zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Grup Rajawali Saingi Salim dan Astra di Sektor Perkebunan Sawit
Jakarta – Grup Rajawali melalui PT BW Plantation Tbk (BWPT) dan Green Eagle Group bakal memiliki lahan tertanam sawit seluas 131.000 hektare (ha) atau terbesar ketiga di Bursa Efek Indonesia (BEI) setelah PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI).

Berdasarkan LMC Research, luas lahan tertanam BW Plantation per akhir 2013 sebesar 62.000 ha dan Green Eagle seluas 69.000 ha. Sedangkan Salim Ivomas seluas 240.000 ha dan Astra Agro seluas 220.000 ha.

BW Plantation juga bakal menjadi perusahaan perkebunan sawit dengan total cadangan lahan terbesar di Indonesia, setelah akuisisi Green Eagle rampung. Luas cadangan lahan perseroan berpotensi melonjak menjadi 271.000 ha. Perkebunan perseroan tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

“BW Plantation akan menjadi perusahaan perkebunan dengan luas areal tertanam terbesar ketiga di Indonesia. Sedangkan dari sisi cadangan lahan, perseroan akan menjadi yang terbesar di Indonesia,” ujar Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan BW Plantation Kelik Irwantono di Jakarta, Senin (29/9).

Besarnya cadangan lahan belum tertanam, menurut dia, membuka peluang bagi perseroan untuk mendongkrak kapasitas produksi, sehingga berdampak terhadap kinerja keuangan dalam jangka panjang. Kepemilikan izin lahan dalam jumlah besar sangat dibutuhkan di saat sulitnya penambahan lahan baru sekarang.

Pascaakuisisi, dia menambahkan, rata-rata usia sawit perseroan akan menjadi yang termudah dibandingkan seluruh perkebunan sawit yang beroperasi di Indonesia. Berdasarkan perhitungan perseroan, sebanyak 40 persen dari total luas kebun tertanam masih immature dan sisanya sudah berproduksi dengan usia di bawah delapan tahun.

Menurut Kelik, berbagai faktor tersebut membuat BW Plantation bakal mengalami lonjakan volume produksi tandan buah segar (TBS), seiring degan penambahan luas lahan perkebunan berproduksi. Kapasitas produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) perseroan juga diperkirakan ikut mengalami lonjakan dalam jangka panjang.

Akuisisi Green Eagle didanai dari penerbitan sebanyak 27,02 miliar saham baru atau setara 85,71 persen dari modal disetor BW Plantation. Perseroan membidik target raihan dana rights issue yang terbilang fantastis, yaitu sebesar Rp 10,5-11,1 triliun. Harga pelaksanaan rights issue sekitar Rp 390-441 per saham. Setiap satu pemegang saham lama berhak atas enam hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD).

Perseroan akan menggunakan senilai Rp 10,53 triliun dana hasil rights issue I untuk mendanai akuisisi Grup Green Eagle. Sisanya akan dipakai untuk modal kerja. Pada 22 September 2014, perseroan menandatangani perjanjian jual beli bersyarat (conditional sale and purchase agreement/CSPA) dengan Green Eagle Palm Ltd, sebuah perusahaan yang terafiliasi dengan PT Rajawali Corpora.

Pada 1 September 2014, Grup Rajawali melalui PT Rajawali Corpora telah mengantongi sebanyak 21,54 persen saham BW Plantation. Rajawali mengakuisisi 558,38 juta (12,48 persen) saham dari Matacuna Group Ltd. Perseroan juga membeli 405,1 juta (9,06 persen) saham melalui Pegasus CP One Ltd. Selanjutnya, Grup Rajawali melalui PT Rajawali Capital International akan menjadi salah satu pembeli siaga dari rights issue perseroan.

Berdasarkan perjanjian pembelian pada 19 September, PT BW Investindo, Credit Suisse AG SG Branch S/A Matacuna Group Ltd, dan Credit Suisse AG SG Branch S/A Pegasus CP One Ltd sebagai pemegang saham lama BW Plantation tidak akan mengeksekusi haknya dalam rights issue BW Plantation.

Institusi-institusi tersebut akan mengalihkan HMETD ke Rajawali Capital International. Dengan demikian, Rajawali Capital International akan memperoleh 48,22 persen saham BW Plantation melalui rights issue. Jika ditambah milik Matacuna 1,56 persen dan Pegasus 1,29 persen yang sudah terdilusi, Rajawali akan memegang 51,07 persen saham.

Harga Wajar
Sementara itu, Managing Director PT Rajawali Corpora Darjoto Setyawan mengatakan, penetapan rasio HMETD 1:6 dan harga rights issue BWPT pada kisaran Rp 390-441 per saham telah sesuai dengan aturan berlaku dan memperhitungkan diskon bagi pemegang saham yang melaksanakan haknya.

“Penetapan harga tersebut sudah sesuai dengan perhitungan secara umum yang berlaku di pasar. Dengan harga tersebut, kami menginginkan investor publik ikut berpartisipasi dalam rights issue perseroan. Penurunan harga saham BWPT dalam beberapa hari terakhir akibat efek psikologis dari para pemodal yang melakukan transaksi margin atas saham BWPT,” ujarnya.

General Manager Investment PT Rajawali Corpora Adam Jaya Putra mengatakan, dengan rasio HMETD 1:6, diskon harga teoritis rights issue BWPT berkisar 15,9-17,2 persen. Angka tersebut masih dalam batas wajar. “BWPT telah memperhitungkan pemberian rasio ini. Jika rasio HMETD pada 1:4, eksekusi di harga Rp 617, diskonnya 14 persen. Rasio 1:5 dengan harga pelaksanaan Rp 494, diskonnya mencapai 14,6 persen, dan rasio 1:7 akan menghasilkan diskon 20 persen,” ungkapnya.

Sementara itu, Kelik Irwantono melalui penjelasan resminya ke Bursa Efek Indonesia (BEI), mengatakan, harga rights issue telah ditentukan berdasarkan besaran insentif yang diberikan kepada investor untuk berpartisipasi dalam rights issue. “Berdasarkan market standard, besaran insentif tersebut diberikan dalam bentuk diskon terhadap harga teoritis setelah rights issue (discount to Theoretical Price/TP),” jelasnya.

Menurut Kelik, berdasarkan preseden aksi rights issue dengan nilai lebih dari US$ 50 juta dari 2007, rata-rata diskon TP terhadap harga rights issue sebesar 20 persen. “Dengan demikian, kami berpendapat, penetapan harga rights issue di bawah harga pasar sesuai dengan market standard,” jelas dia.

http://www.beritasatu.com/emiten/213...nan-sawit.html

persaingan ketat gan
0
1.3K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan