Pastinya gan.. Makanan yang sering kita konsumsi mengandung yang namanya tepung terigu.. seperti gorengan, roti, mi, pasta yang berbahan utama terigu..dll usut punya usut ternyata di dalam tepung terigu terdapat zat reaktif yang disebut gluten. Gluten adalah suatu protein, zat mirip lem yang menyatukan bulir-bulir gandum dan padi-padian tertentu. (Gluten juga melekat di dinding usus seperti lem.) Sensitivitas gluten dapat muncul sebagai gejala ringan seperti kembung, rasa tidak enak di perut, dan pilek, hingga gejala berat seperti sindrom iritasi usus, sakit kepala, migrain, nyeri sendi dan otot, asma, eksem, dan gangguan suasana hati. Mungkin juga timbul gangguan pencernaan yang serius, antara lain penyakit celiac sprue. Pada celiac, vilus (jonjot) usus halus rusak, sehingga mengakibatkan gangguan penyerapan nutrisi yang parah. Hal ini kemudian menyebabkan melemahnya sistem kekebalan tubuh, penurunan berat badan, diare, lesu kronis.
Sensitivitas gluten tampaknya semakin banyak dijumpai , karena semakin banyak orang "tercemari" oleh bahan makanan dan makanan olahan dari terigu yang telah diubah, dimurnikan, dan direduksi secara kimiawi. Bahkan, pada orang tertentu, jumlah sedikit saja terasup gluten sudah menimbulkan reaksi.
Alergi gluten memang dapat dideteksi melalui tes alergi, namun sensitivitas terhadap gluten sulit dideteksi dengan pemeriksaan biasa. Walaupun dokter dapat melakukan uji antibodi alergi atau biopsi usus, cara paling mudah dan paling tidak invasif adalah menyingkirkan semua makanan dan produk makanan terbuat dari bahan utama terigu/gandum maupun yang menggunakan campuran terigu/gandum. Menggantinya dengan bahan tepung tanpa gluten, seperti tepung beras, tepung jagung, tepung kedelai, dll."
ULASAN WIED HARRY:
Spoiler for Yang Pertama:
1. Kebiasaan makan makanan terbuat dari terigu memberatkan fungsi cerna. Untuk "menangani" gluten, kandungan protein utama dalam terigu yang sulit dicerna, tubuh kita memerlukan waktu 3 kali siklus metabolisme, bisa lebih lama – tergantung berapa banyak dan berapa rajin kita makan makanan terbuat dari terigu. Artinya, gluten dari roti, cake, kue kering, mi, spageti atau jenis pasta lain, yang kita makan pada hari ini, baru dapat terbuang setelah selang 3 hari ke depan. Apa yang terjadi jika kita setiap hari rajin menghabiskan makanan terbuat dari terigu?
Spoiler for Yang Kedua:
2. Sebisanya singkirkan tepung terigu dalam pembuatan makanan yang bisa sepenuhnya tidak menggunakan terigu. Misalnya, gunakan tepung beras untuk makanan gorengan (adonan pelapis pisang/ubi/tempe goreng, rempeyek, dll). Agar adonan tepung beras menjadi lebih rapuh dan renyah setelah digoreng, tambahkan "bahan pelembut" alami ke dalam adonan, a.l. santan, kuning telur. Jika enggan menggunakan santan dan kuning telur, campurkan tepung maizena, tepung sagu/kanji, atau tepung singkong. [Saya selalu menyimpan stok tepung singkong bikinan sendiri. Cara bikinnya gampang: singkong diparut, dijemur kering, haluskan dengan blender/grinder/food processor, ayak. Simpan dalam wadah tertutup rapat. Pisang goreng dengan lapisan adonan tepung singkong sangat enak!]
Spoiler for Yang Ketiga:
3. Untuk penyuka makanan berbahan utama terigu (mi, pasta, roti, bakpau, donat, cake, dll): Jika masih belum bisa berpisah dari terigu, ganti sebagian terigu dengan bahan non-terigu. Dari uji dapur yang saya lakukan, menggunakan bahan non-terigu hingga 60% masih menghasilkan makanan seenak yang 100% terbuat dari terigu. Campuran pengganti terigu bisa menggunakan tepung non-terigu, seperti tepung beras putih/merah/hitam, tepung ketan putih/hitam (sebagian reference menyebutkan tepung ketan masih mengandung gluten, tapi dalam jumlah terbatas), tepung kentang, tepung singkong, tepung jagung, tepung kacang merah/kacang tolo/kacang hijau/kedelai. Untuk campuran non-tepung, gunakan kentang kukus lumat, ubi jalar kukus lumat, singkong kukus lumat, jagung muda lumat (dikukus dulu maupun tanpa dikukus – keduanya memberikan efek citarasa khas berbeda). [Tepung jagung & tepung kacang saya buat sendiri. Caranya: Cuci butir jagung atau kacang merah/kacang tolo/kacang hijau/kedelai, tiriskan. Jemur sampai kering atau sangrai sebentar di atas api kecil hingga kering. Haluskan dengan blender/grinder/food processor, ayak. Simpan dalam wadah tertutup rapat.)
Spoiler for Yang Keempat:
4. Beranikan diri dan gali kreativitas untuk membuat makanan dari bahan utama terigu dengan tepung non-terigu. Tentu saja untuk ini diperlukan spirit hidup sehat-alami yang tinggi, karena kita akan makan makanan dengan tekstur dan citarasa berbeda dari yang sudah terekam dalam otak kita. Contoh: roti dari tepung jagung (bukan tepung maizena ya), mi dan pasta tepung beras/tepung jagung, cake tepung ketan, lapis legit tepung singkong, kue kering tepung sagu/kanji. Selain itu, daripada asyik dengan cake-kue Barat bahan utama tepung terigu, sekarang saatnya menikmati kue-kue tradisional tanpa terigu, seperti kue lapis, kue talam, kue ku, kue bugis, dll.
Spoiler for Yang Kelima:
5. Saatnya untuk mandiri! Mengambil keputusan bagi kesehatan diri sendiri. Sudah siapkah kita jika industri terigu, industri produk makanan berbahan utama terigu, maupun pakar kuliner terus mendesak dan mendikte kita agar lebih banyak makan makanan dari terigu dan/atau mengolah terigu? Semuanya terpulang kepada kita masing-masing.
Spoiler for Jangan Ngiler Gan..:
Mungkin hanya itu yang TS bisa sampaikan.. Jangan lupa + bagi