Film bisa membuat para penontonnya mengerti tentang kehidupan. Kita tidak perlu menjalani atau terjadi dengan kehidupan kita dengan apa yang digambarkan dalam film, tapi dengan film kita bisa mengambil hikmah. Fungsinya memperkaya gambaran kita tentang hidup.
Berikut film-film yang menurut ane bisa diambil hikmahnya.
Tahun 90-an
Spoiler for Si Doel:
Film ini jelas menggambarkan tentang kehidupan orang di pinggiran Jakarta. Mereka dicap ditinggalkan zaman karena kurangnya pendidikan. Tapi mereka tetap menjaga nilai luhur kebudayaan Jakarta dengan kebersamaan sebagai satu keluarga yang utuh. Film ini juga menggambarkan bagaimana ada gap antara 'orang gedongan' sama mereka yang hidup di kampung. Dengan penampilan Alm Benyamin Sueb, candaan nakal, celetukan, dan watak menjadikan film ini unggulan pada eranya.
Spoiler for Noktah Merah Perkimpoian:
Bagaimana jika kita hidup dalam keluarga yang sudah retak? Film ini menggambarkan itu. Nokta Merah Perkimpoian menunjukkan kepada kita tentang kehidupan keluarga modern. Cok Simbara memerankan seorang suami yang tegas tapi sebenarnya rapuh menhadapi konflik.
Spoiler for Aku ingin Pulang:
Krisna Mukti, lelaki dari desa, terpaksa menjual dirinya kepada kepentingan sebuah pernikahan orang kota. Contoh kehidupan modern orang-orang kota dijelaskan dalam film ini. Bagaimana mereka menyelesaikan masalah dengan sesuatu yang instan, alhasil, cinta bukan lagi menjadi ukuran standar pernikahan.
Tahun 2000-an
Spoiler for Bajaj Bajuri:
Mat Solar berperan sebagai tukang bajaj yang tidak bisa berbuat apa-apa jika mertuanya sudah bicara. Mengisahkan kehidupan kelas menengah ke bawah, Bajaj Bajuri menunjukkan kerukunan antar tetangga yang dibumbui dengan saling ejek, tindakan yang menyebalkan dan tipu kecil-kecilan dari mertua Bajuri. Ada juga istri Bajuri yang digambarkan sebagai perempuan 'kurang tanggap' atau ipar Bajuri yang kesehariannya mencari pujaan hatinya, tapi tidak kunjung dapat. Film ini segar dengan komedi-komedi satirnya, mungkin menjadi salah satu sinetron rujukan tahun 2000an.
Spoiler for Lorong Waktu:
Ini sinetron religi, mungkin juga jadi cikal bakal film para pencari tuhan. Dedi Mizwar jeli dalam mengangkat tema film ini. Sebuah lorong waktu untuk mengantarkan ke sebuah tempat dan waktu kejadian. Gunanya menjadikan cara tersebut pelajaran dengan kisah-kisah di lorong waktu tersebut.
Spoiler for Wah Cantiknya:
Seorang Cecep yang diperankan Anjasmara memiliki keterbelakangan mental, tapi memiliki keinginnan untuk membantu orang. Ia bekerja sebagai kuli, dan akhirnya bertemu dengan Kartika. Kartika yang diperankan Tamara B. Kartika yang tidak ingin menikah dipaksa menikah karena surat wasiat. Alhasil, Cecep dijadikan sasaran agar mudah diatur karena keterbelakangan mentalnya.
Tahun 2010 ke atas
Spoiler for Emak Ijah Pengen ke Mekah:
Awalnya film ini berkisah seorang wanita tua yang ingin naik haji melalui perjuangan yang dilakukan anaknya. Namun, entah kenapa semakin lama, arah film ini menjadi tidak jelas karena adanya trio ubur-ubur dengan komedi banalnya. Bahkan, gambaran seorang emak yang ingin naik haji semakin tenggelam, sutradara mungkin melihat faktor bisnis lagu dan tarian Trio Ubur-ubur lebih menjual. Akhirnya, film ini hanya membuat orang 'mengerinyit', tanpa bisa mengerti apa maksudnya.
Spoiler for Diam-diam Suka:
Bingung dengan apa yang ingin diberikan film kepada masyarakat. Gerombolan anak muda yang disebut 'tidak ingin ketinggalan zaman' ditonjolkan dengan beberapa adegan serta alur cerita yang mengutamakan fashion pemainnya. Film ini mungkin bisa dikatakan menenggelamkan bahasa baku Indonesia dengan munculnya "Ya keleus", "akamso (anak kampung sono)" sampai "Oh My God, Oh My No, Oh My Wow. Terakhir, lagu dari salah satu girl band dijadikan iklan untuk menjual film ini.
Spoiler for Ganteng-ganteng Serigala:
Mungkin inilah salah satu film paling fenomenal tahun 2014. Aktor dan aktrisnya dibuat se-style- mungkin dengan alur cerita yang kurang jelas. Jualan film ini bukan pada cerita, tapi ketampanan aktor dan kecantikan aktris mudanya. Ganteng-ganteng Serigala atau GGS, sudah merasuki anak muda Indonesia. Mereka disuguhkan dengan cerita cinta-cintaan yang dangkal serta efek animasi film yang sangat buruk.