- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Eskavasi Gunung Padang Sesuai Aturan


TS
Newbie2010
Eskavasi Gunung Padang Sesuai Aturan
Quote:
Eskavasi Gunung Padang Sesuai Aturan
Kamis, 09/10/2014 - 16:10
CIANJUR, (PRLM).- Kekhawatiran dari beberapa ilmuwan mengenai rusaknya situs megalitukum Gunung Padang dinilai Sekretaris Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang, Erick Ridzky adalah hal yang tak mendasar. Menurut Erick, proses penelitian di gunung sudah sesuai dengan izin penelitian yang berlaku. Ini ia katakan menyanggah kesimpulan seminar nasional Situs Gunung Padang yang digelar di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Selasa (7/10/2014).
Menurut Erick, penggalian lubang eskavasi yang dilakukan TTRM bersama TNI tidak sembarangan. Di situ ada pula pihak kementrian dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang sebagai salah satu pengelola Gunung Padang yang senantiasa mengawal proses penelitian. Lagi pula, kata Erick, TNI yang membantu proses eskavasi sudah ditraining dan bekerja dibawah arahan para arkeolog.
"Jadi terlalu sembarangan kalau dibilang penelitian kami asal-asalan," kata Erick kepada "PRLM", Kamis (9/10/2014).
Erick mewakili TTRM pun mengaku cukup menyayangkan seminar nasional tersebut tidak mengundang pihak TTRM agar pembahasan menjadi semakin berimbang. Padahal, jika diundang, TTRM bisa memberikan pemaparan mengenai hasil penelitian di situs tersebut selama ini. "Saya pikir ada informasi yang tidak lengkap. Padahal kami selama ini cukup terbuka. Silakan datang dan lihat penelitian kami di Gunung Padang," ucapnya.
Mengenai sanggahan bahwa Gunung Padang adalah bentukan alam, Erick menuturkan, jika temuan yang pihaknya dapatkan di lapangan mematahkan anggapan tersebut. Soalnya, orientasi batu‐batu di Gunung Padang kolomnya sangat teratur, kokoh, dan rapih. Menurutnya, kondisi ini kecil kemungkinan adalah bentukan alam.
"Kalau struktur columnar joint alamiah yang terbentuk ketika lava atau cairan magma membeku, arah memanjang kolomnya selalu tegak lurus pada permukaan bidang lapisan dan hubungan antar bidang kolomnya saling mengunci dan rapat atau tanpa matrix. Sedangkan di Gunung Padang arah kolomnya hampir sejajar dengan bidang lapisan, antar bidang permukaan kolomnya tidak selalu saling mengunci dan selalu dipisahkan oleh matriks atau semen rata‐rata setebal 5 sampai 10cm," jelasnya.
Selain itu, bukti arkeologis dan arsitektur yang mendukung adalah ditemukan banyak artefak batu yang berfungsi sebagai pasak atau atau kolom batu yang sudah dipahat membentuk geometri untuk kuncian susunan batu, dan juga aspek‐aspek struktur artifisial bangunan. Ditemukan juga banyak artefak lain yang unik di permukaan Lapisan 2. Di bagian Teras 1 dan 5 terlihat orientasi struktur kolom batu tegak lurus dengan arah memanjang situs.
"Di atas bukit batu‐batu kolom ini umumnya horisontal sedangkan di lereng barat dan timur membentuk sudut sekitar 10 sampai 150 searah dengan kemiringan lerengnya. Di Teras 2 dan lereng timur di bawahnya batu‐batu kolom ini secara unik disusun membentuk sudut sekitar 150 (sudut tajam menghadap utara). Tahap selanjutnya, perlu dilakukan eskavasi lebih extensif lagi untuk mengtahui arsitektur bangunan lebih detil dan komprehensif," ucapnya.
Geometri dan struktur susunan batuan artifisial, sambung Erick, khususnya lapisan 2 dibuktikan oleh eskavasi dan rekonstruksi bawah permukaan. Dalam kegiatan ini sudah dilakukan usaha sistematis untuk meneliti keberadaan ruang‐ruang di bawah permukaan yang sudah mulai dilakukan. Hasilnya sudah mendapat titik terang tapi belum dapat dituntaskan karena kondisinya tidak lebih banyak.
"Untuk melanjutkannya dibutuhkan lebih banyak waktu, peralatan, data bawah permukaan dan eskavasi yang lebih ekstensif," ucapnya.
Ke depan, karena memerlukan proses eskavasi yang sangat intensif, penelitian direncanakan memasuki tahap pemugaran berbarengan dengan penelitian lanjutan. Penanganannya harus dilakukan secara multi‐disipliner dan lintas sektoral karena menyangkut banyak aspek dan kepentingan termasuk aspek vital‐strategisnya untuk dijadikan kebanggaan nasional dan simbol jati diri bangsa yang besar dan luhur.
"Temuan besar di Gunung Padang dapat menjadi awal dan model untuk eksplorasi‐penelitian lebih luas dalam mengungkap kekayaan warisan leluhur di seluruh wilayah Indonesia. Gunung Padang ini akan menjadi ikon nasional sebagai nation pride," ucapnya.
Sementara itu, melalui pesan singkatnya kepada "PRLM", Wakil Ketua Geologi Tim Nasional Riset Gunung Padang, Danny Hilman menilai sanggahan beberapa ilmuwan yang kontra dengan penelitian Gunung Padang selama ini tidak mendasar dan terus berulang. Padahal, sanggahan demi sanggahan pun sudah pihaknya jawab melalui berbagai kesempatan. "Itu sanggahan tidak berdasar dan fitnah lama yang diulang-ulang. Dan sudah kami respon juga berulang-ulang," tulisnya.
Untuk diketahui, TTRM mulai bekerja dalam Tim Nasional untuk Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung padang pada tanggal 17 Agustus 2014 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.225/P/2014 bersama para ahli dari berbagai institusi di seluruh Indonesia. Berdasarkan perintah presiden kepada Kepala Staf Angkatan Darat dan penugasan dari Mendikbud dan Direktur Purbakala selaku Ketua Timnas kepada tim peneliti, sejak tanggal 12 Agustus sampai 2 Oktober 2014 dilakukan kegiatan penelitian bekerjasama dengan TNI‐AD dalam kerangka program karya bakti sosial untuk menunjang kegiatan penelitian, membantu masyarakat setempat serta merenovasi infrastruktur situs.
Kegiatan penelitian dimaksudkan untuk akselerasi riset dalam menuntaskan pembuktian temuan‐temuan baru TTRM dan persiapan pra‐pemugaran serta pengembangan kawasan, sesuai dengan amanat yang termuat dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 430.05/Kep.302‐Disparbud/2014 dan 430.05/Kep.303‐Disparbud/2014 dan juga isi pidatom pengarahan Presiden RI di Gunung Padang tanggal 27 Februari 2014. Selain itu, penelitian juga ditujukan sebagai penelitian awal yang hasilnya akan dijadikan masukan untuk Tim Nasional Gunung Padang agar dapat bergerak lebih cepat untuk membuat program kerja ke depan.
Selama proses eskavasi, TTRM sudah membuat kotak gali geologi‐arkeologi sebanyak 11 buah di berbagai lokasi situs dan pemboran geologi di tiga lokasi yang didesain untuk membuktikan hasil penelitian TTRM. Lokasi eskavasi dinamakan: Alpha, Beta‐1, Beta‐2, Charlie‐1, Charlie‐2, Charlie‐3, Charlie‐4 Delta, Echo‐1, Echo‐2, dan Fanta dengan kedalaman eskavasi dari 2 sampai 5m, kecuali Echo‐1 sampai 11m. Khusus Beta‐2 bukan kotak gali tapi muka tebing longsor yang dibersihkan sehingga dapat terlihat struktur lapisan tanah dan batuannya untuk dianalisa. Lokasi pemboran dinamakan GP‐5 (di Teras 5), GP‐6 dan GP‐7 (di Teras 2) dengan kedalaman secara berurutan 35m, 22m, dan 22m yang dilakukan untuk melengkapi data 4 lokasi pemboran sebelumnya yakni GP‐1, 2, 3, 4. Selain itu, TTRM juga melakukan pemotretan udara 3D digital dengan pesawat drone, kamera Go‐Pro dan AGI Software untuk memperlihatkan bentuk bukit Gunung Padang.
Sebelumnya, sejumlah akademisi mengaku meragukan temuan-temuan TTRM di Gunung Padang. Melalui Seminar Nasional bertajuk "Gunung Padang dan Permasalahannya" yang digelar di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang kampus FIB Unpad Jatinangor, Selasa (7/10/2014), beberapa pembicara seperti Nina Herlina Lubis, Adjat Sudrajat, Mundarjito, Soetikno Bronto, Danni Zulkifli Herman, Lutfi Yondri, Junus Satrio Atmodjo, dan Sujatmiko menyanggah dugaan Gunung Padang sebagai piramida nusantara.
Menurut Nina yang seorang sejarawan, ekskavasi yang dilakukan tim tersebut melibatkan beberapa instansi. Namun, proses ekskavasi yang dilakukan tidak sesuai dan cenderung merusak situs. Hal inilah yang menjadikan penelitian tersebut banyak menuai kritikan. "Tidak bisa melakukan penelitian dengan cara yang tidak ilmiah dan tidak benar," kata Nina.
Keraguan lain muncul dari kalangan arkeolog dan geolog. Menurut Soetikno Bronto dari Pusat Survei Geologi Bandung, berdasarkan struktur, Gunung Padang merupakan sisa dari gunung api purba. Pada waktu itu, Jawa Barat didominasi oleh banyaknya gunung api aktif. Hal ini dikuatkan dengan adanya dua sesar yang melintang di Gunung Padang, yakni sesar Cimandiri dan Sesar Gede-Cikondang. Dua sesar tersebut tepat melintang di atas Gunung Padang. Hal ini menyebabkan kawasan di sekitar Gunung Padang rawan mengalami gempa tektonik dan longsor hingga sekarang.
"Jenis batuan di Gunung Padang pun tergolong poligonal. Jenis ini, merupakan produk alami dari alam akibat lava yang keluar saat gunung meletus. Selain itu, adanya tiang-tiang heksagonal di kawasan situs juga diakibatkan oleh bentukan alam," kata Soetikno. (Muhammad Irfan/A-147)***
sumur:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/300154
Kamis, 09/10/2014 - 16:10
CIANJUR, (PRLM).- Kekhawatiran dari beberapa ilmuwan mengenai rusaknya situs megalitukum Gunung Padang dinilai Sekretaris Tim Terpadu Riset Mandiri Gunung Padang, Erick Ridzky adalah hal yang tak mendasar. Menurut Erick, proses penelitian di gunung sudah sesuai dengan izin penelitian yang berlaku. Ini ia katakan menyanggah kesimpulan seminar nasional Situs Gunung Padang yang digelar di Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Selasa (7/10/2014).
Menurut Erick, penggalian lubang eskavasi yang dilakukan TTRM bersama TNI tidak sembarangan. Di situ ada pula pihak kementrian dan Balai Pelestarian Cagar Budaya Serang sebagai salah satu pengelola Gunung Padang yang senantiasa mengawal proses penelitian. Lagi pula, kata Erick, TNI yang membantu proses eskavasi sudah ditraining dan bekerja dibawah arahan para arkeolog.
"Jadi terlalu sembarangan kalau dibilang penelitian kami asal-asalan," kata Erick kepada "PRLM", Kamis (9/10/2014).
Erick mewakili TTRM pun mengaku cukup menyayangkan seminar nasional tersebut tidak mengundang pihak TTRM agar pembahasan menjadi semakin berimbang. Padahal, jika diundang, TTRM bisa memberikan pemaparan mengenai hasil penelitian di situs tersebut selama ini. "Saya pikir ada informasi yang tidak lengkap. Padahal kami selama ini cukup terbuka. Silakan datang dan lihat penelitian kami di Gunung Padang," ucapnya.
Mengenai sanggahan bahwa Gunung Padang adalah bentukan alam, Erick menuturkan, jika temuan yang pihaknya dapatkan di lapangan mematahkan anggapan tersebut. Soalnya, orientasi batu‐batu di Gunung Padang kolomnya sangat teratur, kokoh, dan rapih. Menurutnya, kondisi ini kecil kemungkinan adalah bentukan alam.
"Kalau struktur columnar joint alamiah yang terbentuk ketika lava atau cairan magma membeku, arah memanjang kolomnya selalu tegak lurus pada permukaan bidang lapisan dan hubungan antar bidang kolomnya saling mengunci dan rapat atau tanpa matrix. Sedangkan di Gunung Padang arah kolomnya hampir sejajar dengan bidang lapisan, antar bidang permukaan kolomnya tidak selalu saling mengunci dan selalu dipisahkan oleh matriks atau semen rata‐rata setebal 5 sampai 10cm," jelasnya.
Selain itu, bukti arkeologis dan arsitektur yang mendukung adalah ditemukan banyak artefak batu yang berfungsi sebagai pasak atau atau kolom batu yang sudah dipahat membentuk geometri untuk kuncian susunan batu, dan juga aspek‐aspek struktur artifisial bangunan. Ditemukan juga banyak artefak lain yang unik di permukaan Lapisan 2. Di bagian Teras 1 dan 5 terlihat orientasi struktur kolom batu tegak lurus dengan arah memanjang situs.
"Di atas bukit batu‐batu kolom ini umumnya horisontal sedangkan di lereng barat dan timur membentuk sudut sekitar 10 sampai 150 searah dengan kemiringan lerengnya. Di Teras 2 dan lereng timur di bawahnya batu‐batu kolom ini secara unik disusun membentuk sudut sekitar 150 (sudut tajam menghadap utara). Tahap selanjutnya, perlu dilakukan eskavasi lebih extensif lagi untuk mengtahui arsitektur bangunan lebih detil dan komprehensif," ucapnya.
Geometri dan struktur susunan batuan artifisial, sambung Erick, khususnya lapisan 2 dibuktikan oleh eskavasi dan rekonstruksi bawah permukaan. Dalam kegiatan ini sudah dilakukan usaha sistematis untuk meneliti keberadaan ruang‐ruang di bawah permukaan yang sudah mulai dilakukan. Hasilnya sudah mendapat titik terang tapi belum dapat dituntaskan karena kondisinya tidak lebih banyak.
"Untuk melanjutkannya dibutuhkan lebih banyak waktu, peralatan, data bawah permukaan dan eskavasi yang lebih ekstensif," ucapnya.
Ke depan, karena memerlukan proses eskavasi yang sangat intensif, penelitian direncanakan memasuki tahap pemugaran berbarengan dengan penelitian lanjutan. Penanganannya harus dilakukan secara multi‐disipliner dan lintas sektoral karena menyangkut banyak aspek dan kepentingan termasuk aspek vital‐strategisnya untuk dijadikan kebanggaan nasional dan simbol jati diri bangsa yang besar dan luhur.
"Temuan besar di Gunung Padang dapat menjadi awal dan model untuk eksplorasi‐penelitian lebih luas dalam mengungkap kekayaan warisan leluhur di seluruh wilayah Indonesia. Gunung Padang ini akan menjadi ikon nasional sebagai nation pride," ucapnya.
Sementara itu, melalui pesan singkatnya kepada "PRLM", Wakil Ketua Geologi Tim Nasional Riset Gunung Padang, Danny Hilman menilai sanggahan beberapa ilmuwan yang kontra dengan penelitian Gunung Padang selama ini tidak mendasar dan terus berulang. Padahal, sanggahan demi sanggahan pun sudah pihaknya jawab melalui berbagai kesempatan. "Itu sanggahan tidak berdasar dan fitnah lama yang diulang-ulang. Dan sudah kami respon juga berulang-ulang," tulisnya.
Untuk diketahui, TTRM mulai bekerja dalam Tim Nasional untuk Pelestarian dan Pengelolaan Situs Gunung padang pada tanggal 17 Agustus 2014 berdasarkan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.225/P/2014 bersama para ahli dari berbagai institusi di seluruh Indonesia. Berdasarkan perintah presiden kepada Kepala Staf Angkatan Darat dan penugasan dari Mendikbud dan Direktur Purbakala selaku Ketua Timnas kepada tim peneliti, sejak tanggal 12 Agustus sampai 2 Oktober 2014 dilakukan kegiatan penelitian bekerjasama dengan TNI‐AD dalam kerangka program karya bakti sosial untuk menunjang kegiatan penelitian, membantu masyarakat setempat serta merenovasi infrastruktur situs.
Kegiatan penelitian dimaksudkan untuk akselerasi riset dalam menuntaskan pembuktian temuan‐temuan baru TTRM dan persiapan pra‐pemugaran serta pengembangan kawasan, sesuai dengan amanat yang termuat dalam Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 430.05/Kep.302‐Disparbud/2014 dan 430.05/Kep.303‐Disparbud/2014 dan juga isi pidatom pengarahan Presiden RI di Gunung Padang tanggal 27 Februari 2014. Selain itu, penelitian juga ditujukan sebagai penelitian awal yang hasilnya akan dijadikan masukan untuk Tim Nasional Gunung Padang agar dapat bergerak lebih cepat untuk membuat program kerja ke depan.
Selama proses eskavasi, TTRM sudah membuat kotak gali geologi‐arkeologi sebanyak 11 buah di berbagai lokasi situs dan pemboran geologi di tiga lokasi yang didesain untuk membuktikan hasil penelitian TTRM. Lokasi eskavasi dinamakan: Alpha, Beta‐1, Beta‐2, Charlie‐1, Charlie‐2, Charlie‐3, Charlie‐4 Delta, Echo‐1, Echo‐2, dan Fanta dengan kedalaman eskavasi dari 2 sampai 5m, kecuali Echo‐1 sampai 11m. Khusus Beta‐2 bukan kotak gali tapi muka tebing longsor yang dibersihkan sehingga dapat terlihat struktur lapisan tanah dan batuannya untuk dianalisa. Lokasi pemboran dinamakan GP‐5 (di Teras 5), GP‐6 dan GP‐7 (di Teras 2) dengan kedalaman secara berurutan 35m, 22m, dan 22m yang dilakukan untuk melengkapi data 4 lokasi pemboran sebelumnya yakni GP‐1, 2, 3, 4. Selain itu, TTRM juga melakukan pemotretan udara 3D digital dengan pesawat drone, kamera Go‐Pro dan AGI Software untuk memperlihatkan bentuk bukit Gunung Padang.
Sebelumnya, sejumlah akademisi mengaku meragukan temuan-temuan TTRM di Gunung Padang. Melalui Seminar Nasional bertajuk "Gunung Padang dan Permasalahannya" yang digelar di Aula Pusat Studi Bahasa Jepang kampus FIB Unpad Jatinangor, Selasa (7/10/2014), beberapa pembicara seperti Nina Herlina Lubis, Adjat Sudrajat, Mundarjito, Soetikno Bronto, Danni Zulkifli Herman, Lutfi Yondri, Junus Satrio Atmodjo, dan Sujatmiko menyanggah dugaan Gunung Padang sebagai piramida nusantara.
Menurut Nina yang seorang sejarawan, ekskavasi yang dilakukan tim tersebut melibatkan beberapa instansi. Namun, proses ekskavasi yang dilakukan tidak sesuai dan cenderung merusak situs. Hal inilah yang menjadikan penelitian tersebut banyak menuai kritikan. "Tidak bisa melakukan penelitian dengan cara yang tidak ilmiah dan tidak benar," kata Nina.
Keraguan lain muncul dari kalangan arkeolog dan geolog. Menurut Soetikno Bronto dari Pusat Survei Geologi Bandung, berdasarkan struktur, Gunung Padang merupakan sisa dari gunung api purba. Pada waktu itu, Jawa Barat didominasi oleh banyaknya gunung api aktif. Hal ini dikuatkan dengan adanya dua sesar yang melintang di Gunung Padang, yakni sesar Cimandiri dan Sesar Gede-Cikondang. Dua sesar tersebut tepat melintang di atas Gunung Padang. Hal ini menyebabkan kawasan di sekitar Gunung Padang rawan mengalami gempa tektonik dan longsor hingga sekarang.
"Jenis batuan di Gunung Padang pun tergolong poligonal. Jenis ini, merupakan produk alami dari alam akibat lava yang keluar saat gunung meletus. Selain itu, adanya tiang-tiang heksagonal di kawasan situs juga diakibatkan oleh bentukan alam," kata Soetikno. (Muhammad Irfan/A-147)***
sumur:
http://www.pikiran-rakyat.com/node/300154
Komen:
Melengkapi tret ini:
Jokowi Diminta Hentikan Penggalian Gunung Padang
Diubah oleh Newbie2010 10-10-2014 18:13
0
1.8K
Kutip
10
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan