Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mibmobzAvatar border
TS
mibmobz
Tuanku Takur...
TAKUR


Di sebuah desa terpencil, terdapat suku-suku yang sudah menjadi keluarga besar. Mereka hidup di sana selama ribuan tahun lamanya. Desa yang penduduknya berjumlah besar hanya mempunyai tingkat pendidikan dasar tapi berdisplin tinggi. Bercocok tanam, beternak, dan pabrik-pabrik kecil merupakan tempat mereka bekerja sehari-hari untuk mencukupi hidup. Pakaian yang di pakai para mandor adalah jenis baju jas dan koteka untuk para pekerja, yang menarik perhatian besar karena terlihat sangat mencolok. Para tua yang memakai kain sebagai penutup tubuh, adalah pembina para remaja ber koteka, mereka tekun bekerja. Dan pada malam hari semua pekerja pergi ke altar di tengah desa untuk berpartisipasi, altar yang di tumbuhi tumbuhan setinggi manusia, meski tak rimbun tapi menambah suasana mencekam. Rumah panggung beranyam bambu beratap tinggi hampir sepanjang altar, disana mereka melakukan upacara adat dan disiplin warga desa.

Api unggun dan lentera sebagai penerang malam, beberapa serdadu yang tersesat masih menggunakan seragam kusut, meskipun pakaian mereka tak lengkap, mereka adalah sebagian peserta dan panglima di sudut-sudut altar saat upacara berlangsung. Tempat itu menjadi arena keadilan yang terjalin dari keinginan mereka untuk bersatu, mencari siapa yang benar, yang terpandai dan patut di contoh.

Tak seorangpun di sana diperbolehkan mempunyai sahabat, jika melanggar ia tengarai sebagai musuh. karena rata-rata mereka menempa dirinya dengan mental kuat dan displin tinggi. maka tak pelak suatu hari mereka akan mengeroyok, oleh sebab itu mereka patut dibinasakan. Tak luput angkatan bersenjata di negara itu menjadikan tempat tersebut sebagai tempat uji kelulusan para pasukan untuk mencapai tahap akhir...

Sesi 1.
malam itu...

"Yang pandai... yang pandai...<mengacu ke semua>" bisik seorang ibu-ibu memberikan makanan pada para pekerja, lalu para pekerja yang merasa paling bodoh saat itu segera berlari-lari menyambut untuk membagikan makanan, agar bagian mereka tidak kehabisan. Tugas wajib mereka memberikan jatah kepada yang lebih pandai, hingga mereka selalu merasa terbebani dan terbebani.

Tuan Takur adalah sosok orang pemimpin yang tangguh, berpikir logis, bijak, dan welas asih. Ia berpenampilan gagah, rambut ikal sebahu, bertopi bundar warna hitam menjorok kedepan hampir menutupi pandangan mata, memakai jas ala tuxedo buatan desa itu yang diturunkan oleh para pendahulu, dan ia tiap-tiap kali duduk di kursi singgasana saat hatinya merasa lega. Dia terus menerus melakukan pendidikan dan menghakimi para penduduk di atas panggung siang dan malam. Dengan ekstra dukungan kroni-kroninya, bahkan ia tidak tidur 3-4 hari untuk marah dan membuktikan teori keadilannya. Siapapun disana selayaknya menyanggah semua yang telah dia aturkan sebagai tata tertib.

"Kita terkepung atau Mereka taat pada kita ?<mengacu ke semua>" ujar Takur, dan semua yang hadir disana hanya terdiam, karena Takur tidak suka dengan jawaban ala kadarnya, Para remaja berkoteka yang tak jauh posisinya dengan serdadu baru, bangkit dan mendekat, "Mengepung ? <tanya ke dirinya sendiri>" kata seorang diantaranya lalu di ikuti rekan-rekan beraksi siap mengepung dan menerjang serdadu. "Ngepung ! <mengacu ke lawan bicara>" sahut serdadu, Para remaja menyeringai tawa bak kawan lama serdadu kemudian terdiam sejuta tanya "Lalu kenapa tidak kau jawab pertanyaan tuanku? <mengacu ke serdadu>". Tanpa pikir panjang berteriaklah serdadu dengan lantang "TAAT !" dan memastikan suaranya terdengar di atas panggung. tapi ternyata tidak sesuai apa yang diharapkannya... "Lancang !" teriak Takur sambil menuding tanpa menoleh, para pengikut yang hadir situ memastikan perbuatan serdadu yang keliru tidak menganggap adanya keputusan dari serdadu lain dan ia telah lancang meneriaki barisan remaja. Kemudian seorang tetua berdiri mendekat dan bertanya "Itu katamu atau kata mereka juga? <mengacu ke serdadu>". Karena merasa terlalu di intimidasi serdadu bergerak reflek untuk kabur dari lokasi tersebut, Para remaja di barisan belakang berramai-ramai menghadang. "Oii.. oi.. jangan lari, Kembali.. dan maju ke barisan depan sini sayang.." suara lembut Takur, gelengan rasa heran kepalanya menenangkan kegalauan serdadu. Ia memberanikan diri berjalan ke depan dekat panggung, Takur'pun ikut mendekat dan duduk di atas panggung layaknya anak kecil berbicara kepada pengasuhnya "Mau kemana tadi ? abang.. <mengacu ke serdadu>" , "lari-lari apa nggak capek tadi bang?<mengacu ke serdadu>" " Ia tertawa kecil, dan serdadu itu menyeringai diam seribu bahasa. Takur beraksi lagi "Ya sudah..., jangan terlalu memaksakan diri,.. pulang saja tidak mengapa. Bagaimana saudaraku ? <mengacu ke serdadu>". "Berikan saya waktu untuk menenangkan diri Tuanku <mengacu ke Takur>" ujar serdadu yang disambut cepat oleh Takur "Waktu?.. WAKTU !!!?? <mengacu ke semua>" ia berdiri cepat dan melanjutkan amarahnya ..."Dia menuduh selama ini kita tidak memberikannya waktu !" . "Betul itu ? <mengacu ke semua>" . "..Betulll <menuding ke Takur>" jawab para penduduk disambut gemuruh tawa. "Sudah tau itu betul, tapi ia takut.<mengacu ke semua>" Takur beraksi mengelilingi separuh panggung kemudian ia kembali dan bertiarap menanyakan sambil tersenyum, "Bener tadi, bang ?" matanya berkedip-kedip cepat. "Kenapa masih gemeteran, bang ? <mengacu ke serdadu>" Suasana hening beberapa saat kemudian Takur'pun menangis, "DIA yang bikin saya TAKUT, Sumpah ! <mengacu ke semua>" ia ketakutan, posisi'nya duduk dan merayap ke belakang dengan tangan. "Bicaralah jangan membuatku marah" ...serdadu diam serasa meluncurkan sejuta tuduhan tanpa sanggahan.

"Siapa yang membuatmu marah?<mengacu ke Takur>" serdadu itu tertawa seadanya.


Para tetua dari segala arah berlari menghampiri Takur dan serdadu, bersiap-siap menerjang. "Turun ! <mengacu ke Takur>". "Naik ! <mengacu ke serdadu>" seru Takur dengan amarah besar tangannya menuding ke arah serdadu, terjadi hening beberapa saat ..Para tetua yang tadi berada di dekat tangga panggung hendak menerjang Takur berbalik arah menghampiri serdadu dan membawanya keluar lokasi. "Lihat !, Hampir saja terjadi kekacauan akibat serdadu cacingan tak dapat berkonsentrasi <mengacu ke semua>". Jerit Takur memecah ke heningan malam itu. Para mandor berlari membawakan hadiah dari pabrik-pabrik mereka menyambut bergiliran kemenangan Tuan Takur di tiap sesi.

Serdadu lama yang telah berpakaian tak lengkap dan lusuh menghentikan lari riang para mandor, "Tunggu ! <mengacu ke mandor>", ia berjalan santai ke panggung melihat sekitarnya dengan remeh "Kenapa lihat-lihat ? hah, ada yang aneh ? <mengacu ke semua>". "Belum selesai toh ? <mengacu ke semua>" Takur tertawa berbahak-bahak, "Jangan kau bawa dia keluar hai para tetua, dudukan dia di pojok belakang <mengacu ke tetua>". "Turuti kemauannya" ujar serdadu lusuh, "Oh.. ya??" Takur menuruni tangga menyambut kedatangan serdadu lusuh "Sikat saja kepalaku ini dengan senjatamu <mengacu ke serdadu lusuh>" kepalanya di sodorkan sambil menyeringai tawa. "Aku muak berurusan denganmu <mengacu ke dirinya sendiri>" sahut serdadu ketus, "Kenapa?.. hah?.. KENAPA?, ..Kembali ketempatmu semula, Cepat ! <mengacu ke serdadu lusuh>" leceh Tuan Takur membalas kelakuan serdadu lusuh. "Dan seharusnya kau tau di mana letak posisimu sekarang <mengacu ke serdadu lebih tinggi>". Para tetua memberi jalan dan arah ke serdadu tinggi agar masuk ke tingkat barisan lebih dalam. "Harus aku, selalu aku, <mengarah ke dirinya sendiri> dan kalian hanya sebagai pendengar saja, dasar Bajingannn ! <mengacu ke serdadu> ", kepala Takur layaknya menegok satu persatu dari mereka. semua serdadu lama tertawa terbahak-bahak mewakili tawa Tuan Takur, disambut jerit berontak serdadu lainnya pertanda tawa itu seharusnya tak lakukan oleh para serdadu lama.


ingin membaca kisah selengkapnya...? emoticon-Cape deeehh

emoticon-Paw
(gw)
Diubah oleh mibmobz 09-09-2014 15:14
anasabilaAvatar border
anasabila memberi reputasi
1
1.1K
0
Thread Digembok
Thread Digembok
Komunitas Pilihan