Kaskus

Entertainment

mat_indonAvatar border
TS
mat_indon
Kisah perkutut, pelatuk dan gagak
Alkisah ada suatu daerah pedesaan yang subur, banyak pepohonan hijau dan menyediakan banyak sumber makanan bagi bangsa burung, pokoknya bisa mengamodasi burung-burung lah, baik yang pemakan biji-bijian, buah-buahan sampai yang karnivora.

Perkutut, burung lokal di situ senang dengan kedatangan banyak burung dari jenis lain, hidup rukunlah mereka di situ. Suatu ketika burung gagak datang dari jauh ingin menuntut ilmu di sekolah burung di desa itu. Kasihan burung gagak itu, di daerah asalnya sumber makanan mereka mulai menyusut karena penggundulan hutan dan serbuan burung perkutut yang
mengambil banyak makanan di sana...

Semula burung gagak yang datang sedikit, burung perkutut lokal pun dengan senang hati menerima mereka. Waktu berjalan, lama-lama makin banyak burung-burung gagak itu. Ada banyak burung gagak itu yang hidup harmonis dengan burung-burung lainnya. Namun, banyak juga burung-burung gagak yang tidak mau tahu aturan hidup bersama di situ.

Mereka suka mabuk minum-minuman keras, suka nggak mbayar, dan kadang memeras burung perkutut yang menunggu toko swalayan BurungMart. Bahkan aturan terbang dengan helm dilecehkan secara terbuka di depan burung2 perkutut yang berprofesi sebagai polisi lalu lintas burung. Polisi burung itu tidak berani menindak burung2 itu karena konon dari kabar burung, raja perkutut sudah mentitahkan bahwa biarlah mereka nggak pake helm, dan nggak mau mengikuti aturan hidup bersama. Kasihan, kata sang raja, mereka di tanah kelahirannya merasa dijajah dan ingin merdeka. Biarlah mereka menabrak aturan-aturan di sini, sebagai hiburan dan kompensasi bagi amarah burung2 gagak itu.

Rakyat burung sebenarnya sudah gedek dengan tingkah laku burung gagak itu, namun tidak berani melabrak atau mengingatkan burung2 gagak itu. Memang, mereka ini sangat patuh terhadap titah rajanya, walau sebenarnya
dalam hati mereka sangat tersiksa...

Sehingga banyak dari mereka yang mendukung kejadian penembakan preman burung dari gagak jenis lain oleh oknum kopaspersus (komando pasukan perkutut khusus) di lapas cebongan.

Suatu ketika saat kemarau tiba, air minum pun hanya tersisa yang botolan dan air itu terpaksa dijatah oleh pemerintahan burung. Belinya pun harus mengantri. Hingga suatu hari air minum botolan yang murah sudah habis, hanya tersisa air minum botolan yang mahal.

Datanglah seekor burung pelatuk, yang sedang tergesa-gesa, ke SPAMU (stasiun pom air minum umum). Padahal di SPAMU itu sudah dipisah antreannya, burung yang besar dan burung yang kecil. Keduanya mengantri air botolan yang mahal. Si Pelatuk menyela antrian burung2 besar, minta segera dilayani. Burung-burung kecil yang sedang mengantri lainnya pun segera menyoraki si pelatuk yang sedang minta dikasihani penjaga SPAMU. Oleh seekor burung penjaga, si pelatuk diminta pindah ke jalur antrian burung kecil. Si Pelatuk ini rupanya makin dongkol, dan pulang dengan muka masam. Dia rupanya nggak mengikuti berita bahwa air botolan murah sudah habis di mana-mana. Dia nggak tahu kalau burung-burung itu ngantri untuk beli air botolan yang mahal.

Sepulang dari SPAMU, si pelatuk yang masih dongkol itu melampiaskan kemarahannya di social media path mengata-ngatai negeri perkutut miskin, tolol dan tak berbudaya.

Dia minta teman-teman burung di daerah lain jangan tinggal di daerah perkutut. "Burung perkutut bangsat, masak aku mau beli air minum botolan yang mahal nggak boleh. Mereka kira aku nggak mampu beli air yang mahal, apa hah!"

Segera banyak teman-teman si pelatuk di kota lain mengomentari status path si pelatuk tadi, ada yang minta izin re-path segala. Kebetulan ada teman pelatuk yang iseng mengcapture status si pelatuk dan menyebarkannya di scomed lainnya hingga terbaca oleh burung2 perkutut. Marahlah burung2 perkutut itu, mulailah mereka membully si pelatuk di socmed, hingga dibukakan semua info mengenai si pelatuk: mulai foto2nya, di mana dia sekolah, hingga dimana dia tinggal. Hingga dosen tempat si pelatuk pun angkat bicara, si pelatuk dianggap tidak bisa menjaga perilaku dan standard etika kampus itu.

Setelah dibully sedemikian rupa, hingga merasa diteror oleh semua jenis burung yang tinggal di daerah perkutut itu dan banyak juga simpatisan penggemar daerah perkutut, barulah si pelatuk meminta maaf, meskipun tidak terlihat si pelatuk menyadari kesalahannya. Dia mengharap bangsa burung perkutut cerdas dan tidak terprovokasi. Burung perkutut pun makin gedek sama ini pelatuk. Hingga akhirnya polisi perkutut mengamankan si pelatuk.

Kemudian di media masa, dan dunia maya, mulai muncul pembelaan kepada burung pelatuk. "Lebay", "Terlalu berlebihan", "Bitch please, beraninya sama pelatuk doang, tuh si gagak yang bolak balik bikin rusuh, suka malak, mabuk-mabukan, dan nggak pernah pake helm aja dibiarin, padahal lewat di depan moncong polisi perkutut" demikian pembelaan mereka. Jadi, sebenarnya penahanan si pelatuk ini semacam gertakan halus bagi burung pendatang, terutama burung gagak. Bahwa bangsa perkutut bisa menjadi sadis bila diinjak-injak harga dirinya.

Hingga saat ini pelatuk masih diamankan di kantor polisi perkutut.

Sekian dongeng dari ane emoticon-Big Grin
0
2.3K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan