KISAH SEEKOR KELEDAI



Suatu hari seekor keledai jatuh ke dalam sumur. Ia mengembik sedih selama berjam-jam dan si petani berusaha mencari cara untuk mengeluarkan keledai itu. Akhirnya, ia memutuskan bahwa hewan itu sudah tua dan sumur itu perlu ditutupi juga; jadi biarkan saja keledai itu disana.


Ia mengajak seluruh penduduk kampung untuk datang dan menolongnya. Mereka mengambil cangkul dan mulai menimbun tanah ke dalam sumur itu. Awalnya, keledai itu sadar apa yang akan terjadi padanya dan menangis sejadi-jadinya. Kemudian, keledai itu terdiam dan semua orang kebingungan.
Beberapa saat kemudian, si petani akhirnya melihat ke bawah ke sumur. Ia terkesima dengan apa yang dilihatnya. Keledai itu melakukan suatu hal yang luar biasa pada setiap tanahn yang jatuh dipunggungnya. Ia menggoyang sedikit dan naik ke atasnya.

Selama para penduduk melanjutkan menutupi sumur itu dengan tanah, keledai itu mengguncang tubuhnya sedikit agar tanah tersebut jatuh ke bawah dan lalu naik lagi setapak demi setapak. Dengan segera, semua orang terkejut dengan apa yang mereka lihat, keledai itu berhasil melangkah keluar dari sumur dan pergi dengan gembira.

Hidup akan terus menerus mendatangkan “tanah” (persoalan) dalam berbagai bentuk. Cara untuk dapat membebaskan diri dari “sumur” (persoalan) adalah dengan menggoyangkan badan sedikit agar setiap “tanah” yang jatuh menimpa kita akan turun ke bawah agar kita dapat naik ke atasnya. Setiap persoalan yang kita hadapi adalah sebuah batu loncatan. Kita dapat keluar dari segala sumur yang dalam hanya dengan terus menerus berusaha, dan pantang menyerah. Goyangkan badan dan melangkah ke atas.



BURUNG YANG PALING BAHAGIA


Ada seekor burung gagak yang hidup di hutan dan dia merasa sangat puas dengan apa yang telah didapat di hidupnya. Pada suatu hari, dia melihat seekor angsa. Lalu, dia berpikir, “Angsa itu cantik sekali, aku baru menyadari bahwa diriku begitu gelap dan menyeramkan, aku ingin seperti dia, angsa itu pasti burung yang paling bahagia di dunia.”
Burung gagakpun mengungkapkan pemikirannya pada sang angsa. Dan sang angsa menjawab, “Sebetulnya, aku berpikir bahwa akulah burung yang paling bahagia di dunia sampai akhirnya aku melihat burung kakak tua, di mana dia mempunyai dua warna dan sangat indah. Sekarang, aku berpikir burung kakak tua adalah burung yang paling bahagia di dunia.” Lalu, sang gagak pergi menyambangi burung kakak tua. Sang kakak tua lalu berkata, “Hidupku sangat bahagia, sampai akhirnya aku melihat sosok burung merak. Aku hanya mempunyai dua warna, tetapi merak mempunyai banyak warna yang indah.”
Sang gagak lalu mengunjungi burung Merak di kebun binatang dan dia melihat banyak manusia yang berkumpul dan mengantri hanya untuk melihat sang Merak. Setelah orang-orang tersebut pergi meninggalkannya, sang gagak lalu mendekatinya dan berkata, “Wahai Merak, aku pikir kamu adalah burung yang paling bahagia di planet ini. Kamu sangat indah. Setiap hari, ribuan orang datang untuk melihatmu di sini. Ketika mereka melihatku, mereka malah mengusirku dengan cepat.” Sang merak lalu menjawab, “Aku selalu berpikir bahwa aku memang burung yang paling indah dan bahagia di planet ini. Tetapi, karena keindahanku, aku terjebak di kebun binatang ini. Seiring waktu berjalan, aku menyadari bahwa kamulah satu-satunya burung yang tidak pernah dikurung. Selama beberapa hari terakhir aku berpikir, andaikan aku adalah seekor burung gagak, aku akan bisa berkeliaran dengan bebas dan bahagia. Kamu harus bahagia. Kamu bisa terbang tinggi ke manapun kamu pergi, menggapai langit, berburu makanan, dan membuat orang-orang itu melihatmu bahwa kamu sebenarnya adalah burung yang paling bahagia di dunia.”