Kaskus

News

heronjrAvatar border
TS
heronjr
Dishidros minta Nomor Lambung Sendiri
PERLUKAH PENYESUAIAN NAMA DAN NOMOR LAMBUNG KAPAL SURVEI / KRI SATUAN SURVEI HIDROS ?


Oleh : Letkol Laut (P) Ronald Harun NRP 12622/P
Ka. Unit III Satsurvei Dishidros


Dinas Hidro-Oseanografi (Dishidros) merupakan salah satu Badan Pelaksana Pusat Mabesal yang berkedudukan langsung di bawah Kasal dan memiliki tugas menyelenggarakan pembinaan fungsi dan pelaksanaan kegiatan Hidro-Oseanaografi yang meliputi survei, penelitian, pemetaan laut, publikasi, penerapan lingkungan laut dan keselamatan navigasi pelayaran baik untuk kepentingan TNI maupun untuk kepentingan umum. Bahwa pelaksanaan kegiatan Hidro-Oseanigrafi tersebut dilaksanakan dalam bentuk suatu Operasi Militer selain Perang (OMSP) yaitu Operasi Survei dan Pemetaan Hidro-Oseanografi (Opssurta Hidros) yang dilaksanakan oleh unsur KRI (jenis Kapal Survei) dan Unit Survei yang berada di jajaran Dishidros dalam hal ini Satuan Surveihidros.

Satuan Surveihidros (Satsurveihidros) merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dishidros yang memiliki tugas pokok melaksanakan pembinaan terhadapunsur KRI, KAL dan Unit Survei, sarana prasarana pendukung serta melaksanakan pembinaan kemampuan personel dan peralatan organiknya untuk pelaksanaan Opssurta Hidros berdasarkan rencana dan program yang telah ditetapkan. Saat ini Satsurveihidros memiliki 5 (lima) KRI dan 4 (empat) Unit Survei, khususnya KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros merupakan jenis kapal Bantu Hidro-Oseanografi atau yang dikenal dengan istilah BHO.Dari ke lima KRI tersebut 1 (satu) KRI kelas Dewa Kembar-932, 1 (satu) kelas KRI Leuser-924 dan 3 (tiga) kelas kondor yaitu KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang 723 dan KRI Pulau Rempang 729.

KRI yang berada dijajaran Satsurveihidros sejatinya bukanlah merupakan jenis kapal survei namun menyikapi keterbatasan yang ada TNI Angkatan Laut memodifikasi kapal-kapal tersebut untuk dapat dijadikan kapal survei. Awalnya bahwa kapal-kapal tersebut merupakan kapal tipe rumah sakit, kapal tunda samudera dan kapal penyapu ranjau sehingga memiliki nama dan nomor lambung yang berbeda namun memiliki fungsi azasi yang sama sebagai kapal survei. Melihat sejarah perkembangan kapal-kapal survei Dishidros (tahun 1960-an) bahwa dulunya kapal-kapal survei/riset yang berada di jajaran Hidros yang juga dijadikan sebagai kapal perang (RI pada saat itu) sejatinya adalah kapal survei/riset. Kapal-kapal tersebut awalnya memiliki nomor lambung tersendiri yaitu 10 yang mengidentifikan kapal/RI tersebut adalah kapal survei/riset ALRI.Namun dengan berjalannya waktu akhirnya nomor lambung kapal-kapal survei/RI tersebut diubah menjadi nomor lambung 9.

Berdasarkan Renstra TNI Angkatan Laut hingga tahun 2024 khususnya pengadaan Alutsista (KRI), TNI Angkatan Laut secara bertahap akan menambah kekuatan kapal survei untuk jajaran Satsurveihidros. Dalam mempersiapkan kedatangan kapal survei yang barudengan memperhatikan kondisi KRI yang ada di jajaran Satsurvei saat ini maka perlu adanya usulanterkait penyesuaianpemberian nama dan nomor lambung khususnya KRI jenis kapal survei di jajaran Satsurveihidros.Berdasarkan Surat keputusan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor: Skep/907/VI/2006 tanggal 21 Juni 2006 tentang Ketentuan Pokok Pemberian Nama Kapal-Kapal Perang Republik Indonesia bahwa pemberian nama Kapal Survei Hidro-Oseanografi dijajaran TNI Angkatan Laut diambil dari nama-nama bintang atau nama gugus bintang.

I. Kebijakan Pengadaan Alutsista Sampai Dengan Tahun 2024.

Sesuai dengan Renstra TNI Angkatan Laut, Dishidros dalam hal ini Satsurveihidros akan mendapatkan alokasi penambahan kekuatan khususnya KRI melalui pengadaan Alutsista kapal jenis BHO sebanyak 2 (dua) unit. Sedangkan secara bertahap 4 (empat) kapal BHO akan dikembalikan ke fungsi asasinya yaitu: KRI Leuser-924, KRI Pulau Rempang-729, KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723. Pengadaan Alutsista dilaksanakan secara bertahap dengan target akhir sebanyak 2 (dua) unit hingga pada tahun 2024. Menyikapi hal tersebut dapat dilihat bahwa pada tahun 2024 Satsurveihidros akan memiliki 9 (sembilan) unit KRI jenis kapal survei, dengan demikian eksistensi dan keberadaan Satsurveihidros akan setara bahkan lebih dengan satuan-satuan lainnya pada Kotama Operasi TNI Angkatan Laut.

2. Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Laut Nomor: Skep/907/VI/2006 tanggal 21 Juni 2006 tentang Ketentuan Pokok Pemberian Nama Kapal-Kapal Perang Republik Indonesia. Pemberian nama KRI sudah seharusnya sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan, bahwa pemberian nama KRI khususnya di jajaran Satsurveihidros diambil dari nama-nama bintang atau nama-nama rasi bintang yang ada.

3. Konsistensi. Konsistensi dalam ilmu adalah teori konsistensi merupakan sebuah sematik dengan sematik yang lainnya tidak mengandung kontradiksi, diakses pada tanggal 19 Nopember 2013, 14.25.Dishidros melalui Satsurveihidros melaksanakan tugas dan fungsinya untuk melaksanakan Opssurta Hidros.Saat ini kapal-kapal survei yang ada merupakan jenis Bantu Hidro Oseanografi (BHO),istilah “Bantu” pada kapal-kapal survei menjadi kontradiksi dengan tugas pokok yang dilaksanakan oleh kapal-kapal survei di jajaran Satsurveihidros.

4. Sejarah Perkembangan Kapal Survei. Pada tahun 1960-an, TNI Angkatan Laut pernah membeli kapal riset dari berbagai negara yang dijadikan kapal perang untuk memenuhi kebutuhan kegiatan survei hidro-oseanografi Angkatan Laut pada saat itu.Oleh Angkatan Laut, kapal-kapal tersebut pernah diberi nomor lambung tersendiri walaupun akhirnya berubah menjadi nomor lambung 9. Faktor sejarah ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penyesuaian kembali nomor lambung bagi kapal survei/KRI yang berada di jajaran Satsurveihidros.

II. Kapal Survei/KRI di Jajaran Satsurveihidros.

a. RI Burudjamhal. Dispenal, Sejarah Perkembangan Alutsista TNI AL 1945-1965, Jakarta 2010, Dibuat digalangan Scheepswerf de Waal, Zalthomme, Belanda.Diluncurkan pada tahun 1952.Kapal riset ini beli oleh Pemerintah Indonesia yangawalnya untuk operasional Djawatan Pelajaran (Djapel).Memperkuat Satuan Hidros ALRI pada tanggal 11 Oktober 1960, Djapel menyerahkannya kepada ALRI dan dinamakan RI Burudjamhal dengan nomor lambung 1702 (kemudian berganti menjadi 1002 dan terakhir menjadi 931).RI Burudjamhal ditugaskan untuk membuat peta navigasi dan menentukan batas wilayah laut Indonesia.Pada tahun 1979 RI Burudjamhal dinonaktifkan oleh TNI Angkatan Laut.

Data teknis.
- Buatan : Kerajaan Belanda.
- Dimensi : Panjang 58,6 meter, Lebar 10,1 meter.
- Draft : 3,3 meter.
- Bobot : 1.200 ton.
- Kecepatan : 10 knot.
- Awak : 90 orang.

b. RI Djalanidhi. Ibid, hal 124 Kapal riset hidro-oseanografi ALRI ini dibuat digalangan Sasebo Heavy Industries, Jepang yang diluncurkan pada tahun 1962.Setelah selesai sepenuhnya setahun kemudian, Indonesia membelinya untuk memperkuat satuan Hidros ALRI yang diterima pada tanggal 15 Januari 1963.Oleh ALRI kapal tersebut dinamakan RI Djalanidhi dengan nomor lambung 1705(kemudian diganti menjadi 1005 dan terakhir menjadi 933).

Data teknis.
- Buatan : Jepang.
- Dimensi : Panjang 53,9 meter, Lebar 9,5 meter.
- Draft : 4,3 meter.
- Bobot : 985 ton.
- Kecepatan : 11,5 knot.
- Awak : 87 orang.

c. RI Aries. Ibid, hal 124 Kapal jenis riset dan survei hidro-oseanografi buatan Uni Soviet yang diluncurkan tahun 1960.Jane’s Fighting Ships menyebutkan bahwa kapal riset ini termasuk dalam kelas PO-2. Indonesia membeli kapal bekas pakai AL Uni Soviet ini awalnya untuk kepentingan Departemen Perhubungan Laut (Deperla) tahun 1962, yang kemudian diserahkan kepada ALRI tahun 1964 dan dinamakan RI Aries dengan nomor lambung 1008.

Data teknis.
- Buatan : Uni Soviet.
- Dimensi : Panjang 21,3 meter, Lebar 3,98 meter.
- Draft : 1,25 meter.
- Bobot : 56 ton.
- Kecepatan : 12 knot.
- Awak : 13 orang.

d. KRI Burudjulasad-931 Dispenal, Sejarah Perkembangan Alutsista TNI AL 1965-1985, Jakarta 2012, hal 65. KRI Burudjulasad dengan nomor lambung 931 (KRI BRD-931) dibuat di galangan kapal Schilcting di Lubeck-Travemunde Republik Federasi Jerman (Jerman Barat) dan diluncurkan pada tahun 1966. Kapal ini secara resmi dioperasikan oleh TNI Angkatan Laut pada bulan Juli 1966 dan dinamakan KRI Burudjulasad. Awalnya, KRI Burudjulasad mendapatkan nomor lambung 1006, namun kemudian diganti menjadi 931.KRI Burudjulasad-931 dilengkapi dengan fasilitas laboratorium kelautan, riset meteorologi dan ruang kartografi. Selain itu, KRI Burujudjulasad-931 juga membawa satu LCVP dan tiga motor survei serta mampu didarati sebuah helikopter jenis Bell 57J. Pengabdian KRI Burudjulasad sebagai kapal survei TNI Angkatan Laut telah dimulai sejak kedatangannya tahun 1966, yaitu kejita dilakukan Operasi Baruna II antara bulan Nopember 1966 hingga Pebruari 1967.Operasi Baruna II merupakan operasi ilmiah TNI Angkatan Laut guna meneliti kekayaan laut yang terpendam di Samudera Indonesia.Pada tahun 1997 KRI Burudjulasad dihapus dari jajaran TNI Angkatan Laut.

Data teknis.
- Buatan : Republik Federasi Jerman (Jerman Timur).
- Dimensi : Panjang 82,15 meter, Lebar 11,40 meter.
- Draft : 3,5 meter.
- Bobot : 2.165 ton (muatan penuh).
- Kecepatan : 19 knot.
- Jelajah : 14.500 mil (kecepatan 15 knot).
- Persenjataan : 2 pucuk mitraliur kal 12,7 mm laras ganda.
- Awak : 113 orang dan 28 ilmuwan.

Fasilitas survei.
- Laboratorium kelautan.
- Riset meteorologi.
- Ruang kartografi

e. KRI Dewa Kembar-932 Mabesal, Staf Umum Logistik, data Teknis KRI Dewa Kembar-932, Jakarta 2008, hal 3. KRI Dewa Kembar-932 (eks. HMS Hydra-A 144, Hecla class) dibuat pada tahun 1964 di galangan Yarrow & Ltd, Scotsoun Glasgow UK, peletakan lunasnya pada tanggal 14 mei 1964 dan peluncurannya tanggal 14 juli 1965. Penyerahan kepada Pemerintah RI tanggal 22 Mei 1986, masuk dalam jajaran TNI Angkatan Laut tanggal 10 September 1986 dengan nama KRI Dewa Kembar dengan nomor lambung 932. Pengabdian KRI Dewa Kembar-932 telah dimulai sejak dioperasikan oleh Dishidros seperti survei base point, survei ALKI, survei untuk kepentingan peningkatan fasilitas labuh pangkalan TNI Angkatan Laut dan lain-lain.

Data teknis.
- Buatan : Inggris.

- Panjang maks : 79,25 meter.
- Lebar maks : 15,24 meter.
- Draft : 4,88 meter.
- Bobot : 2.762,59 ton (muatan penuh).
- Kecepatan ekomonis : 9 knot.
- Kecepatan jelajah : 10 knot.
- Kecepatan maks : 13,5 knot.
- Persenjataan : 2 pucuk meriam kal 25 mm laras ganda.

f. KRI Leuser-924. KRI Leuser dengan nomor lambung 924(KRI LSR-924) dibuat di galangan PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari dengan peletakan lunasnya tanggal 30 Agustus 2000 dan peluncurannya pada tanggal 14 Januari 2002. Penyerahan kepada Pemerintah RI pada tangal 27 Agustus 2002 dan resmi masuk jajaran TNI Angkatan Laut tanggal 12 September 2002. Mabesal, Staf Umum Logistik, data Teknis KRI Leuser-924, Jakarta 2008, hal 2Berdasarkan Surat Keputusan Kasal Nomor Skep/1091/VI/2002 tanggal 28 Juni 2002 tentang Kedudukan KRI Jenis Bantu Tunda Samudra (BTD) dengan namaKRI Leuser dan nomor lambung 924. KRI Leuser-924 memulai pengabdiannya berada di jajaran Koarmabar sebagai kapal bantu tunda samudera. Selanjutnya berdasarkan Surat Keputusan Kasal Nomor Skep/641/III/2004 tanggal 10 maret 2004 tentang alih bina KRI Leuser-924 dari Koarmabar ke Dishidros, maka KRI Leuser-924 resmi sebagai KRI jenis BHO multiguna dijajaran Satsurveihidros. Selanjutnya KRI Leuser-924 dilengkapi dengan peralatan survei berkemampuan ocean going survey. Pengabdian KRI Leuser-924sebagai kapal survei telah dimulai sejak dioperasikan oleh Dishidros seperti survei base point, survei ALKI, survei untuk kepentingan peningkatan fasilitas labuh pangkalan TNI Angkatan Laut dan lain-lain.


Data teknis.
- Buatan : PT. Dok dan Perkapalan DKB.
- Panjang maks : 71,50 meter.
- Lebar maks : 13 meter.
- Draft : 5,50 meter.
- Bobot : 2.300 ton (muatan penuh).
- Kecepatan ekomonis : 12 knot.
- Kecepatan jelajah : 14,20 knot.
- Kecepatan maks : 15,20 knot.
- Persenjataan : 2 pucuk meriam kal 20 mm. 1 pucuk meriam kal 40 mm.

g. KRI Pulau Rote-721. Mabesal, Staf Umum Logistik, data Teknis KRI Pulau Rote-721, Jakarta 2008, hal 1 KRI Pulau Rote dengan nomor lambung 721 (KRI PRO-721), pada awalnya merupakan kapal tipe penyapu ranjau kelas kondor eks Jerman Timur.Nama kapal pada saat diluncurkan pada tanggal 28 Mei 1971 adalah “Wolgast”. Setelah dibeli oleh Pemerintah RI dan diadakan modifikasi menjadi Kapal Bantu Hidrografi (BHO) di PT. PAL. Berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Skep.217/IV/1993 tanggal 22 April 1993 diresmikan menjadi KRI Pulau Rote-721 dan dialihbinakan di Dishidros TNI AL.Pengabdian KRI Pulau Rote-721 sebagai kapal survei telah dimulai sejak dioperasikan oleh Dishidros seperti survei untuk kepentingan peningkatan fasilitas labuh pangkalan TNI Angkatan Laut dan lain-lain.

Data teknis.
- Buatan : Jerman Timur
- Panjang maks : 56,79 meter.
- Lebar maks :7,73 meter.
- Draft : 2,67 meter.
- Bobot : 516,66 ton (muatan penuh).
- Kecepatan ekomonis : 12 knot.
- Kecepatan jelajah : 15 knot.
- Kecepatan maks : 18 knot.
- Endurance : 7 hari.
- Persenjataan : 1 pucuk meriam kal 25 mm.

h. KRI Pulau Romang-723.
KRI Pulau Romang dengan nomor lambung 723 (KRI PRO-723) pada awalnya merupakan kapal tipe penyapu ranjau kelas kondor eks Jerman Timur diluncurkan pada tanggal 28 Mei 1971.Setelah dibeli oleh Pemerintah RI dan diadakan renovasi di PT. PAL maka berdasarkan Surat Keputusan Pangab Nomor Skep.217/IV/1993 tanggal 22 April 1993 diresmikan menjadi KRI Pulau Romang-723 dan selanjutnya dialihbinakan ke Dishidros dan difungsikan sebagai kapal survei terbatas.Pengabdian KRI Pulau Romang-723 sebagai kapal survei telah dimulai sejak dioperasikan oleh Dishidros seperti survei untuk kepentingan peningkatan fasilitas labuh pangkalan TNI Angkatan Laut dan lain-lain.

Data teknis.
- Buatan : Jerman Timur
- Panjang maks : 56,79 meter.
- Lebar maks : 7,73 meter.
- Draft : 2,67 meter.
- Bobot : 516,66 ton (muatan penuh).
- Kecepatan ekomonis : 12 knot.
- Kecepatan jelajah : 15 knot.
- Kecepatan maks : 18 knot.
- Endurance : 7 hari.
- Persenjataan : 1 pucuk meriam kal 25 mm.

i. KRI Pulau Rempang-729. Mabesal, Staf Umum Logistik, data Teknis KRI Pulau Rempang-729, Jakarta 2008, hal 2 KRI Pulau Rempang dengan nomor lambung 729 (KRI PRN-729) pada awalnya merupakan kapal tipe penyapu ranjau kelas kondor eks Jerman Timur.Nama kapal pada saat diluncurkan pada tanggal 28 Mei 1971 adalah “Grinma-336”. Setelah dibeli oleh Pemerintah RI dan diadakan renovasi di PT. PAL maka berdasarkanSurat Keputusan Pangab Nomor Skep.217/IV/1993 tanggal 22 April 1993 diresmikan menjadi KRI Pulau Rempang-729 dan selanjutnya dialihbinakan ke Dishidros dan difungsikan sebagai kapal survei terbatas.Pengabdian KRI Pulau Rempang-729 sebagai kapal survei telah dimulai Rempang-729 sebagai kapal survei telah dimulai sejak dioperasikan oleh Dishidros seperti survei untuk kepentingan peningkatan fasilitas labuh pangkalan TNI Angkatan Laut dan lain-lain.

Data teknis.
- Buatan : Jerman Timur
- Panjang maks : 56,79 meter.
- Lebar maks :7,73 meter.
- Draft : 2,67 meter.
- Bobot : 516,66 ton (muatan penuh).
- Kecepatan ekomonis : 12 knot.
- Kecepatan jelajah : 15 knot.
- Kecepatan maks : 18 knot.
- Endurance : 7 hari.
- Persenjataan : 1 pucuk meriam kal 25 mm.

j. Keberadaan Kapal Survei di Jajaran TNI Angkatan Laut. Kapal-kapal survei TNI Angkatan Laut dijajaran Dishidros saat ini berada dalam pembinaan Satsurveihidros yang bertugas membina dan menyiapkan personil dan material (KRI) untuk melaksanakan tugas pokok Dishidros khususnya pelaksanaan Opssurta Hidros. Selain melaksanakan fungsi azasinya sebagai kapal survei, kapal-kapal Satsurveihidros juga melaksanakan fungsi patroli Kamla dan juga dapat dijadikan sebagai kapal SAR khususnya di laut sesuai dengan fungsi kapal perang di satuan-satuan lainnya seperti di Kotama Operasional TNI Angkatan Laut (Koarmada dan Kolinlamil).

Ke-unik-an kapal-kapal survei dijajaran Satsurveihidros adalah selain melaksanakan kegiatan survei seperti riset dan penelitian sesuai dengan fungsi azasinya bahwa kapal-kapal tersebut juga melaksanakan fungsinya sebagai kapal perang. Bahwa kegiatan survei yang dilaksanakan oleh kapal-kapal survei tersebut memiliki cakupan yang sangat luas sesuai dengan jenis survei yang dilaksanakan.Bahwa produk yang dihasilkan dari pengolahan data-data yang diambil dalam kegiatan survei tidak hanya mencakup untuk kepentingan militer semata namun juga untuk kepentingan umum baik dilingkungan nasional maupun internasional dalam hal ini obyek pengguna laut di Indonesia. Saat ini dapat dikatakan bahwa kapal perang yang berada di jajaran Satsurveihidros dijadikan kapal survei sehingga kapal-kapal survei tersebut termasuk kapal perang jenis Bantu Hidro-Oseanografi. Fakta tersebut dapat dilhat dari nomor-nomor lambung kapal yang ada di jajaran Satsurveihidros seperti nomor lambung 9 (jenis kapal bantu) dan nomor lambung 7 (jenis kapal ranjau).

Kemungkinan besar situasi dan kondisi tersebut terjadi karena kapal-kapal survei saat ini yang dimiliki oleh Satsurveihidros belum sepenuhnya memiliki peralatan survei yang memadai sehingga penyebutan jenis BHO menjadi pilihan untuk kapal-kapal tersebut. Dengan adanya program pengadaan Alutsista khususnya kapal survei yang akan memperkuat jajaran Satsurveihidros maka sudah saatnya istilah jenis kapal Bantu Hidros-Oseanografi bergeser menjadi jenis Kapal Survei TNI Angkatan Lautsehingga dapat dikatakan kapal survei yang juga sebagai kapal perang tanpa mengurangi kewajibannya sebagai KRI dengan fungsi azasi sebagai kapal survei.Dengan situasi dan kondisi tersebut diharapkan kapal-kapal yang berada dijajaran Satsurveihidros sudah konsisten antara jenis kapal dan fungsi azasinya.

III. Nama Kapal Survei/KRI Satsurveihidros.

Pemberian nama-nama kepada kapal perang di Indonesia tidak terlepas dari faktor tokoh sejarah, kebudayaan, kota danrelif/geografis Indonesia serta nama bintang maupun gugus bintang. Pemberian nama kapal tersebut oleh TNI Angkatan Laut diterapkan dan disesuaikan dengan jenis-jenis kapal perang yang dimiliki.Saat ini TNI Angkatan Laut telah mengeluarkan Surat Keputusan Kasal Nomor Skep/907/VI/2006 tanggal 21 Juni 2006 tentang Ketentuan Pokok Pemberian Nama Kapal-Kapal Perang Republik Indonesia. Khususnya kapal perang/kapal survei yang berada di jajaran Satsurveihidros saat ini, nama-nama kapal perang tersebut terdiri dari nama bintang, gunung dan nama pulau yang berada di wilayah Indonesia.

1) Nama KRI Dewa Kembar-932, sesuai dengan riwayat kapal bahwa pada dasarnya diambil dari 2 (dua) bintang yang bersinar paling terang pada rasi bintang Gemini yaitu Castor (Alpha Geminorum) dan Pollux (Beta Geminorum).Banya orang mempersepsikan kedua bintang tersebut sebagai contoh orang India melukiskan bahwa kedua bintang tersebut merupakan 2 (dua) dewa. Disamping itu bagi para bahariawan, ilmu perbintangan memegang peranan penting dalam hal menentukan arah dan posisi kapal. Berdasarkan hal tersebut maka eks.kapal perang Inggris (HMS Hydra) tersebut diberi nama “Dewa Kembar”.

2) Nama KRI Leuser-932, sesuai dengan riwayat kapal bahwa nama kapal tersebut diambil dari salah satu gunung yang berada di Propinsi Naggroe Aceh Darussalam yaitu Gunung Leuser. Pemberian nama kapal perang khususnya yang berasal dari nama gunung termasuk jenis Kapal Bantu yang umumnya berada pada Satuan Kapal Bantu di jajaran Koarmada.

3) Nama KRI Pulau Rote-721, KRI Pulau Romang-723 dan KRI Pulau Rempang-729, sesuai dengan riwayat kapal bahwa nama-nama kapal tersebut diambil dari nama-nama pulau yang berada di Indonesia. Pemberian nama kapal perang khususnya yang berasal dari nama-nama pulau termasuk jenis kapal ranjau yang umumnya berada pada Satuan Kapal Ranjau di jajaran Koarmada. Dilihat dari nama kapal-kapal tersebut bahwa belum sepenuhnya sesuai denganketentuan yang ada. Pada saat ini TNI AL sedang sehingga perlu adanya penyesuaian.

0
8.2K
13
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan