Kaskus

News

zhouxianAvatar border
TS
zhouxian
Zhongqiu Jie (Festival Kue Bulan) Dirayakan Sejak 2000 Tahun Lalu
melestarikan budaya leluhur akan merayakan delapan macam festival di dalam satu tahun. Setelah selesai sembahyang bulan 7, dilanjutkan pada bulan 8 penanggalan Lunar ini adalah perayaan Zhongqiu (Mid Autumn Festival) atau lebih popular disebut festival kue bulan. Tahun ini jatuh pada tanggal 8 September 2014.

Di dalam sejarah, kata Budi Tamtomo, Ketua Pengkajian Kitab Klasik (LPKK) Batam, kegiatan sembahyang Zhongqiu sudah ada 2000 tahun lebih. Bahkan dalam catatan Kitab klasik ”Liji “(kitab tata susila), sudah muncul kosa kata Zhongqiu.

Dalam catatan itu, kata Budi, diuraikan bahwa pada musim semi raja sembahyang matahari dan pada pertengahan musim semi, raja sembahyang pada rembulan, kegiatan rutin ini ditiru oleh para raja Negara bagian dan para cendekiawan, perlahan-lahan menyebar juga ke masyarakat umum.

Tiongkok adalah negara agraris, maka pada musim semi selesai panen raya, petani mengadakan sembahyang syukuran pada Tuhan, mereka memilih tanggal 15 bulan 8 Imlek untuk melakukan acara akbar ini. Dengan demikian acara Zhongqiu (artinya: pertengahan musim semi) menjadi satu acara yang dirayakan oleh rakyat jelata juga.

Pada tahun 2008 jelas Budi, pemerintah Tiongkok menjadikan Zhongqiu sebagai hari raya nasional, dan pada hari tersebut dijadikan hari libur.

Padahal hari Zhongqiu ini sejak dinasti ”Song”(abad 10) sudah ditetapkan hari tersebut sebagai hari raya Zhongqiu Jie ( festival Zhongqiu)

Perayaan Zhongqiu biasanya disajikan makanan khas yang disebut kue bulan atau dalam bahasa Tionghoa disebut ”Yuebing”, selain makanan kue bulan, pada hari tersebut masih terdapat banyak kegiatan, walau sebagian besar di tengah masyarakat Tionghoa sudah tidak melakukannya. Yang masih dapat kita lihat adalah pemasangan lentera warna warni, sembahyang terhadap rembulan yang konon dalam bulan tinggal seorang dewi yang bernama ”Chang e”. Pada malam tersebut jatuh pada bulan purnama, maka biasanya masyarakat Tionghoa berkumpul menikmati indahnya rembulan dan sambil makan kue bulan.

”Kalau zaman dulu saat itu juga disajikan arak yang terbuat dari bunga ”Gui” yang disebut Guihua jiu,’’ kata Budi.

Bagi masyarakat Tionghoa yang masih bisa fasih dalam bahasa Tionghoa, mereka juga mengadakan tebak teka teki dalam bahasa Tionghoa, acara ini disebut ”cai dengmi”.

Perlu diketahui, kata Budi lagi, acara sembahyang pada rembulan ini biasanya dilakukan anak-anak dan kaum prempuan. Karena dalam tradisi orang Tionghoa, pria tidak sembahyang bulan dan kaum perempuan tidak sembahyang dewa dapur.

Menurut legenda Tiongkok kuno, tutur Budi, tersimpan sebuah cerita tentang Dewi Chang e yang bermukim di rembulan. Konon zaman dahulu, tiba-tiba di langit muncul 10 matahari, maka penduduk bumi dibuat sangat sengsara karena tidak tahannya terhadap sengatan 10 matahari tersebut. Saat itu muncul seorang pemuda yang ahli memanah, tanpa ragu lagi ia langsung beraksi dan memanah matahari tersebut, dan disisakan satu mata hari untuk penerangan dunia. Sejak itu barulah rakyat di bumi ini dapat hidup tenteram. Untuk jasa itu, maka pemuda bernama ”Houyu” yang memanah 9 matahari tersebut diberi hadiah oleh ratu langit berupa obat panjang umur. Karena obat panjang umurnya hanya ada satu buah, Houyu tidak tega untuk minumnya, karena dia tidak mau tinggalkan istrinya seorang diri tinggal di dunia, maka obat panjang umurnya itu dititipkan ke istrinya ”Chan e”, dan oleh istrinya obat tersebut disimpai dalam satu kotak khusus.

Houyu ahli memanah dan banyak menerima murid, salah seorang murid yang murtad mengkhianati gurunya, saat Houyu tidak di rumah, dia memaksa Chang e untuk menyerahkan obat panjang umur tersebut. Menyadari tidak mampu mempertahankan obat tersebut, maka Chang e pura-pura mau memberikan, namun dalam waktu singkat obat tersebut ditelannya, sehingga murid tersebut tidak bisa berbuat apa-apa. Namun tak disangka, setelah makan obat tersebut, Chang e merasa badannya menjadi ringan dan langsung terbang ke langit, karena Chang e tidak mau kehilangan suaminya, maka dia langsung singgah di rembulan, sebuah tempat yang paling dekat dengan bumi.

Setelah Houyu kembali dan mendapat kabar peristiwa yang menimpa istrinya, namun Houyu tak berdaya, karena dia tidak dapat menyusul ke rembulan, namun Houyu dapat melihat bayangan di rembulan, dan dia yakin itulah Chang e istrinya.

Sebuah cerita yang sangat menarik juga tersimpan dari makan kue bulan pada Zhongqiu. Dikisahkan, pada tahun 1234 M, Tiongkok masih dijajah oleh suku Jin (suku barbar), rakyat diperas dan ditindas, suku jin ini menempatkan tentaranya di setiap kampung untuk mengawasi penduduk.

Pisau dapur hanya diberikan pada beberapa kepala keluarga. Itupun bergiliran. Rakyat tidak boleh berkumpul bersama. Lalu seorang pemimpin dari suku Tionghoa yang bernama ”Zhu Yuanzhang” berencana bangkit melawan penjajahan suku Jin. Karena sulit berkomunikasi akibat ketatnya pengawasan, penasihat Zhu Yuanzhang yang bernama Liu Bowen memakai akal, mereka masukan sehelai kertas ke dalam kue bulan yang bertulis mengajak memberontak pada malam bulan purnama.

Saat Zhongqiu, dan semua penduduk yang makan kue bulan mendapat kabar, mereka bersiap-siap dan pada malam Zhongqiu bangkit melawan penjajah dan berhasil menggulingkan pemerintahan penjajah. Setahun kemudian, untuk memperingati kemenangan berkat komunikasi melalui kue bulan, maka Zhu Yuanzhang yang sudah menjadi raja, merayakan kemenangan dengan pesta kue bulan dengan sangat meriah, begitulah tradisi ini terus menurun sampai sekarang.

”Saat ini kue bulan sudah banyak ragam, bahkan isinya sangat bervariasi, bagi mereka yang belum pernah makan kue bulan boleh mencobanya dan sambil menyimak cerita kue bulan ini,’’ ajak Budi. (agn)

http://batampos.co.id/06-09-2014/zho...00-tahun-lalu/

ayo rayakan gan
0
4K
20
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan