- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ternyata Berqurban Itu Bukan Menyembelih Saja
TS
eigeruser
Ternyata Berqurban Itu Bukan Menyembelih Saja
Quote:
سْــــــــــــــــــــــمِ اللّهِ الرحْمَنِ الرحِيْم
Pertama-tama Selamat Hari Raya Idul Adha Gan !
Pertama-tama Selamat Hari Raya Idul Adha Gan !
Spoiler for No Repost:
Quote:
Berqurban ? Aaah tau dong gan, itu hari penyembelihan ternak (sapi/kambing/domba/kerbau/unta) itu juga bagi yang mampu aja, abis itu dibagi-bagiin kepada sesama...
Mungkin masih banyak orang yang berpikiran seperti itu, berqurban hanyalah rutinitas tahunan seakan-akan sudah menjadi rutinitas saling berbagi terutama bagi orang yang mampu secara finansial.
Ga salah sih tapi tau gak gan makna dan awal mula dari qurban itu sendiri itu seperti apa, ayok gan mari kita lanjutkan....
Mungkin masih banyak orang yang berpikiran seperti itu, berqurban hanyalah rutinitas tahunan seakan-akan sudah menjadi rutinitas saling berbagi terutama bagi orang yang mampu secara finansial.
Ga salah sih tapi tau gak gan makna dan awal mula dari qurban itu sendiri itu seperti apa, ayok gan mari kita lanjutkan....
Quote:
Spoiler for Qurban:
Ini Dia Makna Berqurban
"Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berqurbanlah".
Penyampaian qurban yang dilakukan oleh nabi Ibrahim tempo hari adalah peristiwa yang menunjukkan makna tentang larangan bagi kita menghamba kepada insting-insting primitif, kebendaan, larut dalam rayuan materialisme dan hedonisme yang tentu di dalamnya palsu dan menjanjikan kesenangan sesaat. Qurban adalah pergulatan iman Ibrahim, antara memilih Allah atau Ismail anaknya yang kelahirannya begitu didambakan oleh Ibrahim yang tidak kurang dari seratus tahun menunggu akan datangnya Ismail.
Pertempuran besar, jihadul akbar, tarik-menarik antara kutub tauhid dan kutub hawa nafsu syaitoniyah karena sudah terkontaminasi dengan sistem toghut, mengabaikan titah Tuhan, menyelamatkan Ismail. Ini semua tentu pada akhirnya, perjuangan suci ini dimenangkan Ibrahim. Ibrahim keluar sebagai ksatria sejati, pejuang istimewa dan unggul serta diabadikan oleh Al-Qur'an. Perintah Allah lebih diprioritaskan dan diutamakan.
Manusia ini sudah dipenjara oleh belenggu duniawi yang serba rendahan. Diantaranya seperti nafsu berpuasa yang tidak pernah berhenti, nafsu berpuasa secara berlebihan, nafsu meraih materi tiada berhenti, nafsu menaklukkan sesama yang tidak pernah reda dan nafsu merasa cukup dan cakap. Ambisi-ambisi yang berlebihan semacam itu biasanya akan bersifat akumulatif, yang dalam bahasa Al-Quran, Allah memfirmankan : "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. Sampai kamu masuk kedalam kubur."
Jika tidak memiliki iman yang kokoh, manusia akan senantiasa dibelenggu oleh dirinya. Pembelengguan duniawi yang tidak akan berhenti kecuali ajal menjemputnya. Pada titik ambisi-ambisi seperti itulah kehidupan yang kita rasakan. Biasanya jatuh diri sebagai al-basyar yang dilambangkan dalam bentuk kejatuhan diri di berbagai lingkungan kehidupan. Jadi manusia yang masih berkutat dirinya sebagai al-basyar adalah manusia yang belum terbebaskan dan belum tercerahkan dari belenggu kehidupan yang serba duniawi. Betapapun tinggi kursi yang kita duduki, luasnya ilmu yang kita kuasai, banyaknya harta yang kita miliki, sadar akan hal itu kita sebagai hamba Allah yang tidak punya apa-apa. Ketika panggilan Allah dikumandangkan, kita bersegera karena didalamnya orang yang beriman mesti tentram dalam hidupnya, penuh harapan masa depannya dan selalu apresiatif. Apalagi seruan yang disampaikan oleh Allah"Segera kita datang kerumah Allah." Nabi sendiri mencontohkan datangnya paling awal dan pulangnya paling akhir.
Kita harus sadar segala yang bersifat duniawi tidaklah kekal dan abadi, Seringkali kita mengkhawatirkan berapa uang bertambah ditabungan, kendaraan takut dicuri, sawah yang begitu luas kebanjiran, pangkat, jabatan, kekuasaan, harta kekayaan. Ini semua membuktikan karakter yang belum dibangun dengan nilai-nilai ketuhanan. Hal ini membuktikan bahwa Ibrahim begitu pasrah diri. Ditajamkan pisau di pelosok lembah mina, lalu Ismail dibaringkan diatas pengorbanan, dengan nama Allah lalu pisau ditempelkan ditenggorokkan putranya. Kemudian Ibrahim menyampaikan "aku bermimpi bahwa engkau harus disembelih", apa jawaban Ismail ? "Ayahanda perbuatlah apa yang diperintahkan oleh Allah itu, jangan ragu-ragu untuk melaksanakan perintahnya, InshaAllah ayah ini akan mengetahui dan menemukan bahwa akupun patuh kepada-Nya". Sebelum pisau merobek lehernya, tiba-tiba muncullah seekor domba disertai dengan seruan "wahai Ibrahim sesungguhnya Allah tidak menghendaki agar engkau mengorbankan putramu, inilah seekor domba sebagai tebusannya. Engkau telah melaksanakan perintah-Ku, sesungguhnya Allah Maha Besar". Ini hidayah yang begitu dramatis. Menurut salah satu tafsir adalah segala sesuatu yang merampas kebebasan dan menghalangi kita untuk melaksanakan kewajiban segala hal yang membuat mata batin kita guram dan lapisan ruhaniah, lalu kemudian terkikis, setiap kenikmatan yang membuat kita terlena, setiap sesuatu yang menyebabkan kita mengajukan alasan-alasan guna menghindari tanggung jawab dan setiap orang mendukung kita untuk memperoleh dukungan dikemudian hari. Segala hal yang membuat kita menistakan martabat kemanusiaan dan setiap sesuatu yang meredupkan nyala iman serta merintangi perjalanan suci, sehingga Allah kemudian memfirmankan "Kamu tidak akan mendapatkan kebajikan (yang sempurna) dalam hidup kalian, sebelum kamu menafkahkan. mengorbankan sebahagian harta yang kamu cintai".
Sekali lagi, Ismail itu digantikan oleh domba terbaik karena memang saat itu hewan ternak merupakan puncak kebanggan dan lambang kekayaan. Sebenarnya kita semua bisa melakukan, jangan kemudian anggap bahwa kita sudah berqurban pada tahun lalu, lalu dianggapnya sunnah, padahal sunnah muakkad, padahal kita semua tahu kepada domba, bukanlah putra, kepada sapi bukanlah istri, kepada unta bukanlah mertua. InshaAllah pendamping yang sebenarnya nanti di akhirat kelak itu sendiri yaitu iman, taqwa dan amal yang akan ketemu dihadapan Allah SWT. Paling tidak kita utamakan untuk kepentingan kita sendiri, sebab Allah tidak membutuhkan. Yang jelas Allah tidak pernah mendzolimi hamba-hambanya, kemudian memfirmankan "Allah tidak mendzolimi hamba-hambanya, tidak menganiaya mahluk-mahluknya kecuali kalian semua yang mendzolimi diri kalian sendiri"
Quote:
Sumber : Buletin Al-Furqan (Dr. H. Cecep Sudirman Anshori, M.Ag.)
Quote:
0
995
Kutip
7
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan