Ramai-ramai ngebahas lagi soal kenaikan harga BBM. Di media, para elit politik terutamanya rebut soal kenaikan BBM ini. Ada pihak yang menolak keras dinaikkannya harga BBM, termasuk Presiden SBY. Menurutnya, ini bukan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM. Dan itu katanya, akan menambah beban rakyat. (okezone.com, 27/8/2014)

Ya, saya tidak mau tahu soal politik ini itulah. Saya pun mengerti, kalau presiden SBY tentu ingin mengakhiri masa jabatannya dengan manis. Buat Jokowi, persoalan BBM ini tentu jadi beban baginya, meskipun ia tetap akan menaikkan harga BBM pada pemerintahannya nanti. Sebab, ia akan mengalihkan subsidi BBM tersebut menjadi subsidi yang produktif.

Saya sendiri mendukung penuh rencana Jokowi tersebut. Bukan apa-apa, menurut para pengamat ekonomi pun memang harga BBM ini harusnya dinaikkan. Sebab, sebagian besar subsidi tersebut hanya dinikmati oleh kalangan menengah ke atas. Dan tentu itu tidak tepat sasaran, karena seharusnya subsidi itu hanya diberikan kepada masyarakat bawah dan yang tidak mampu. Bukan yang punya mobil.

Kita tentu jangan hanya melihat persoalan BBM ini hanya dari satu sisi. Apalagi para politisi yang kerap kali menjadikan perkara BBM ini sebagai bahan promosi politik menaikkan citra dirinya agar dilihat masyarakat sebagai pembela kebenaran. Kita jangan terjebak, seolah-olah naiknya harga BBM ini akan mengakhiri segalanya. Sekarang kita mestinya harus lebih mandiri. Jangan mau melulu disubsidi. Sedangkan subsidi BBM inilah yang membebani APBN kita setiap tahunnya. Kita harus melihat kedepan, bahwa perekonomian kita mesti maju, salah satunya dengan mengurangi konsumsi BBM.

Komentar TS:
Daripada BBM SUbsidi disalahgunakan oleh pihak tak bertanggung jawab, mendingan subsidi bbm dihapus, dan dialihkan untuk pembangunan & bantuan kpd orang2 tidak mampu, meskipun harga minyak turun...

Sumur