- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Hidup Tambah Berat Barang Barang Naik Semua
TS
st34dy
Hidup Tambah Berat Barang Barang Naik Semua
Quote:
Pelemahan Rupiah Bikin Pebisnis Mulai Mengerek Harga
Selasa, 30 September 2014 10:49 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rupiah terkapar, ke level terendah selama tujuh bulan terakhir. Menutup perdagangan kemarin (29/9), kurs tengah BI menyentuh Rp 12.120 per dollar AS. Tak pelak, kondisi ini menimbulkan kecemasan bagi para pebisnis. Apalagi, tren pelemahan rupiah diprediksi masih berlanjut.
Perbaikan ekonomi AS menjadi faktor eksternal terkuat penyebab terkulainya rupiah. Adapun dari internal, polemik UU Pilkada serta ditolaknya gugatan PDIP atas UU No 17/ 2014 tentang MPR, DPD, DPR dan DPRD (MD3) oleh MK ikut andil dalam pelemahan rupiah. Dikhawatirkan, ini akan menggangu upaya Presiden Joko Widodo menggolkan program-programnya.
Pebisnis yang mengandalkan bahan baku impor serta memiliki kewajiban dollar AS mulai was-was. Apalagi, mereka juga harus menanggung kenaikan tarif listrik serta kenaikan upah buruh.
PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) semisal. Produsen kemasan plastik ini sudah ancang-ancang mengerek harga jual produk demi menghindari kerugian. "Paling cepat dua bulan lagi, harga naik 5%–7%," ujar Antonius Muhartoyo, Dirut PT Champion Pacific Indonesia Tbk ke KONTAN, Senin (29/9).
Naik harga menjadi opsi IGAR lantaran tak melakukan lindung nilai (hedging) atas impor bahan bakunya. Celakanya, stok bahan baku kemasan yang sekitar 95% impor akan habis. Mau tak mau, IGAR harus impor bahan plastik dengan kurs yang mahal.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF) juga berencana mengerek harga jual produk obatnya. Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma bilang, kenaikan bisa bertahap, mulai 5%, hingga 15%. Kimia Farma baru akan memborong bahan baku obat Agustus 2015. Biasanya tagihan pembelian datang tiga bulan mendatang atau di November. "Bila ikut kurs sekarang, biaya impor naik," katanya.
PT Kalbe Farma Tbk mengaku masih memantau rupiah. Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengklaim punya stok bahan baku untuk empat bulan ke depan.
Pukulan telak dirasakan Garuda Indonesia. Pujobroto, Vice President Corporate Communication Garuda bilang, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp 100, beban operasional GIAA naik US$ 12,8 juta. Sebab, 70% komponen biaya menggunakan dollar AS, yakni sewa pesawat, landasan serta avtur Untung Garuda punya 50% pemasukan dollar AS.
Kekhawatiran juga dirasakan PT Petrokimia Gresik karena harus menanggung rugi selisih kurs. Sebab, proyeksi kurs rupiah Petrokimia meleset. Rupiah yang diprediksi Rp 10.500 malah jatuh.
Hidayat Nyakman, Dirketur Utama Petrokimia Gresik bilang, beban biaya perusahaan bisa bengkak minimal 15%. "Saat kurs berubah, beban naik 20%–30%," kata dia ke KONTAN. Alokasi impor bahan baku Petrokimia sekitar US$ 1,5 miliar di 2014 pun akan membengkak. (Izzatul Mazidah/Merlinda Riska/Namira Daufina)
samber
Selasa, 30 September 2014 10:49 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Rupiah terkapar, ke level terendah selama tujuh bulan terakhir. Menutup perdagangan kemarin (29/9), kurs tengah BI menyentuh Rp 12.120 per dollar AS. Tak pelak, kondisi ini menimbulkan kecemasan bagi para pebisnis. Apalagi, tren pelemahan rupiah diprediksi masih berlanjut.
Perbaikan ekonomi AS menjadi faktor eksternal terkuat penyebab terkulainya rupiah. Adapun dari internal, polemik UU Pilkada serta ditolaknya gugatan PDIP atas UU No 17/ 2014 tentang MPR, DPD, DPR dan DPRD (MD3) oleh MK ikut andil dalam pelemahan rupiah. Dikhawatirkan, ini akan menggangu upaya Presiden Joko Widodo menggolkan program-programnya.
Pebisnis yang mengandalkan bahan baku impor serta memiliki kewajiban dollar AS mulai was-was. Apalagi, mereka juga harus menanggung kenaikan tarif listrik serta kenaikan upah buruh.
PT Champion Pacific Indonesia Tbk (IGAR) semisal. Produsen kemasan plastik ini sudah ancang-ancang mengerek harga jual produk demi menghindari kerugian. "Paling cepat dua bulan lagi, harga naik 5%–7%," ujar Antonius Muhartoyo, Dirut PT Champion Pacific Indonesia Tbk ke KONTAN, Senin (29/9).
Naik harga menjadi opsi IGAR lantaran tak melakukan lindung nilai (hedging) atas impor bahan bakunya. Celakanya, stok bahan baku kemasan yang sekitar 95% impor akan habis. Mau tak mau, IGAR harus impor bahan plastik dengan kurs yang mahal.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF) juga berencana mengerek harga jual produk obatnya. Rusdi Rosman, Direktur Utama Kimia Farma bilang, kenaikan bisa bertahap, mulai 5%, hingga 15%. Kimia Farma baru akan memborong bahan baku obat Agustus 2015. Biasanya tagihan pembelian datang tiga bulan mendatang atau di November. "Bila ikut kurs sekarang, biaya impor naik," katanya.
PT Kalbe Farma Tbk mengaku masih memantau rupiah. Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengklaim punya stok bahan baku untuk empat bulan ke depan.
Pukulan telak dirasakan Garuda Indonesia. Pujobroto, Vice President Corporate Communication Garuda bilang, setiap pelemahan rupiah sebesar Rp 100, beban operasional GIAA naik US$ 12,8 juta. Sebab, 70% komponen biaya menggunakan dollar AS, yakni sewa pesawat, landasan serta avtur Untung Garuda punya 50% pemasukan dollar AS.
Kekhawatiran juga dirasakan PT Petrokimia Gresik karena harus menanggung rugi selisih kurs. Sebab, proyeksi kurs rupiah Petrokimia meleset. Rupiah yang diprediksi Rp 10.500 malah jatuh.
Hidayat Nyakman, Dirketur Utama Petrokimia Gresik bilang, beban biaya perusahaan bisa bengkak minimal 15%. "Saat kurs berubah, beban naik 20%–30%," kata dia ke KONTAN. Alokasi impor bahan baku Petrokimia sekitar US$ 1,5 miliar di 2014 pun akan membengkak. (Izzatul Mazidah/Merlinda Riska/Namira Daufina)
samber
ga sampe 2bulan barang dagangan ane uda kena getok 2x kena TDL ama dollardaya beli mengering lage
what next?
BBM up 3rb
UMP 2015
TDL jan 2015
seremm
0
1.2K
Kutip
10
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan