Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

eCIPUTRA.comAvatar border
TS
eCIPUTRA.com
George Jenkins, Miliarder yang Memulai Bisnis Saat Momen Krisis Global
Perdagangan dunia secara drastis mengecil dan produksi industri negara-negara maju menurun dengan cepat menjadi hanya sepertiga dari tahun sebelumnya. Krisis ekonomi tersebut disebut Great Depression yang berlangsung hingga Perang Dunia II.

Dikutip dari laman Forbes, Selasa 22 Juli 2014, setidaknya tujuh keluarga terkaya dengan jumlah kekayaan miliaran dolar, dengan total US$31,9 miliar, justru memulai raksasa bisnisnya pada masa Great Depression.

Saat krisis ekonomi itu, diperkirakan 15 juta orang Amerika Serikat menganggur. Tetapi, keluarga yang berasal dari permukiman kumuh dan miskin, justru memanfaatkan krisis ekonomi itu dengan memulai bisnis kecil-kecilan.

Ivan Light, Profesor Sosiologi University of California, mengatakan, resesi ekonomi itu menyebabkan begitu banyak pengusaha yang gulung tikar. Mereka yang tak mampu berinovasi akan bangkrut. Keadaan berbeda dialami industri kecil. Mereka mampu bertahan di masa-masa sulit yang menempanya.

Robert Boyd, Profesor Sosiologi dari Mississippi State University mengatakan, dalam kondisi seperti itu pilihan industri makanan menjadi pilihan umum dan banyak diminati.

Lebih dari setengah keluarga terkaya itu mulai membangun bisnis dengan terjun ke industri makanan selama Great Depression mulai ada. Hasil kerja keras mereka begitu manis, saat ini jumlah gabungan kekayaan mereka mencapai US$24,3 miliar.

"Selama Great Depression, beberapa pengusaha yang mampu bertahan hidup di perkotaan adalah dengan membuka toko kelontong kecil di rumah mereka sendiri atau di halaman depan toko-toko yang ditinggalkan pemiliknya," ujar Boyd.

"Pengusaha ini membeli makanan yang tidak mudah busuk, karena jika dagangan mereka tidak habis terjual, setidaknya mereka dan anggota keluarga mereka bisa hidup dari persediaan yang tidak terjual, sehingga terhindar dari kelaparan," ungkapnya.

George Jenkins salah satunya. Dia keluar dari pekerjaan tetapnya di pusat perbelanjaan Piggly Wiggly, saat atasannya tidak memberinya upah. Padahal, dia sudah bekerja mengemudi selama 8 jam.

Mundur dari pekerjaan tetapnya, lalu dia mulai membuka Publix Super Markets pada 1930. Jerih payahnya terbayar, saat ini dia mempunyai 1.000 jaringan toko di seluruh AS bagian tenggara dengan penjualan mencapai US$29 miliar, yang memperkuat jumlah kekayaan keluarganya menjadi US$5,2 miliar.

Keluarga McKee, keluarga yang selamat dari Great Depression juga memiliki cerita yang sama. Dia dan istrinya, Ruth McKee menjual kepemilikan saham di Whippet, produsen mobil pada 1928.

Kemudian, pada 1934, mereka membeli perusahaan roti di Chattanooga, Tenn. Keluarga McKee memulai bisnis pembuatan roti dan dengan varian yang paling terkenal Little Debbie cream pies. Keturunannya sekarang masih menjalankan usaha pembuatan roti pada perusahaannya senilai US$1,4 miliar.

Keluarga E.&J. Gallo Winery juga memulai usaha pembuatan anggur pada 1933. Saat itu, dia mampu bertahan dari krisis ekonomi dengan menguras habis persediaan anggur di gudangnya. Produk anggur mereka begitu populer pada waktu itu, karena menjual 50 sen per galon, atau setengah harga dari harga anggur di pasaran.

Nyatanya, keluarga Gallo saat ini memiliki total kekayaan US$9,7 miliar dan menjadi produsen anggur terbesar di dunia. (bn/liputan6.com)

sumber
0
1.6K
6
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan