- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bupati Tasikmalaya Nilai Pilkada di DPRD Sesuai Ajaran "Khalifah"


TS
InRealLife
Bupati Tasikmalaya Nilai Pilkada di DPRD Sesuai Ajaran "Khalifah"
http://regional.kompas.com/read/2014...aran.Khalifah.

Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Tasikmalaya
Judulnya agak memancing, tapi sebenarnya Pak Bupati berposisi netral.
Sekalian untuk meluruskan:
-Khalifah yang dipilih melalui "DPRD" hanya Abu Bakar as-Shiddiq, khalifah pertama; sepeninggal Nabi Muhammad, di Saqifah (rumah beratap) Banu Sa'idah, awalnya para pemuka kaum Anshar (Banu Aus & Khazraj) berunding sendiri untuk membahas kepemimpinan Muslim. Namun kaum Muhajirin awalnya tidak tahu ada pertemuan itu. Ketika Umar dan Abu Bakar tahu, mereka (plus Abu Ubaidah) pun datang dan berdebat dengan kaum Anshar. Umar memanfaatkan perseteruan lama Aus-Khazraj untuk memecah suara Anshar, bahkan sampai mengusir pemimpin Khazraj Sa'ad bin Ubadah (penduduk Madinah pertama yang masuk Islam) yang diajukan sukunya sebagai pemimpin umat Islam. Akhirnya semua orang yang hadir sepakat untuk berbaiat kepada Abu Bakar. Meski demikian, masih ada kelompok-kelompok yang kurang puas, seperti pengikut Sa'ad bin Ubadah dan pendukung Ali bin Abu Thalib.
-Khalifah kedua, Umar bin Khatthab, tidak dipilih "DPRD" melainkan ditunjuk oleh khalifah sebelumnya, Abu Bakar, dalam surat wasiat yang ditulis Utsman bin Affan.
-Khalifah ketiga, Utsman bin Affan: Sewaktu Khalifah Umar sedang sekarat, dia menunjuk enam sahabat: Ali, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abu Waqqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah untuk berembuk dan memilih khalifah berikutnya di antara mereka sendiri. Pertama Thalhah mendukung Utsman, lalu Zubair mendukung Ali. Sa'ad mendukung Abdurrahman bin Auf, tapi lalu Abdurrahman bin Auf memilih mengundurkan diri supaya calon tinggal Ali dan Utsman. Abdurrahman bin Auf bertanya ke Ali, bagaimana kalau Ali dibaiat sebagai Khalifah? Ali menjawab tidak menerima, kecuali kalau baiatnya didasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasul, dan ijtihadnya sendiri. Sementara ketika Abdurrahman bin Auf menanyakan hal yang sama ke Utsman, Utsman menjawab ya. Abdurrahman bin Auf bertanya lagi ke Ali tiga kali, tiga kali jawaban Ali tetap sama. Akhirnya Utsman-lah yang jadi khalifah.
-Khalifah keempat, Ali bin Abu Thalib: Sesudah tewasnya khalifah Utsman, umat Islam perlu pemimpin. Kelompok pemberontak yang menentang Utsman meminta Ali jadi khalifah. Ali menolak, tapi kemudian makin banyak kalangan yang meminta Ali jadi khalifah, termasuk para sahabat nabi, sehingga akhirnya dengan berat hati Ali menerima. Yang tidak setuju hanya Banu Umayyah.
-khalifah berikutnya, Muawiyah (versi Sunni) jadi khalifah sesudah terjadi kekosongan kekuasaan karena tewasnya Ali bin Abu Thalib. Hasan bin Ali sebenarnya disiapkan sebagai khalifah penerus Ali, tapi memilih berdamai dengan Muawiyah daripada terjadi perpecahan, dengan syarat Muawiyah tidak membangun dinasti. Tapi kemudian Muawiyah mengangkat anaknya Yazid sebagai pengganti. Akibatnya adik Hasan yaitu Husain berperang melawan Yazid di Karbala, berakhir dengan kematian Husain dan keluarganya.
-selanjutnya gelar khalifah diwariskan dalam dinasti... dari ayah ke anak, kakak ke adik, dalam keluarga.
=====
Jadi sebenarnya ajaran "khalifah" dalam memilih pemimpin tidak sesederhana yang pak Bupati kira. Tidak ada rumusan jelas dari sejarah. Praktiknya juga bermacam-macam, yang paling sering (sesudah zaman khulafaur rasyidin) adalah sistem dinasti--kepemimpinan diwariskan dalam keluarga.

Uu Ruzhanul Ulum, Bupati Tasikmalaya
Quote:
Judulnya agak memancing, tapi sebenarnya Pak Bupati berposisi netral.
Sekalian untuk meluruskan:
-Khalifah yang dipilih melalui "DPRD" hanya Abu Bakar as-Shiddiq, khalifah pertama; sepeninggal Nabi Muhammad, di Saqifah (rumah beratap) Banu Sa'idah, awalnya para pemuka kaum Anshar (Banu Aus & Khazraj) berunding sendiri untuk membahas kepemimpinan Muslim. Namun kaum Muhajirin awalnya tidak tahu ada pertemuan itu. Ketika Umar dan Abu Bakar tahu, mereka (plus Abu Ubaidah) pun datang dan berdebat dengan kaum Anshar. Umar memanfaatkan perseteruan lama Aus-Khazraj untuk memecah suara Anshar, bahkan sampai mengusir pemimpin Khazraj Sa'ad bin Ubadah (penduduk Madinah pertama yang masuk Islam) yang diajukan sukunya sebagai pemimpin umat Islam. Akhirnya semua orang yang hadir sepakat untuk berbaiat kepada Abu Bakar. Meski demikian, masih ada kelompok-kelompok yang kurang puas, seperti pengikut Sa'ad bin Ubadah dan pendukung Ali bin Abu Thalib.
Quote:
-Khalifah kedua, Umar bin Khatthab, tidak dipilih "DPRD" melainkan ditunjuk oleh khalifah sebelumnya, Abu Bakar, dalam surat wasiat yang ditulis Utsman bin Affan.
Quote:
-Khalifah ketiga, Utsman bin Affan: Sewaktu Khalifah Umar sedang sekarat, dia menunjuk enam sahabat: Ali, Utsman, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abu Waqqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin Ubaidillah untuk berembuk dan memilih khalifah berikutnya di antara mereka sendiri. Pertama Thalhah mendukung Utsman, lalu Zubair mendukung Ali. Sa'ad mendukung Abdurrahman bin Auf, tapi lalu Abdurrahman bin Auf memilih mengundurkan diri supaya calon tinggal Ali dan Utsman. Abdurrahman bin Auf bertanya ke Ali, bagaimana kalau Ali dibaiat sebagai Khalifah? Ali menjawab tidak menerima, kecuali kalau baiatnya didasarkan Kitab Allah, Sunnah Rasul, dan ijtihadnya sendiri. Sementara ketika Abdurrahman bin Auf menanyakan hal yang sama ke Utsman, Utsman menjawab ya. Abdurrahman bin Auf bertanya lagi ke Ali tiga kali, tiga kali jawaban Ali tetap sama. Akhirnya Utsman-lah yang jadi khalifah.
Quote:
-Khalifah keempat, Ali bin Abu Thalib: Sesudah tewasnya khalifah Utsman, umat Islam perlu pemimpin. Kelompok pemberontak yang menentang Utsman meminta Ali jadi khalifah. Ali menolak, tapi kemudian makin banyak kalangan yang meminta Ali jadi khalifah, termasuk para sahabat nabi, sehingga akhirnya dengan berat hati Ali menerima. Yang tidak setuju hanya Banu Umayyah.
Quote:
-khalifah berikutnya, Muawiyah (versi Sunni) jadi khalifah sesudah terjadi kekosongan kekuasaan karena tewasnya Ali bin Abu Thalib. Hasan bin Ali sebenarnya disiapkan sebagai khalifah penerus Ali, tapi memilih berdamai dengan Muawiyah daripada terjadi perpecahan, dengan syarat Muawiyah tidak membangun dinasti. Tapi kemudian Muawiyah mengangkat anaknya Yazid sebagai pengganti. Akibatnya adik Hasan yaitu Husain berperang melawan Yazid di Karbala, berakhir dengan kematian Husain dan keluarganya.
-selanjutnya gelar khalifah diwariskan dalam dinasti... dari ayah ke anak, kakak ke adik, dalam keluarga.
=====
Jadi sebenarnya ajaran "khalifah" dalam memilih pemimpin tidak sesederhana yang pak Bupati kira. Tidak ada rumusan jelas dari sejarah. Praktiknya juga bermacam-macam, yang paling sering (sesudah zaman khulafaur rasyidin) adalah sistem dinasti--kepemimpinan diwariskan dalam keluarga.


tien212700 memberi reputasi
1
5.4K
81


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan