- Beranda
- Komunitas
- News
- Entrepreneur Corner
CITA SENI DALAM RASA BOLU GULUNG BATIK


TS
jeremygemarista
CITA SENI DALAM RASA BOLU GULUNG BATIK
Mau sharing cerita inspirasi nih gan buat agan-agan yang gak punya modal tapi punya skill, kayaknya cerita di bawah bisa ditiru

Bolu gulung adalah kue yang digemari oleh semua kalangan. Dari anak kecil sampai kakek nenek semua menyukai kue tersebut. Rasanya yang manis dan teksturnya yang empuk membuat bolu gulung menjadi primadona dalam dunia kue. Tapi siapa sangka kreatifitas seni seorang Retno Dyah dapat membuat bolu gulung yang secara tampilan biasa saja menjadi suatu karya seni. Bahkan bolu gulung batik yang dibuat oleh Retno seringkali dijadikan oleh-oleh bagi mereka yang hendak ke mancanegara karena keunikannya tersebut.
Sebelum terjun ke dunia bolu gulung batik sebelumnya Retno Dyah telah berkecimpung di dalam bisnis jelly art pudding. Jelly art adalah karya seni yang memanfaatkan agar atau jelly sebagai medianya. Sebenarnya dari usaha tersebut Retno sudah mendapatkan keuntungan yang lumayan. Walaupun begitu sebagai seorang pebisnis tentu saja Retno terus berusaha melakukan inovasi. Ide bolu gulung batik sendiri muncul ketika Retno sedang membereskan koleksi batik miliknya. Retno yang menyukai batik pun memiliki ide untuk mengkombinasikan antara batik dan bolu gulung, apalagi setelah mengetahui bahwa belum pernah ada yang membuat kue bolu gulung bercorak batik.

Tentu saja prosesnya tidak semudah yang dibayangkan. Retno berulang kali mengalami kegagalan dalam membuat kue bolu gulung batik. Hal tersebut menurut Retno adalah karena proses pembuatan bolu gulung batik ini sangat membutuhkan tingkat keterampilan dan kesabaran yang tinggi. Setelah berhasil membuat bolu gulung batik Retno pun menggunakan social media untuk mempromosikan produknya. Respon yang didapat pun cukup positif dan Retno kebanjiran pesanan. Tapi karena masih terbatasnya waktu dan sumber daya Retno kesulitan untuk memenuhi semua pesanan, sehingga membatasi hanya 75 bolu per hari. Hal tersebut dilakukan karena Retno ingin mempertahankan kualitas dari kue bolu gulung batiknya dan tidak ingin membuat pembelinya kecewa.
Antusiasme yang membludak pun membuat Retno tidak hanya melayani pesanan pembelian tetapi permintaan untuk mengajari cara pembuatan kue bolu gulung batik tersebut. Akhirnya Retno pun membuka kursus dimana setiap pertemuannya disediakan tempat untuk 10-20 orang. Murid-murid Retno datang dari berbagai kota di Indonesia seperti Bogor, Bandung, Aceh, Batam, bahkan juga dari mancanegara seperti India. Saat banjir pesanan maka order pun akan dilempar oleh Retno ke murid-muridnya yang berada di sekitar Jabodetabek. Retno pun merasa bangga karena bisa memberikan ilmu yang bisa diterapkan oleh murid-muridnya tersebut.
Selama menjalani usaha ini Retno belum menemukan kendala yang berat. Bahan pun banyak tersedia dan dapat diantar karena dibeli dalam jumlah besar. Walaupun begitu Retno terus berupaya untuk menjaga kualitas dari produknya. Ia pun selalu memberikan edukasi pada konsumennya bahwa untuk kue bolu gulung batik ini dapat bertahan selama 3 hari dalam suhu ruang dan seminggu apabila disimpan dalam kulkas.
Retno sangat bersyukur dengan apa yang telah ia dapat sekarang. Karena dulu seingatnya kehidupan yang ia jalani semasa muda cukup memprihatinkan. Retno adalah salah satu dari delapan bersaudara yang dengan kehidupan yang pas-pasan tidak pernah mendapatkan uang saku. Retno pun hanya mampu untuk menyelesaikan studinya sampa SMA saja. Kehidupannya semakin berat ketika ayah Retno meninggal, sampai Retno pun harus membantu ibunya untuk berjualan 20 bungkus mie goreng setiap harinya di sekolah. Walaupun begitu Retno bersyukur karena memiliki seorang ibu yang tangguh dan telah mengajarinya untuk menjadi kuat.
Atas dasar itulah Retno selalu serius dalam menjalani usahanya. Ia pun memiliki beberapa rencana untuk mengembangkan usaha kue bolu gulung batik ini. Salah satunya adalah membuka toko bolu batik sebagai alternatif oleh-oleh khas Yogya. Tips Retno bagi mereka yang hendak memulai usaha adalah jangan menjadi uang sebagai modal utama dalam berbisnis, karena ia pun memulai bisnis ini dengan modal yang sangat sedikit. Modal yang dikeluarkan oleh Retno ketika memulai usahanya hanya mencapai angka ratusan ribu Rupiah saja. Bagi Retno keterampilan dan kepercayaan adalah modal yang paling penting dalam melakukan usaha, serta semangat pantang menyerah. (sumber: PribadiBerdaya[dot]com)

Bolu gulung adalah kue yang digemari oleh semua kalangan. Dari anak kecil sampai kakek nenek semua menyukai kue tersebut. Rasanya yang manis dan teksturnya yang empuk membuat bolu gulung menjadi primadona dalam dunia kue. Tapi siapa sangka kreatifitas seni seorang Retno Dyah dapat membuat bolu gulung yang secara tampilan biasa saja menjadi suatu karya seni. Bahkan bolu gulung batik yang dibuat oleh Retno seringkali dijadikan oleh-oleh bagi mereka yang hendak ke mancanegara karena keunikannya tersebut.
Sebelum terjun ke dunia bolu gulung batik sebelumnya Retno Dyah telah berkecimpung di dalam bisnis jelly art pudding. Jelly art adalah karya seni yang memanfaatkan agar atau jelly sebagai medianya. Sebenarnya dari usaha tersebut Retno sudah mendapatkan keuntungan yang lumayan. Walaupun begitu sebagai seorang pebisnis tentu saja Retno terus berusaha melakukan inovasi. Ide bolu gulung batik sendiri muncul ketika Retno sedang membereskan koleksi batik miliknya. Retno yang menyukai batik pun memiliki ide untuk mengkombinasikan antara batik dan bolu gulung, apalagi setelah mengetahui bahwa belum pernah ada yang membuat kue bolu gulung bercorak batik.

Tentu saja prosesnya tidak semudah yang dibayangkan. Retno berulang kali mengalami kegagalan dalam membuat kue bolu gulung batik. Hal tersebut menurut Retno adalah karena proses pembuatan bolu gulung batik ini sangat membutuhkan tingkat keterampilan dan kesabaran yang tinggi. Setelah berhasil membuat bolu gulung batik Retno pun menggunakan social media untuk mempromosikan produknya. Respon yang didapat pun cukup positif dan Retno kebanjiran pesanan. Tapi karena masih terbatasnya waktu dan sumber daya Retno kesulitan untuk memenuhi semua pesanan, sehingga membatasi hanya 75 bolu per hari. Hal tersebut dilakukan karena Retno ingin mempertahankan kualitas dari kue bolu gulung batiknya dan tidak ingin membuat pembelinya kecewa.
Antusiasme yang membludak pun membuat Retno tidak hanya melayani pesanan pembelian tetapi permintaan untuk mengajari cara pembuatan kue bolu gulung batik tersebut. Akhirnya Retno pun membuka kursus dimana setiap pertemuannya disediakan tempat untuk 10-20 orang. Murid-murid Retno datang dari berbagai kota di Indonesia seperti Bogor, Bandung, Aceh, Batam, bahkan juga dari mancanegara seperti India. Saat banjir pesanan maka order pun akan dilempar oleh Retno ke murid-muridnya yang berada di sekitar Jabodetabek. Retno pun merasa bangga karena bisa memberikan ilmu yang bisa diterapkan oleh murid-muridnya tersebut.
Selama menjalani usaha ini Retno belum menemukan kendala yang berat. Bahan pun banyak tersedia dan dapat diantar karena dibeli dalam jumlah besar. Walaupun begitu Retno terus berupaya untuk menjaga kualitas dari produknya. Ia pun selalu memberikan edukasi pada konsumennya bahwa untuk kue bolu gulung batik ini dapat bertahan selama 3 hari dalam suhu ruang dan seminggu apabila disimpan dalam kulkas.
Retno sangat bersyukur dengan apa yang telah ia dapat sekarang. Karena dulu seingatnya kehidupan yang ia jalani semasa muda cukup memprihatinkan. Retno adalah salah satu dari delapan bersaudara yang dengan kehidupan yang pas-pasan tidak pernah mendapatkan uang saku. Retno pun hanya mampu untuk menyelesaikan studinya sampa SMA saja. Kehidupannya semakin berat ketika ayah Retno meninggal, sampai Retno pun harus membantu ibunya untuk berjualan 20 bungkus mie goreng setiap harinya di sekolah. Walaupun begitu Retno bersyukur karena memiliki seorang ibu yang tangguh dan telah mengajarinya untuk menjadi kuat.
Atas dasar itulah Retno selalu serius dalam menjalani usahanya. Ia pun memiliki beberapa rencana untuk mengembangkan usaha kue bolu gulung batik ini. Salah satunya adalah membuka toko bolu batik sebagai alternatif oleh-oleh khas Yogya. Tips Retno bagi mereka yang hendak memulai usaha adalah jangan menjadi uang sebagai modal utama dalam berbisnis, karena ia pun memulai bisnis ini dengan modal yang sangat sedikit. Modal yang dikeluarkan oleh Retno ketika memulai usahanya hanya mencapai angka ratusan ribu Rupiah saja. Bagi Retno keterampilan dan kepercayaan adalah modal yang paling penting dalam melakukan usaha, serta semangat pantang menyerah. (sumber: PribadiBerdaya[dot]com)
0
7.4K
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan