KOMUNITAS
Home / FORUM / All / Entertainment / The Lounge /
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia
KASKUS
51
244
https://www.kaskus.co.id/thread/540d1baa31e2e6dd398b4574/inilah-13-model-model-drone-buatan-indonesia

Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia

SEBELUM LEBIH JAUH RATE DULU GAN BIAR NGGAK TENGGELAM
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia


Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia

Siang/Malam agan-agan..Semoga kita senatiasa sehat sentosa dan selalu diberikan kesejahteraan hidup oleh yang Maha Kuasa.Amin

Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia
HT #4
emoticon-Kiss (S)THANKS TO MIMIN-MOMOD DAN ALL KASKUSER
emoticon-Kiss (S)

Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia

Spoiler for Cek Repost:

Model-Model Drone Buatan Indonesia
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia

Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia


Quote:


Mari kita lihat model Pesawat Tanpa Awak UAV atau Drone buatan anak bangsa ini:


1. BPPT PUNA Sriti
Quote:


2. PUNA Alap-alap
Quote:

3. PUNA Gagak
Quote:

4. PUNA Pelatuk
Quote:

5. PUNA Wulung
Quote:

6. GTSI PUNA Kujang
Quote:


7. Uavindo UAV Survaillance SS-5 (SkySpy-5)
Quote:


8. Aviator UAV SmartEagle II
Quote:

9. ITB HexaRotor
Quote:


10. UAV Autopilot SuperDrone
Quote:

11. UAV Lapan Surveillance Unmanned (LSU)
Quote:

12. UAV Tamingsari
Quote:


13. GTSI PUNA Keris
UAV Keris dibuat oleh PT Globalindo Technology Services Indonesia (GTSI).

INFORMASI TAMBAHAN ADA DIBAWAH GAN emoticon-I Love Kaskus (S)




MOGA BERMANFAAT
KALAU BERKENAN BAGI CENDOL DAN RATE NYA GAN
emoticon-Kiss emoticon-Kiss emoticon-Kiss
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia


Kalo Trit Ini Menarik, Boleh Dijadiin Rekomendasi HT


Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia
Diubah oleh chua84
Halaman 1 dari 64
INFORMASI TAMBAHAN


Keberadaan PUNA (Pesawat Udara Nir-Awak) di Indonesia

Sama seperti negara asing lainnya, PUNA bisa difungsikan sebagai alat penjaga perbatasan wilayah, apalagi Indonesia dengan luas wilayah yang besar diselingi beberapa kepulauan. Selama ini Indonesia selalu dipusingkan dengan batas wilayah dan sering berseteru dengan Malaysia.

Fungsi drone sebagai alat pertahanan akan lebih tepat digunakan untuk operasi militer, terutama serangan darat. Secara umum, fungsi drone adalah untuk menyerang, bukan untuk menangkap para pelanggar hukum. Drone akan lebih efektif untuk memantau perbatasan daratan.
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia

Dalam kegiatan pengawasan wilayah, jumlah ideal yang harus dimiliki Indonesia adalah sekitar 15. Namun jumlah tersebut bukan menunjuk ke jumlah unit drone, melainkan jumlah pangkalan PUNA yang harus dibangun. Dalam masing-masing pangkalan itu diisi oleh minimal 3 unit PUNA yang bekerja secara terus menerus selama 24 jam untuk melakukan pengawasan.

Tentunya dengan luas wilayah yang besar seperti Indonesia, mungkin lebih banyak lagi. Idealnya mungkin minimal 15 pangkalan untuk mengawasi wilayah secara komprehensif. 15 pangkalan ini bisa lebih atau kurang tergantung kecanggihan teknologinya. Akan tetapi untuk saat ini, Indonesia membutuhkan minimal 3 pangkalan di setiap daerah. Daerah tersebut, khususnya adalah yang sering terjadi pelanggaran hankam.

Sejatinya, riset pengembangan teknologi drone telah berlangsung di Indonesia sejak tahun 2000. Namun segala aspek yang menyertainya membuat pengembangan drone tidak bisa dilakukan oleh lembaga tertentu saja.

Akhirnya dibentuklah konsorsium yang melibatkan PT Dirgantara Indonesia (DI), Lembaga Elektronik Nasional (LEN), BPPT dan LAPAN. Masing-masing lembaga, berturut-turut memiliki fungsi produksi, penyediaan sistem komunikasi dan elektronik, dan riset pengembangan.

Di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), drone disebut sebagai Lapan LSU atau Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle. Sama halnya dengan Pesawat Udara Nirawak (PUNA) di BPPT.

Selain untuk memonitoring bencana, pemetaan wilayah, dan pertahanan negara, drone atau PUNA sejatinya bisa memiliki kemampuan untuk menjadi alat perang agar menjadi pelengkap persenjataan TNI.

Selama ini, Indonesia telah memiliki UAV Heron buatan Israel untuk memantau garis batas untuk menjaga kedaulatan negaranya. Jadi, TNI saat ini memiliki dua jenis UAV/PUNA modern, Wulung dan Heron buatan Israel, hasil kerja konsorsium.
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia

Wulung disebutnya sebagai UAV yang lebih menarik karena adopsinya menandakan lompatan tinggi bagi kemandirian alutsista dalam negeri. Indonesia akan kedatangan 12 PUNA yang akan diletakkan di squadron Lanud Supadio, Pontianak di tahun 2014.

Meski ke-12 PUNA, yang terdiri dari 8 Wulung dan 4 Heron ini, akan mampu menjaga pertahanan wilayah Indonesia namun masih terbatas pada pengawasan wilayah. PUNA tersebut belum bisa dijadikan alat persenjataan pendukung perang.

Tentunya lebih canggih Heron. Kemampuan terbangnya 350km secara terus menerus selama 52 jam dengan kecepatan 207 km/jam. Heron layak menjadi drone pengintai. Sedangkan Wulung memiliki jarak jelajah 200 km yang didukung mobile ground station, hanya dimungkinkan untuk pengamatan data secara realtime.

Jika Wulung merupakan buatan lokal anak bangsa, 4 PUNA Heron bisa dikatakan sebagai buatan Israel Aerospace Institute (IAI).

Oleh karena itu, lanjut Ajie, Indonesia wajib menguasai teknologi UAV. Bila kita dapat menguasai teknologi UAV, bukan hal yang sulit bila nantinya Indonesia ingin mengembangkan UCAV (Unmanned Combat Aerial Vehicle), yang dipersenjatai.

Kendala Pengembangan PUNA

Di Indonesia, dana yang minim dan pesimisme masyarakat Indonesia terhadap produk lokal membuat teknologi UAV tersendat. Pemerintah seolah tak peduli dengan teknologi pesawat tanpa awak ini. Jika UAV saja belum bisa dibuat, jangan pernah berharap untuk merencanakan Unmanned Combat Aerial Vehicle (UCAV).

Sejak 2004, masuk ke program Litbang BPPT. Dana yang dihabiskan kurang lebih 20 miliar. Kalau jumlah drone yang dimiliki TNI, mereka yang lebih tahu. Untuk yang di BPPT, karena drone atau PUNA adalah sebuah sistem maka yang siap terbang ada 4 unit. Hanya 4 itu yang memiliki kelengkapan sistem.

Angka ini sangat jauh jika dibandingkan dengan dana riset drone yang digelontorkan Amerika. Menurut situs Singularityhub.com, dana riset PUNA untuk tahun 2001 hingga 2013 lalu menghabiskan US$26 miliar. Jika dihitung rata-rata per tahun, dana riset tersebut mencapai US$2,1 miliar atau sekitar Rp21 triliun.

PT Robo Aero Indonesia (RAI) didirikan oleh beberapa dosen ITB yang melihat peluang besar bisnis UAV di dalam maupun luar negeri. Mereka sudah membuat prototipe UAV dengan jarak operasional 20 km, 50 km dan 100 km secara otonomi. UAV buatan mahasiswa Teknik Penerbangan ITB sudah mampu unjuk gigi dengan menjuarai kontes UAV di Taiwan dan Korea Selatan. BPPT juga sudah membuat beberapa prototipe UAV yang dalam produksi dan pemasarannya menggandeng PT Aviator dan UKM Djubair OD di Tangerang.

Sedangkan LAPAN, yang membuat Lapan Surveillance Unmanned (LSU) Aerial Vehicle, saat ini telah mengembangkan seri 05 yang berfungsi untuk pemetaan. Lembaga swasta yang melakukan riset ini ada beberapa seperti UAVindo dan Proboaero di Bandung, sedangkan di Jakarta terdapat 5 perusahaan sejenis.

Selain Wulung, BPPT juga memproduksi Sriti. Bahkan dalam kurun 5 tahun ke depan, BPPT akan mengembangkan PUNA yang lebih canggih dari Wulung, diberi nama Medium Altitude Long Endurance (MALE).

Untuk desain pesawat, 100 persen sudah Indonesia sendiri. Tapi untuk sistem komunikasi, sistem kendali mash tergantung dengan komponen dari Eropa maupun Amerika Serikat. Untuk biaya pembuatan memang membutuhkan investasi mahal. Satu buah drone diperkirakan memakan biaya 300 juta.

Sedangkan untuk jasa penyewaan drone, meski murah namun tidak bisa diterapkan untuk kegiatan pengawasan negara. Demikian juga dengan sistem komunikasinya. Meski bisa menggunakan ground station, teknologi satelit dinilai lebih mumpuni.

Kalau sewa biasanya untuk keperluan sipil namun untuk militer biasanya punya sendiri. Sebagai ilustrasi, untuk pengambilan foto kelas UAV yang short range, untuk perkebunan dengan hanya beberapa luas wiliayah, sekitar Rp10 juta sampai Rp30 juta, tergantung dengan perjanjiannya pekerjaannya.

Oleh karena itu, akan lebih menguntungkan jika riset terkait drone terus dilakukan sampai bisa memproduksi banyak PUNA untuk banyak fungsi.

Keuntungannya adalah, selain menciptakan lapangan kerja baru, drone buatan sendiri juga bisa dikostumisasi sesuai kebutuhan, bahkan kerahasiaan negara lebih terjamin.

Secara ekonomi memang tidak terjadi capital flight karena duit mengalir di negeri kita sendiri. Yang paling penting adalah jaminan keamanan rahasia negara.

Beda sekali jika kita menyewa atau membeli dari asing. Selain itu kita juga bisa menekan risiko terhadap nyawa pilot dan operator.

Ketergantungan perangkat asing akan memberikan kekhawatiran tersendiri terkait pengintaian keamanan negara. Artinya, sudah saatnya Indonesia menghentikan ‘kecanduan’ perangkat asing.

Indonesia memiliki potensi untuk mengembangkan teknologi macam drone. Sumber daya sudah mumpuni, tinggal menunggu keseriusan pemerintah dalam hal pendanaan demi pertahanan negara.

Malaysia Pakai Karya Ilmuwan Indonesia Untuk Jaga Perbatasan dengan RI


Banyak karya anak bangsa yang mendunia. Namun ironisnya, kurang dihargai di negeri sendiri. Akibatnya, banyak ilmuwan asal Tanah Air terpaksa hijrah ke luar negeri. Salah satunya, Profesor Josaphat Tetuko Sri Sumantyo, yang telah ratusan kali melakukan presentasi di berbagai negara dan mengantongi 120 hak paten.

Pesawat terbang tanpa awak (PTTA), radar, dan satelit adalah teknologi yang telah membawa guru besar Universitas Chiba, Jepang itu dikenal dunia Internasional. Josh, begitu pria asal Bandung Jawa Barat ini dipanggil, dipercayakan Universitas Chiba mengelola dan mengepalai laboratorium sendiri bernama Josaphat Microwave Remote Sensing Laboratory (JMRSL).

Di laboratorium itu, ia bersama beberapa rekannya melakukan riset dan rekayasa. Hasilnya, JX-1, PTTA atau UAV (unmanned aerial vehicle) ini menjadi terbesar yang dibuat di Asia. JX-1 rampung dibuat sejak 2012 lalu.

Karya yang ia kembangkan pun mendapat perhatian dari sejumlah negara, seperti Malaysia dan Jepang melalui program transfer teknologi.

Josh menuturkan, sejak tahun 2010 Pemerintah Malaysia telah melakukan kerjasama dengan dirinya melalui Japan Internasional Cooperation Agency-Japan Science and Technology Agency with Official Development Assistance atau JICA-JST ODA, program Pemerintah Jepang.

PTTA atau UAV yang diminati pemerintah Malaysia ini pun telah berjalan dan rencana tahun 2015 telah selesai. Pemerintah Malaysia akan menggunakan PTTA tersebut untuk membantu menjaga tapal batas dengan Indonesia.

“Khusus untuk pemerintah Malaysia, yang dapat digunakan untuk pengamatan perbatasan Indonesia dan Malaysia,” ungkap pria murah senyum ini. Josh juga berharap, Indonesia — negaranya sendiri — pun ke depan berminat mengaplikasikan teknologi yang ia kembangkan.

Selain PTTA, sejumlah kerjasama juga dilakukan bersama pemerintah Malaysia seperti pengembangan penginderaan jauh. Teknologi ini diharapkan bisa membantu pengamatan bencana alam di negeri jiran.

“Kerjasama lainnya adalah bantuan supervisi untuk pengolahan data SAR ini yang dapat mengetahui perubahan permukaan Bumi dengan akurasi milimeter dengan pengamatan dari jarak lebih dari 700 km dengan berbagai aplikasinya misalnya pengamatan tanah longsor, penurunan tanah, dan lain-lain di wilayah Malaysia berikut pengembangan SDM Malaysia,” imbuhnya.

Synthetic Aperture Radar (SAR) adalah suatu bentuk radar yang digunakan untuk membuat gambar dari obyek, seperti landscape. SAR biasanya dipasang di pesawat atau pesawat luang angkasa dan berasal sebagai bentuk lanjutan dari Side Looking Airborne Radar (SLAR). Jarak perangkat SAR dikirimkan melalui Antenna Aperture.

Di teknologi ini Josh juga berhasil menciptakan antena tembus pandang (transparent antenna), antena mikrostrip yang dapat digunakan berkomunikasi dengan satelit dan berbagai jenis antena untuk keperluan mobile satellite communications. Dalam penelitian ini, ia bergabung dengan laboratorium Prof. Ito Koichi.

Selain itu banyak penemuan yang telah ia hasilkan, seperti circularly polarized synthetic aperture untuk PTTA, radar peramal cuaca 3 dimensi dan small satelite. Saat ini Josh bersama rekan dan mahasiswanya di Universitas Chiba mengembangkan JX-2, UAV model baru yang lebih canggih dan lebih ringan.

Ilmuwan-Ilmuwan Indonesia harus “Pulang Kampung”

TNI AD telah meluncurkan 15 alat pertahanan hasil riset dengan Universitas Surya yang didirikan pakar fisika Prof Yohanes Surya. Alat-alat pertahanan itu dari pesawat tanpa awak alias drone hingga motor yang bisa terbang bak ‘Transformers’.

Alat-alat itu pernah dipamerkan di Mabes TNI AD, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Senin (7/4/2014) lalu. KSAD Jenderal Budiman meluncurkan alat-alat pertahanan ini di depan Pangdam se-Indonesia melalui teleconference.

Riset ini pada akhirnya digunakan untuk kemandirian bangsa dan negara, sebab ada yang langsung berguna sebagai alat pertahanan negara. Kemudian dapat bermanfaat untuk negara dan masyarakat. Dengan hasil dari riset ini, kita bisa menghemat pengeluaran negaera karena tidak perlu membeli alat dari luar.

Beberapa hasil riset itu antara lain open Open Base Transceiver Station (BTS), radio VHF, battle management system (BMS), peralatan konversi BBM ke BBG, GPS tracking system, Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Autopilot alias Drone, simulasi menembak dengan laser gun, jammer perusak sinyal, alat pengendali senjata jarak jauh hingga Roadble Grycopter yaitu motor yang bisa terbang seperti helikopter bak dalam film Transformer.

Dana dalam riset ini sebesar Rp 31 miliar untuk 15 riset, artinya dana yang digunakan dari APBN hanya kecil. Sedangkan pendiri Universitas Surya, Prof Yohanes Surya, mengatakan riset ini adalah hasil dari riset ilmuwan-ilmuwan Indonesia yang dipanggil pulang kampung.

“Ilmuwan kita bisa bersaing dengan negara lain. Ilmuwan hebat kita di negara lain kita panggil pulang, sehingga kita tidak perlu takut. Kita sudah sejajar dengan negara lain,” tutur pria yang tenar dalam mendidik anak-anak sekolah dalam Olimpiade Fisika Internasional dan banyak di antaranya menjadi pemenang.

Kebutuhan dan keberadaan Drone semakin mendunia

Dalam 10 tahun terakhir, minat militer Amerika untuk perangkat pengintai dan pertahanan telah memicu pengembangan drone.

Northrop Grumman, Boeing, General Atomics dan Lockheed Martin merupakan empat besar manufaktur drone.

Jepang dan Tiongkok pun mulai melirik drone atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) untuk mempertahankan wilayah keduanya yang berbatasan.

Business Insider pernah melaporkan bahwa pasar drone untuk kebutuhan militer akan mencapai US$8,2 triliun pada 2022 nanti.

Dalam laporan tersebut diprediksi bahwa Amerika tidak akan lagi mendominasi sebagai konsumen drone. Tiongkok dan Rusia akan menggantikan posisi Amerika.

Bahkan dari sisi pengembangan, Tiongkok dan Rusia akan memiliki kemampuan untuk menyaingi drone Amerika dalam kurun 10 tahun ke depan.

Kedua negara telah berkomitmen untuk menginvestasikan sekian dana untuk riset dan perkembangan drone, khususnya drone untuk kegiatan militer yang lengkap dengan persenjataan.

Dana riset yang tidak mencukupi membuat pengembangan drone buatan lokal Indonesia mengambang.

Dari beberapa drone yang dimiliki, hampir semua berupa prototipe. Meski ada beberapa yang telah siap terbang namun infrastrukturnya masih harus ditunggu.

Lapan Kembangkan Pesawat Pengamat Wilayah (LSA)

Pada masa kini, Lapan juga sedang mengembangkan jenis pesawat dengan awaknya yang berguna untuk pemantau yang dinamakan Lapan Surveillance Aircraft (LSA).

Jadi, kini Indonesia memiliki Pesawat Pengamat Wilayah (PPW). Lapan bekerja sama dengan Universitas Berlin, Jerman, berhasil mengembangkan pesawat pengamat yakni Lapan Surveillance Aircraft (PK-LSA01). Pesawat ini menjadi bagian pemanfaatan untuk kepentingan memotret wilayah di Indonesia. Selasa (28/1), Kepala Lapan, Bambang S. Tejasukmana meresmikan Pesawat LSA di Balai Besar Kalibrasi Fasilitas Penerbangan (BBKFP) Ditjen Perhubungan Udara, Curug, Tangerang.

Program pesawat LSA ini merupakan bagian dari program utama Pusat Teknologi Penerbangan (Pustekbang) Lapan. Selain LSA, Pustekbang juga memiliki program pengembangan pesawat tanpa awak (Lapan Surveillance UAV – LSU) dan program pengembangan pesawat transport nasional (N-219)

Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia


Pesawat LSA memiliki beberapa misi yakni akurasi citra satelit, verifikasi dan validasi citra satelit, monitoring produksi pertanian, aerial photogrammetry, pemantauan, pemetaan banjir, deteksi kebakaran, search and rescue (SAR), pemantauan perbatasan dan kehutanan, serta pemetaan tata kota.

Misi pesawat LSA ini dapat memperkuat sistem pemantauan nasional. Indonesia yang berpulau ini sangat memerlukan sistem pemantauan wilayah. Selain menggunakan teknologi satelit, diperlukan pula sistem pemantauan yang lebih impresif dengan menggunakan pesawat terbang. LSA tersebut sekaligus memperkuat penguasaan teknologi terbaru pesawat terbang.

Pesawat LSA ini juga mampu mengakurasikan data dari foto citra satelit dengan resolusi tinggi yang telah digabung dengan satelit-satelit lain, dan mampu konfirmasi ulang langsung di lapangan secara acak. Dengan kemampuan terbang non-stop selama 6-8 jam, jangkauan tempuh 1.300 kilometer, dan dapat membawa muatan hingga 160 kg, LSA ini berpotensi untuk melakukan patroli sistem kelautan di Indonesia.

Lapan menargetkan selama lima tahun ke depan, pesawat ini dapat memiliki fungsi autonomous. Menurut ia, keuntungan sistem autonomous selain dapat bermanuver secara otomatis, kualitas dalam menjalankan misi surveillance dapat lebih presisi, efisien, dan efektif.

Dalam skema prosesnya, awalnya pesawat ini masih dikendalikan oleh pilot untuk lepas landas dan mendarat. Dan setelah mengudara, sistem autonomous ini akan aktif sehingga tidak memerlukan kendali dari pilot. Namun, jika ada hal yang tingkat urgensitasnya tinggi, pilot dapat mengintervensi.

LSA yang terbaru yang dibuat adalah series Lapan Surveillance LSA 05. Tipenya bukan LSU lagi, tapi sudah LSA atau Lapan Surveillance Aircraft 05, yang prototipe-nya sudah disiapkan tinggal uji terbang.

LSA 05 ini lebih canggih dan ukurannya lebih besar dan kapasitas bahan bakar lebih banyak. Nantinya pesawat tanpa awak jenis LSA 05 ini juga dapat digunakan untuk pemadaman kebakaran hutan dan keperluan pemantauan strategis lainnya.

Pesawat ini mampu terbang non-stop selama 6-8 jam dengan jangkauan tempuh hingga mencapai 1.300 km dan tinggi hingga lebih dari 5.000 meter serta mampu membawa beban hingga 160 kg.

Komponen produk PTTA ini tidak sepenuhnya buatan lokal. Namun masih ada yang harus diimpor, seperti mesin dan motor penggerak. Selain motor dan mesin, komponen lainnya murni dibuat di Indonesia. Jadi, porsi komponen lokal PTA yang dibuat Lapan jauh lebih besar dibandingkan komponen impornya.

(sumber: indomiliter.com/ lapan.go.id/ liputan6.com/ vivanews.com/ detik.com/ indodefensetechno@blogspot/ wikipedia/ berbagai sumber)

Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia
Diubah oleh chua84
emoticon-Matabelo emoticon-Matabelo
wuiih keren-keren banget gan
ternyata karya Indonesia mantap juga yaa
yang sriti paling bagus ya, yg lainnya ukurannya kelihatannya kecil.

gw nulis banyak nya nya emoticon-Hammer2
Diubah oleh tokomapan
Indonesia sudah punya satelit sendiri gitu buat ngontrol drone? emoticon-Bingung (S)
semakin bangga dengan prestasi putra bangsa, semoga kedepannya semakin canggih emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S)
wah emoticon-Smilie
numpang pejwan ahh di trit calon HT emoticon-I Love Kaskus (S)
ternyata gak kalah bagus juga sama yg dimiliki amrik emoticon-I Love Indonesia (S)
suatu saat semoga bisa bikin yang versi perang. bukan cuman intai doang. emoticon-I Love Indonesia (S) emoticon-I Love Indonesia (S)
calon ht, jadi malaysia sering beli drone sama indonesia nih?
keren nih gan. ternyata punya jg toh indonesia, baru ngerti nih
Quote:

Kayaknya sudah dikembangkan ganemoticon-I Love Indonesia (S)
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia


emoticon-roseChua84 Was Here emoticon-rose


keren keren gan emoticon-I Love Indonesia: iloveindonesia: iloveindonesia
wew keren keren gan emoticon-Matabelo
dh ada kemajuan nih gan emoticon-I Love Indonesia (S)
Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:


Quote:

BANGGA JADI WARGA INDONESIA emoticon-I Love Indonesia (S)
Inilah 13 Model-Model Drone Buatan Indonesia


emoticon-roseChua84 Was Here emoticon-rose



makin bangga dgn produk indonesia gan emoticon-Smilie
Indonesia tuh emang inovatif gan, cuma masalah di regulask doang. Fyi, glass cockpit yg sekarang di pake universal kan buatan indo
keren anak indonesia..
kirain cuma bisa korupsi doang emoticon-Matabelo
makin cinta indonesia
Halaman 1 dari 64


×
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved
Ikuti KASKUS di