatkan pendidikan perguruan tingginya di Wellesley College, Massachusetts jurusan ekonomi pada 1981.
Rekam jejak karir Rini bisa terbilang moncer. Usai menyelesaikan masa magangnya di Departemen Keuangan AS, Rini memutuskan kembali ke Indonesia dan bekerja di Citibank Jakarta. Pada 1989, ibu dari tiga orang anak ini memutuskan melepas jabatannya sebagai vice president divisi coorporate banking, marketing and trainning ini untuk menuju PT Astra Internasional. Di Astra, Rini menduduki posisi direktur keuangan hingga 1998.
Selama menjabat direktur keuangan Astra, Rini Soemarno juga menjabat komisaris Bank Universal pada 1990, wakil presiden komisaris PT United Tractors di 1993, komisaris Bursa Efek Jakarta dan PT Astra Agro Lestari di 1995. Krisis moneter yang menimpa Indonesia pada 1998 membuat menteri keuangan saat itu Fuad Bawazier meminta bantuannya untuk menjadi asisten bidang hubungan ekonomi keuangan internasional.
Pada April di tahun yang sama, Rini juga dipercaya mendapuk jabatan wakil ketua badan penyehatan perbankan nasional (BPPN). Dua jabatan itu tak mampu dijalani lama oleh Rini. Keluar dari pemerintahan, Rini memutuskan untu kembali ke Astra Internasional, perusahaan yang telah membesarkannya.
Gonjang-ganjing di tubuh Astra akibat krisis moneter membuat Rini Soemarno dipercaya menahkodai perusahaan asal Jepang tersebut sebagai presiden direktur. Dua tahun berselang, Rini harus merelakan melepas jabatan ini pada mantan bosnya. Selepas kepergiannya dari Astra, perempuan muslim ini menjadi komisaris Agrakom. Agrakom ialah perusahaan multimedia pemilik situs Detikcom saat itu.
Dia juga mendirikan perusahaan otomotif sepeda motor merek Kanzen. Sayang, usaha otomotif Rini ini tak berjalan mulus akibat buruknya manajemen dan produk motornya.
Pada 2001, Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri memintanya untuk duduk di Kabinet Gotong Royong-nya sebagai menteri perindustrian dan perdagangan. Saat ini Rini kembali dipercaya oleh PDI-P, partai dengan Megawati sebagai ketua umumnya, untuk menjadi ketua tim transisi Jokowi-Jk.
Meski demikian, ada kekaguman tersendiri yang dilempar Jokowi kepada Rini. Jokowi sebut Rini cekatan dalam bekerja.
"Beliau profesional, pekerja keras, ketua Tim Transisi," ungkap Jokowi saat pengumuman Kabinet Kerja di Istana Negara, Jakarta Pusat, Minggu (26/10).
Jokowi menilai, Rini merupakan sosok yang menyelesaikan pekerjaan dengan cepat. "Beliau juga pernah jadi Menteri Perindustrian Perdagangan, saya menilai beliau pekerja yang super cepat, lincah sekali," ujar Jokowi.
Rini Soemarno sendiri lahir di Maryland, Amerika Serikat pada 9 Juni 1958. Ketua tim transisi Jokowi-JK ini menamatkan pendidikan perguruan tingginya di Wellesley College, Massachusetts jurusan ekonomi pada 1981.
Rekam jejak karir Rini bisa terbilang moncer. Usai menyelesaikan masa magangnya di Departemen Keuangan AS, Rini memutuskan kembali ke Indonesia dan bekerja di Citibank Jakarta. Pada 1989, ibu dari tiga orang anak ini memutuskan melepas jabatannya sebagai vice president divisi coorporate banking, marketing and trainning ini untuk menuju PT Astra Internasional. Di Astra, Rini menduduki posisi direktur keuangan hingga 1998.
Selama menjabat direktur keuangan Astra, Rini Soemarno juga menjabat komisaris Bank Universal pada 1990, wakil presiden komisaris PT United Tractors di 1993, komisaris Bursa Efek Jakarta dan PT Astra Agro Lestari di 1995. Krisis moneter yang menimpa Indonesia pada 1998 membuat menteri keuangan saat itu Fuad Bawazier meminta bantuannya untuk menjadi asisten bidang hubungan ekonomi keuangan internasional.
Pada April di tahun yang sama, Rini juga dipercaya mendapuk jabatan wakil ketua badan penyehatan perbankan nasional (BPPN). Dua jabatan itu tak mampu dijalani lama oleh Rini. Keluar dari pemerintahan, Rini memutuskan untu kembali ke Astra Internasional, perusahaan yang telah membesarkannya.
Gonjang-ganjing di tubuh Astra akibat krisis moneter membuat Rini Soemarno dipercaya menahkodai perusahaan asal Jepang tersebut sebagai presiden direktur. Dua tahun berselang, Rini harus merelakan melepas jabatan ini pada mantan bosnya. Selepas kepergiannya dari Astra, perempuan muslim ini menjadi komisaris Agrakom. Agrakom ialah perusahaan multimedia pemilik situs Detikcom saat itu.
Dia juga mendirikan perusahaan otomotif sepeda motor merek Kanzen. Sayang, usaha otomotif Rini ini tak berjalan mulus akibat buruknya manajemen dan produk motornya.
Pada 2001, Mantan Presiden Megawati Soekarnoputri memintanya untuk duduk di Kabinet Gotong Royong-nya sebagai menteri perindustrian dan perdagangan. Saat ini Rini kembali dipercaya oleh PDI-P, partai dengan Megawati sebagai ketua umumnya, untuk menjadi ketua tim transisi Jokowi-Jk.
Quote:
Kalo yang ini Menteri cuma Lulusan SMP Doang, pernah dikeluarkan sekolah pula........
Quote:

Jadi Calon Menteri Pariwisata, Ini Rekam Jejak Susi
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo memanggil Presiden Direktur PT ASI Pudjiastuti Aviation, Susi Pudjiastuti, ke Istana Negara dalam kaitan dengan proses pemilihan menteri, Kamis, 23 Oktober 2014. Susi Pudjiasti disebut-sebut sebagai kandidat Menteri Pariwisata. (Baca: Calon Menteri, Marwan Ja'far Dipanggil ke Istana)
Susi adalah pengusaha sukses yang memulai bisnisnya sebagai pengepul ikan di Pangandaran, Jawa Barat. Perempuan 49 tahun ini bukanlah sarjana. Ia hanya mengantongi ijazah sekolah menengah pertama karena memutuskan keluar dari sekolah formal ketika duduk di bangku sekolah menengah atas. (Baca: Rilis Kabinet Batal, Jokowi: Yang Kumpulkan Siapa?)
Pada 1996, Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product. Produk unggulannya adalah lobster dengan merek Susi Brand. Pada 2004, ia memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp 20 miliar untuk mengirimkan lobster dan ikan segar ke Jepang dan Amerika. (Baca: Jokowi: Jika KPK Umumkan Sekarang, Saya Juga)
Pesawat milik Susi pernah membantu korban tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami melanda Aceh dan pantai barat Sumatera, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. (Baca: Rilis Kabinet Batal, PDIP: Tak Ada Intervensi KPK)
Ia mendirikan PT ASI Pudjiastuti Aviation, operator penerbangan Susi Air. Saat ini Susi Air memiliki 50 unit pesawat dari berbagai jenis. Di antaranya Grand Caravan 208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, serta Diamond DA 42. Kebanyakan pesawat itu dioperasikan di luar Jawa, seperti di Papua dan Kalimantan. Pada 2008, dia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School.
Susi menerima banyak penghargaan, antara lain, Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat pada 2004, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia (2005), serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia (2006). Dia juga menerima Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2009.
Susi adalah pengusaha sukses yang memulai bisnisnya sebagai pengepul ikan di Pangandaran, Jawa Barat. Perempuan 49 tahun ini bukanlah sarjana. Ia hanya mengantongi ijazah sekolah menengah pertama karena memutuskan keluar dari sekolah formal ketika duduk di bangku sekolah menengah atas. (Baca: Rilis Kabinet Batal, Jokowi: Yang Kumpulkan Siapa?)
Pada 1996, Susi mendirikan pabrik pengolahan ikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product. Produk unggulannya adalah lobster dengan merek Susi Brand. Pada 2004, ia memutuskan membeli sebuah Cessna Caravan seharga Rp 20 miliar untuk mengirimkan lobster dan ikan segar ke Jepang dan Amerika. (Baca: Jokowi: Jika KPK Umumkan Sekarang, Saya Juga)
Pesawat milik Susi pernah membantu korban tsunami Aceh pada 26 Desember 2004. Dua hari setelah gempa tektonik dan tsunami melanda Aceh dan pantai barat Sumatera, Cessna Susi adalah pesawat pertama yang berhasil mencapai lokasi bencana untuk mendistribusikan bantuan kepada para korban yang berada di daerah terisolasi. Peristiwa itu mengubah arah bisnis Susi. (Baca: Rilis Kabinet Batal, PDIP: Tak Ada Intervensi KPK)
Ia mendirikan PT ASI Pudjiastuti Aviation, operator penerbangan Susi Air. Saat ini Susi Air memiliki 50 unit pesawat dari berbagai jenis. Di antaranya Grand Caravan 208B, Piaggio Avanti II, Pilatus Porter, serta Diamond DA 42. Kebanyakan pesawat itu dioperasikan di luar Jawa, seperti di Papua dan Kalimantan. Pada 2008, dia mengembangkan bisnis aviasinya dengan membuka sekolah pilot Susi Flying School melalui PT ASI Pudjiastuti Flying School.
Susi menerima banyak penghargaan, antara lain, Pelopor Wisata dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat pada 2004, Young Entrepreneur of the Year dari Ernst and Young Indonesia (2005), serta Primaniyarta Award for Best Small & Medium Enterprise Exporter 2005 dari Presiden Republik Indonesia (2006). Dia juga menerima Sofyan Ilyas Award dari Kementerian Kelautan dan Perikanan pada 2009.
Quote:
Quote:
Barusan temen gua bilang......"Anak gua mau ngelamar kerja di Indomaret aja minimal kudu lulusan SMA, ini seorang menteri cuma lulusan SMP"
Monggo gan dikomentarin tapi jangan pada berantem yeee. Dan jangan pernah tanya kenapa Puan Maharani gak dimasukin? Gua ogah ngebahasnya dan cukup tau aja.......

0
18.2K
Kutip
227
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan