- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Cabe Rawit Asmara Ane Gan
TS
galangardiano
Kisah Cabe Rawit Asmara Ane Gan
Spoiler for #norepsol:
Tulisan dan Pengalaman Sendiri, Jadi Ga Repost Ya..
Quote:
Love is blind. Cinta dapat membutakan segalanya, dapat mendorong seseorang berani berbuat nekat. Tak terkecuali aku yang pernah digelapkan oleh cinta.
Jakarta, 2012
Siang hari itu cuaca sedang tidak bersahabat denganku. Hujan turun dengan lebatnya dan suara petir menggelegar tiada henti. Harusnya jam 2 siang ini aku sudah sampai rumah. Enak-enakan tiduran sambil baca komik sewaan, kepala manggut-manggut ndengerin alunan musik yang keluar dari dari tape usang bersuara lantang.
Air hujan masih saja bersorak-sorai gembira berjatuhan turun ke tanah. Wajahku murung, tak sabar segera pulang berjumpa dengan komik yang tergeletak manis di atas kasur yang empuk.
Aku duduk sendirian di kantin sekolah, seperti anak kucing malang yang dibuang oleh pemiliknya di pinggir jalan. Sengaja aku menghindar dari rombongan teman sekelasku, yang sedari pagi ngalor-ngidul ngomongin tentang pacaran. Aku merasa cemburu. Belum ada sejarah tertulis bahwa aku pernah punya pacar. Iri hatiku dibuatnya, melihat teman-teman yang masih ketawa-ketiwi membicarakan kisah seru dan indahnya memiliki pacar.
Secara praktek aku pernah mencoba merayu seseorang untuk mau jadi pujaan hatiku. Berkali-kali berusaha, tetap saja sama hasilnya, nol besar. Aku sering menghujat diriku sendiri, minder dan terkadang membuatku tak pede.
Hujan telah reda, tak ada petir yang menyambar, hanya jejak-jejak hujan yang tersisa. Segera beranjak pulang dan buru-buru mengambil sepeda yang sudah nangkring di parkiran. Berharap tak bertemu teman-teman yang masih saja bergosip ria dengan tema special, pacaran. Huft!
Kukayuh pelan laju sepeda, supaya baju tidak kotor gara-gara terkena cipratan air yang menggenang. Selama perjalanan, pikiranku kemana-mana. Dalam otak ini hanya terbayang kesombongan yang dipamerkan teman sekelas, berbangga diri sudah berpacaran. Pandanganku kosong, tidak konsentrasi saat naik sepeda. Sempat sesekali sepeda oleng, bahkan aku tak sadar menabrak orang-orang yang sedang berjalan.
Jakarta, 2012
Siang hari itu cuaca sedang tidak bersahabat denganku. Hujan turun dengan lebatnya dan suara petir menggelegar tiada henti. Harusnya jam 2 siang ini aku sudah sampai rumah. Enak-enakan tiduran sambil baca komik sewaan, kepala manggut-manggut ndengerin alunan musik yang keluar dari dari tape usang bersuara lantang.
Air hujan masih saja bersorak-sorai gembira berjatuhan turun ke tanah. Wajahku murung, tak sabar segera pulang berjumpa dengan komik yang tergeletak manis di atas kasur yang empuk.
Aku duduk sendirian di kantin sekolah, seperti anak kucing malang yang dibuang oleh pemiliknya di pinggir jalan. Sengaja aku menghindar dari rombongan teman sekelasku, yang sedari pagi ngalor-ngidul ngomongin tentang pacaran. Aku merasa cemburu. Belum ada sejarah tertulis bahwa aku pernah punya pacar. Iri hatiku dibuatnya, melihat teman-teman yang masih ketawa-ketiwi membicarakan kisah seru dan indahnya memiliki pacar.
Secara praktek aku pernah mencoba merayu seseorang untuk mau jadi pujaan hatiku. Berkali-kali berusaha, tetap saja sama hasilnya, nol besar. Aku sering menghujat diriku sendiri, minder dan terkadang membuatku tak pede.
Hujan telah reda, tak ada petir yang menyambar, hanya jejak-jejak hujan yang tersisa. Segera beranjak pulang dan buru-buru mengambil sepeda yang sudah nangkring di parkiran. Berharap tak bertemu teman-teman yang masih saja bergosip ria dengan tema special, pacaran. Huft!
Kukayuh pelan laju sepeda, supaya baju tidak kotor gara-gara terkena cipratan air yang menggenang. Selama perjalanan, pikiranku kemana-mana. Dalam otak ini hanya terbayang kesombongan yang dipamerkan teman sekelas, berbangga diri sudah berpacaran. Pandanganku kosong, tidak konsentrasi saat naik sepeda. Sempat sesekali sepeda oleng, bahkan aku tak sadar menabrak orang-orang yang sedang berjalan.
Quote:
Sebelum lanjut bantu rate dulu gan
Quote:
Untuk mengobati rasa cemburu yang mendalam, minder gara-gara ngga laku-laku, jalan pulang tiba-tiba aku alihkan menuju rumah teman lama. Seorang teman lama yang udah dikenal ahli tentang masalah cinta monyet (cintanya para remaja, kalo udah dewasa ganti nama menjadi cinta kingkong..hehe piss). Memiliki wajah tampan, perawakan kekar, cewek mana yang ga jatuh hati pada Rio sang playboy cap cicak (keren-keren tapi takut ama cicak..hehe).
Setibanya di rumah Rio, aku langsung memencet bel pintu yang terletak di dekat pintu pagar. Tak lama kemudian seorang pria bercelana jeans bolong-bolong, rambut acak-acakan muncul dari samping rumah. Tak salah lagi itu pasti Rio pikirku, si raja cinta yang tak pernah tampil rapi.
Rio langsung membukakan pagar dan mempersilahkan aku masuk ke dalam rumahnya. Deretan kursi sofa berbahan kulit warna coklat muda yang terletak di teras rumah menjadi tempat obrolan kami. Tanpa basa-basi aku mengungkapkan niatku kenapa datang ke rumahnya tiba-tiba. Rio yang fasih dalam urusan percintaan ini langsung memberikan solusi tentang masalah yang sedang aku hadapi.
“Apa? Dukun?,” teriakku kaget.
“Bukan dukun, tapi orang pintar,” Rio mencoba mengeles.
“Ah aku engga mau ke tempat begituan. Apalagi yang namanya dukun atau orang pintar,” cobaku memprotes.
“Daripada engga laku-laku dan ditertawain banyak orang. Apa engga malu, hayo?” goda Rio padaku.
Entah pikiran apa yang terlintas di benakku. Rayuan Rio sanggup melumpuhkan keyakinanku, dan akhirnya membuatku menyerah mengikuti apa yang disarankannya. Aku yang tak ingin jadi bahan tertawaan teman-teman memilih jalan pintas alternatif yang ditawarkan Rio.
Siang itu juga aku langsung diantar Rio ke tempat orang pintar langganannya. Dalam hatiku, Rio yang dijuluki jagoan cinta ternyata selama ini dibantu oleh hal-hal yang “nyeleneh”. Setelah berjalan kaki dari rumah Rio selama setengah jam, tibalah kami di sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman luas.
Terlihat papan nama yang terletak di atas pintu. Papan yang terbuat dari kayu dengan goresan cat warna putih bertuliskan “Dukun Aji”. Heran, setahuku yang namanya dukun jarang sekali membuat papan nama seperti ini. Biasanya dukun terkenal menurut cerita mulut ke mulut di masyarakat, kalo pun ada papan nama biasanya dukun beranak, dukun computer atau malah dukun hewan. hehe
Kami pun langsung masuk rumah dukun Aji, bangunan tua yang diselimuti aroma wewangian bunga. Rio pun memperkenalkanku pada si dukun dan memberitahu maksud kedatangan kami. Si dukun malah senyum-senyum saja, mungkin melihat nasibku yang sedang tak mujur belum pernah pacaran, atau malah naksir aku (haha…jijay deh). Si dukun tadi tidak menyuruhku mandi kembang atau hal-hal yang aneh, yang biasa dilakukan seorang dukun seperti yang aku lihat di film-film. Dukun Aji hanya memberiku sebuah plastik yang berisi secarik kertas bertuliskan huruf Arab gundul, 5 buah cabe rawit, dan sedikitnya 5 bunga melati. Sebelum pulang aku mendapat penjelasan cara kerja ritual yang diberikan oleh dukun Aji.
Ketika sampai di rumah aku langsung menuju kamar dan menguncinya, takut ketahuan orangtua kalau aku melakukan hal semacam ini. Bisa-bisa aku didepak dari gubuk keluarga gara-gara ketahuan berbuat ‘aneh’. Menurut petunjuk dukun Aji, secarik kertas huruf Arab gundul tadi harus diselipkan pada baju seragamku. Dengan bantuan sebuah peniti, kertas ramuan itu aku sematkan di balik seragamku. Sedang lima biji bunga melati harus dimasukkan di kantong baju. Cabe rawit yang imut-imut pedasnya adalah senjata pamungkasnya.
*****
Keesokan harinya aku berangkat sekolah penuh dengan semangat, dengan jiwa membara siap menerkam mangsa. Hatiku sangat pede sekali waktu itu, aku siap mengunakan pelet asmara dari dukun Aji. Baju seragamku pun sudah dilengkapi dengan amunisi-amunisi pejuang cinta dari dukun Aji. Tak sabar aku siap menembakkan panah asmara dari busur hatiku pada pujaan cintaku di kelas.
Jam istirahat adalah waktu yang tepat untuk melancarkan aksi-aksiku. Aku duduk di kelas memandang target calon kekasih hatiku, yang duduk manis di kursi barisan depan. Kulihat Intan teman sekelasku yang paling aku idolakan sedang bersenda gurau dengan teman lainnya. Intan adalah sosok pujaan hati yang akhir-akhir ini selalu aku damba-dambakan, yang selalu membuatku susah memejamkan mata saat hendak mau tidur.
Tanganku mulai mengambil beberapa cabe rawit yang sudah dijampi-jampi oleh dukun Aji. Kedua bola mataku harus konsentrasi penuh memandang Intan sesuai petunjuk si dukun. Cabe rawit tadi kemudian aku remes-remes menggunakan jari telunjuk dan jari jempol tangan kananku. Mulutku mulai komat-kamit membaca mantra yang diberikan si dukun, dan berhenti sampai 5 buah cabe rawit habis.
“Cabe rawit,cabe rawit..Taklukkan gadis pujaan hatiku,” kalimat mantra yang harus aku baca berulang-ulang hingga cabe rawit terakhir habis.
Nguing…Nguing!! Tiba-tiba seekor nyamuk melayang-layang bebas persis di atas kepalaku. Aku yang harus seratus persen konsentrasi sedikit terganggu dengan munculnya nyamuk. Dasar nyamuk sialan, sudah kuusir dengan tangan kiriku, tetap saja mengusik ritual pelet asmaraku. Si nyamuk mulai merambah menyerang wajahku, menari-nari menggoda seperti tak sabar ingin menggigitku.
Pandanganku sedikit buyar gara-gara ulah nyamuk aneh. Aku jadi takut kalau saja ritual yang kulakukan ini sia-sia karena adanya sedikit gangguan. Aku pura-pura saja tak terusik oleh gerak-gerik nyamuk, dan terus memandangi Intan target idamanku. Tapi si nyamuk akhirnya mendapatkan pemberhentiannya di bawah mata kananku. Tak berlangsung lama si nyamuk langsung menggigitku tepat di sekitar mata sebelah kanan. Gigitan nyamuk nakal tadi membuatku sedikit gatal dan tanpa sadar aku malah mengucek mataku dengan tangan kananku.
“Arghhhh, perih!!,” teriakku kesakitan.
Teman-teman yang ada di kelas terkejut dan memperhatikanku. Aku lupa waktu itu kalau tanganku habis aku gunakan untuk meremas-remas cabe rawit. Benar saja, aku kesakitan dan merasakan perih sekali pada mata kananku. Langsung saja aku berlari menuju kamar mandi. Rasanya sungguh tak karuan, mataku memerah dan air mataku tak henti-hentinya mengucur deras. Beberapa kali aku guyur mataku dengan air tetap saja perih masih terasa. Kapok benar aku kalo ujung-ujungnya apes begini.
Seorang gadis yang mengaku anggota UKS (Unit Kesehatan Sekolah) menghampiriku bermaksud menolong. Diketuknya daun pintu kamar mandi berulang-ulang sambil memanggilku. Dengan masih mata merah menyala dan perih terus mendera, aku bukakan pintu. Ternyata gadis itu adalah Intan, gadis pujaanku. Aku dituntunnya menuju ruang UKS untuk mendapatkan pertolongan yang baik. Aku lupa kalo Intan adalah anggota aktif UKS. Ketika ditanya sebabnya, aku pun tak mengaku kalau sedang melakukan ritual pelet asmara yang sebenarnya ditujukan padanya. Dengan berbohong aku mengaku kena saus sambal jajanan sekolah mengenai mataku saat jam istirahat tadi.
Gatot! Gagal total rencanaku. Mungkin karena langkahku mengejar cinta yang tak lazim, yang bermain akrab dengan ritual yang sangat dibenci Allah. Kejadian ini membuatku selama seminggu sedikit terpuruk dengan kegagalan dan kekecewaan. Tetapi selalu ada obat yang sedikit-dikit menyembuhkan luka hatiku, karena tiap hari Intan selalu menanyakan kesehatanku. Huft! Peristiwa yang naas itu membuatku jera untuk mendapatkan cinta dengan cara yang tidak halal. Aku pun bertobat menjauh dari segala macam-macam hal ‘nyeleneh”.
Sebulan berselang, sesuatu yang tak pernah kuduga terjadi sangat mengejutkanku. Sebuah permintaan yang tak akan pernah kutolak walau harus ditukar dengan segudang jengkol (emang aku ngga doyan jengkol kok..hehe). Taman sekolah jadi saksi bisu cinta pertamaku, Intan menembakkan asmaranya pada diriku. Huaaa! Teriakku sekencang-kencangnya dalam hati. Sungguh membuatku mabuk kepayang, dan sedikit membuatku tak percaya. Aku terguncang dalam kebahagiaan, yang tak pernah aku perkirakan sebelumnya. Intan sebenarnya sudah lama naksir denganku (huuaa tambah meledak nih kepala). Tak ada gangguan lagi yang menolak untuk kuterima rejeki nomplok ini.
Setibanya di rumah Rio, aku langsung memencet bel pintu yang terletak di dekat pintu pagar. Tak lama kemudian seorang pria bercelana jeans bolong-bolong, rambut acak-acakan muncul dari samping rumah. Tak salah lagi itu pasti Rio pikirku, si raja cinta yang tak pernah tampil rapi.
Rio langsung membukakan pagar dan mempersilahkan aku masuk ke dalam rumahnya. Deretan kursi sofa berbahan kulit warna coklat muda yang terletak di teras rumah menjadi tempat obrolan kami. Tanpa basa-basi aku mengungkapkan niatku kenapa datang ke rumahnya tiba-tiba. Rio yang fasih dalam urusan percintaan ini langsung memberikan solusi tentang masalah yang sedang aku hadapi.
“Apa? Dukun?,” teriakku kaget.
“Bukan dukun, tapi orang pintar,” Rio mencoba mengeles.
“Ah aku engga mau ke tempat begituan. Apalagi yang namanya dukun atau orang pintar,” cobaku memprotes.
“Daripada engga laku-laku dan ditertawain banyak orang. Apa engga malu, hayo?” goda Rio padaku.
Entah pikiran apa yang terlintas di benakku. Rayuan Rio sanggup melumpuhkan keyakinanku, dan akhirnya membuatku menyerah mengikuti apa yang disarankannya. Aku yang tak ingin jadi bahan tertawaan teman-teman memilih jalan pintas alternatif yang ditawarkan Rio.
Siang itu juga aku langsung diantar Rio ke tempat orang pintar langganannya. Dalam hatiku, Rio yang dijuluki jagoan cinta ternyata selama ini dibantu oleh hal-hal yang “nyeleneh”. Setelah berjalan kaki dari rumah Rio selama setengah jam, tibalah kami di sebuah rumah sederhana yang memiliki halaman luas.
Terlihat papan nama yang terletak di atas pintu. Papan yang terbuat dari kayu dengan goresan cat warna putih bertuliskan “Dukun Aji”. Heran, setahuku yang namanya dukun jarang sekali membuat papan nama seperti ini. Biasanya dukun terkenal menurut cerita mulut ke mulut di masyarakat, kalo pun ada papan nama biasanya dukun beranak, dukun computer atau malah dukun hewan. hehe
Kami pun langsung masuk rumah dukun Aji, bangunan tua yang diselimuti aroma wewangian bunga. Rio pun memperkenalkanku pada si dukun dan memberitahu maksud kedatangan kami. Si dukun malah senyum-senyum saja, mungkin melihat nasibku yang sedang tak mujur belum pernah pacaran, atau malah naksir aku (haha…jijay deh). Si dukun tadi tidak menyuruhku mandi kembang atau hal-hal yang aneh, yang biasa dilakukan seorang dukun seperti yang aku lihat di film-film. Dukun Aji hanya memberiku sebuah plastik yang berisi secarik kertas bertuliskan huruf Arab gundul, 5 buah cabe rawit, dan sedikitnya 5 bunga melati. Sebelum pulang aku mendapat penjelasan cara kerja ritual yang diberikan oleh dukun Aji.
Ketika sampai di rumah aku langsung menuju kamar dan menguncinya, takut ketahuan orangtua kalau aku melakukan hal semacam ini. Bisa-bisa aku didepak dari gubuk keluarga gara-gara ketahuan berbuat ‘aneh’. Menurut petunjuk dukun Aji, secarik kertas huruf Arab gundul tadi harus diselipkan pada baju seragamku. Dengan bantuan sebuah peniti, kertas ramuan itu aku sematkan di balik seragamku. Sedang lima biji bunga melati harus dimasukkan di kantong baju. Cabe rawit yang imut-imut pedasnya adalah senjata pamungkasnya.
*****
Keesokan harinya aku berangkat sekolah penuh dengan semangat, dengan jiwa membara siap menerkam mangsa. Hatiku sangat pede sekali waktu itu, aku siap mengunakan pelet asmara dari dukun Aji. Baju seragamku pun sudah dilengkapi dengan amunisi-amunisi pejuang cinta dari dukun Aji. Tak sabar aku siap menembakkan panah asmara dari busur hatiku pada pujaan cintaku di kelas.
Jam istirahat adalah waktu yang tepat untuk melancarkan aksi-aksiku. Aku duduk di kelas memandang target calon kekasih hatiku, yang duduk manis di kursi barisan depan. Kulihat Intan teman sekelasku yang paling aku idolakan sedang bersenda gurau dengan teman lainnya. Intan adalah sosok pujaan hati yang akhir-akhir ini selalu aku damba-dambakan, yang selalu membuatku susah memejamkan mata saat hendak mau tidur.
Tanganku mulai mengambil beberapa cabe rawit yang sudah dijampi-jampi oleh dukun Aji. Kedua bola mataku harus konsentrasi penuh memandang Intan sesuai petunjuk si dukun. Cabe rawit tadi kemudian aku remes-remes menggunakan jari telunjuk dan jari jempol tangan kananku. Mulutku mulai komat-kamit membaca mantra yang diberikan si dukun, dan berhenti sampai 5 buah cabe rawit habis.
“Cabe rawit,cabe rawit..Taklukkan gadis pujaan hatiku,” kalimat mantra yang harus aku baca berulang-ulang hingga cabe rawit terakhir habis.
Nguing…Nguing!! Tiba-tiba seekor nyamuk melayang-layang bebas persis di atas kepalaku. Aku yang harus seratus persen konsentrasi sedikit terganggu dengan munculnya nyamuk. Dasar nyamuk sialan, sudah kuusir dengan tangan kiriku, tetap saja mengusik ritual pelet asmaraku. Si nyamuk mulai merambah menyerang wajahku, menari-nari menggoda seperti tak sabar ingin menggigitku.
Pandanganku sedikit buyar gara-gara ulah nyamuk aneh. Aku jadi takut kalau saja ritual yang kulakukan ini sia-sia karena adanya sedikit gangguan. Aku pura-pura saja tak terusik oleh gerak-gerik nyamuk, dan terus memandangi Intan target idamanku. Tapi si nyamuk akhirnya mendapatkan pemberhentiannya di bawah mata kananku. Tak berlangsung lama si nyamuk langsung menggigitku tepat di sekitar mata sebelah kanan. Gigitan nyamuk nakal tadi membuatku sedikit gatal dan tanpa sadar aku malah mengucek mataku dengan tangan kananku.
“Arghhhh, perih!!,” teriakku kesakitan.
Teman-teman yang ada di kelas terkejut dan memperhatikanku. Aku lupa waktu itu kalau tanganku habis aku gunakan untuk meremas-remas cabe rawit. Benar saja, aku kesakitan dan merasakan perih sekali pada mata kananku. Langsung saja aku berlari menuju kamar mandi. Rasanya sungguh tak karuan, mataku memerah dan air mataku tak henti-hentinya mengucur deras. Beberapa kali aku guyur mataku dengan air tetap saja perih masih terasa. Kapok benar aku kalo ujung-ujungnya apes begini.
Seorang gadis yang mengaku anggota UKS (Unit Kesehatan Sekolah) menghampiriku bermaksud menolong. Diketuknya daun pintu kamar mandi berulang-ulang sambil memanggilku. Dengan masih mata merah menyala dan perih terus mendera, aku bukakan pintu. Ternyata gadis itu adalah Intan, gadis pujaanku. Aku dituntunnya menuju ruang UKS untuk mendapatkan pertolongan yang baik. Aku lupa kalo Intan adalah anggota aktif UKS. Ketika ditanya sebabnya, aku pun tak mengaku kalau sedang melakukan ritual pelet asmara yang sebenarnya ditujukan padanya. Dengan berbohong aku mengaku kena saus sambal jajanan sekolah mengenai mataku saat jam istirahat tadi.
Gatot! Gagal total rencanaku. Mungkin karena langkahku mengejar cinta yang tak lazim, yang bermain akrab dengan ritual yang sangat dibenci Allah. Kejadian ini membuatku selama seminggu sedikit terpuruk dengan kegagalan dan kekecewaan. Tetapi selalu ada obat yang sedikit-dikit menyembuhkan luka hatiku, karena tiap hari Intan selalu menanyakan kesehatanku. Huft! Peristiwa yang naas itu membuatku jera untuk mendapatkan cinta dengan cara yang tidak halal. Aku pun bertobat menjauh dari segala macam-macam hal ‘nyeleneh”.
Sebulan berselang, sesuatu yang tak pernah kuduga terjadi sangat mengejutkanku. Sebuah permintaan yang tak akan pernah kutolak walau harus ditukar dengan segudang jengkol (emang aku ngga doyan jengkol kok..hehe). Taman sekolah jadi saksi bisu cinta pertamaku, Intan menembakkan asmaranya pada diriku. Huaaa! Teriakku sekencang-kencangnya dalam hati. Sungguh membuatku mabuk kepayang, dan sedikit membuatku tak percaya. Aku terguncang dalam kebahagiaan, yang tak pernah aku perkirakan sebelumnya. Intan sebenarnya sudah lama naksir denganku (huuaa tambah meledak nih kepala). Tak ada gangguan lagi yang menolak untuk kuterima rejeki nomplok ini.
Quote:
Sebuah pengalaman pertama dan terakhirku ketika mencoba bersahabat dengan hal-hal mistik dalam mencari jalan pintas untuk mendapatkan cinta. Cinta itu memang harus penuh perjuangan dan berani berkorban. Tetapi jangan pernah sesekali menjaring cinta dengan sesuatu yang ‘nyeleneh’, bakal bikin mata pedas hehe. Kadang cinta malah datang dengan sendirinya, tanpa dijemput ataupun diantar (malah kayak jelangkung). Aku berbagi kisah tentang perjuangan asmaraku yang salah arah, tetapi mendapat anugerah setelah musibah. Sebuah kisah nyata yang aku alami ketika dulu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Semoga menjadi sebuah pembelajaran dan pemahaman bagi semua para pembaca.
Quote:
Kunjungi juga thread lainnya yang kocak
Karya Seni Kocak Dari Hebohnya Foto Selfie
Karya Seni Kocak Dari Hebohnya Foto Selfie
0
7.7K
Kutip
9
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan