- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Ma’nene, Ritual Pembersihan Mumi di Toraja


TS
fckita
Ma’nene, Ritual Pembersihan Mumi di Toraja

Spoiler for Mukadimmah:
Quote:
Mukadimmah
Meskipun saat ini masyarakatnya tidak lagi menganut keyakinan yang diwariskan dari nenek moyang mereka, tetapi nilai dan ajaran “aluq tudolo” tetap dipegang teguh dan dilestarikan dalam kehidupan bermasyarakat. Misal diantaranya, sekalipun masyarakat suku Toraja telah mengikuti ajaran Nasrani, tetapi tradisi “aluq tudolo” yang mengagungkan kematian kerabat yang meninggal dunia tetap dipertahankan dan dilestarikan hingga kini. Itu sebabnya pesta kematian bagi keluarga yang meninggal dunia, disebut “Rambu solo”, jauh lebih meriah bila dibandingkan pesta pernikahan sanak keluarga.
Kematian bagi masyakat suku Toraja, adalah inti dan puncak pencapaian kehidupan paling agung menuju keabadian di “puya” (arasy). Itulah sebabnya, sebelum menuju ke mahligai nirwana di “puya”, pemakaman jenazah menjadi momentum paling sakral dalam perjalanan hidup di muka bumi ini. Suku Toraja memegang teguh pemahaman bahwa “hidup manusia adalah untuk mati” menuju alam keabadian. Guna mencapai ketenteraman di “puya”, setiap mayat harus melakukan pembersihan diri sebagai penebus dosa. Untuknya, setiap jenazah yang akan dikubur, sedapat mungkin diberi bekal sebanyaknya sesuai kemampuan keluarga.
Spoiler for Ma'nene:

Bekal dimaksud adalah roh sejumlah hewan yang dikurbankan pada saat pesta pemakaman “rambu solo” dilaksanakan. Roh sejumlah hewan yang dikurbankan itu diharapkan mampu mengiring-iringi sang jenazah menuju “puya”. Semakin banyak jumlah hewan dikurbankan semakin sempurnalah perjalanan menuju keabadian. Semakin tinggi derajat kasta jenazah, semakin tinggi pula hewan dikurbankan. Itu sebabnya, pesta kematian suku Toraja, kadang menghabiskan dana milyaran rupiah. Bagi mereka yang belum mampu, jenazah kerabatnya di-“mumi” sementara waktu di rumah, hingga saatnya kerabat mampu mengumpul uang.
Upacara kematian “rambu solo” yang kadang menghabiskan anggaran Milyaran rupiah — yang kini bergeser diartikan derajat dan gengsi keluarga — berhari-hari berlangsung meriah selama sekian pekan, siang maupun malam. Pesta selain disertai nyanyian-nyanyian duka “ma’badong”, do’a-do’a ratapan, juga ditampilkan musik dan ragam tarian tradisional untuk menghibur kerabat keluarga yang sedang berduka, yang tak habis-habisnya berdatangan menyampaikan belangsungkawa, baik mereka yang bermukim di Tana Toraja, maupun yang jauh-jauh datang dari negeri rantau. Entah dari dalam ataupun dari luar negeri.
Penguburan mayat, pada saatnya akan dilakukan sesuai kesepakatan keluarga. Mayat yang dimakam, sebagian besar adalah jenazah yang sekian bulan atau sekian tahun dirawat di rumah, setelah sebelunya di-“mumi” melalui ramuan tradisional khas Toraja, sehingga fisik jenazah tetap utuh seperti sediakala semasa hidup. Diselimuti pakaian baru secara lengkap, dari ujung kepala hingga ujung kaki. Dimasukkan ke dalam peti yang terbuat dari jenis kayu tahan lama. Mayat dalam peti, diusung segenap keluarga menuju pekuburan liang gunung batu yang telah disiapkan. Peti berisi mayat di letakkan di atas gundukan batu dalam liang.
Pekuburan liang di pegunungan batu, tersebar di sepanjang wilayah Kabupaten Tana Toraja dan Toraja Utara. Setiap lokasi dapat disaksikan peti-peti berisikan mayat atau tengkorak manusia bergelimpangan. Pekuburan dimaksud itulah yang menjadi salah satu objek wisata (yang mungkin) terunik di dunia yang tak henti-hentinya mendapat kunjungan wisatawan nusantara dan manca negara. Selebihnya karena selain cuaca Tana Toraja yang sejuk-dingin, juga karena pemandangan alam pegunungannya yang indah, serta rumah tradisonalnya yang khas, pula karena kehidupan masyarakatnya masih terasing, khas dan unik.
Jenazah-jenazah dalam peti yang telah “dikubur”, diletakkan dalam liang gunung batu, oleh sebagian kecil masyarakat suku Toraja — khsusnya di kawasan Baruppu, Toraja Utara —- meyakini bahwa jenazah itu menjadi bagian tidak terpisahkan dari kerabat keluarganya yang masih hidup. Itu sebabnya di kawasan ini, sebagian keluarga intens memperhatikan jenazah kerabatnya, setidaknya setiap setahun sekali dibersihkan. Ritual yang disebut “ma’nene” ini dilakukan dengan cara mengeluarkan “mumi” mayat dari peti untuk dibersihkan. Pakaian lama yang digunakan sang jenazah, digantikan dengan pakaian yang lebih baru.
Ritual ini terinspirasi dari kisah nenek moyang mereka ratusan tahun lampau, Pong Romasek seorang pemburu binatang, saat tengah berburu di hutan belantara, ia menemukan sesosok mayat tergeletak dan mengenaskan. Pong Rumasek tergugah, ia membawa pulang mayat itu, lalu membersihkan dan memberi pakaian bersih yang digunakannya. Sejak itu, setiap kali berburu, selalu mendapat banyak binatang buruan. Bahkan selalu mendapat buah segar yang berlebihan. Perkebunan dan persawahan milik masyarakat di kampungnya, pun selalu menuai hasil panen yang melimpah ruah.
Sejak itulah Pong Rumasek menyadari bahwa merawat orang yang telah meninggal dunia, tidak jauh lebih mulia dari merawat kekerabatan dengan orang yang masih hidup. Paham Pong Rumasek secara turun temurun sekian abad diyakini dan diterapkan masyarakat suku Toraja, khususnya di Baruppu, Kabupaten Toraja Utara. Selain ritual pesta kematian, ritual “ma’nene” ini, juga menjadi bagian objek wisata khas suku Toraja yang tiada bandingannya dengan suku lain di muka bumi ini. Itu sebabnya, setiapkali ritual “ma’nene” dilaksanakan tak pernah sepi kerumunan wisatawan, dalam dan luar negeri, hadir menjadi saksi nyata.
Spoiler for Buka:
Berikut jadwal acara massal ritual “ma’nene” tahun 2014 di Tana Toraja:
Senin, 08 September, Ibadah Gereja Elim Tonga, Membuka Liang Lahat, Bersih-bersih Kubur.
Selasa, 09 September, Acara keluarga menganti kain kafan (Mangika’)
Rabu, 10 September, Pemindahan Jenazah bagi keluarga tertentu (Ma’Palengka)
Kamis, 11 September, Pemindahan Jenazah bagi keluarga tertentu (Mangika’)
Jumat, 12 September, Acara keluarga di Rante, tempat upacara syukur untuk esok hari
Sabtu 13 September, Acara Ma’longko’ di Rante/Dolmen, menutup liang lahat (peletakan karangan bunga), Ibadah Syukur dan Ramah Tamah ditutup acara “Sisembak” (Adu betis bagi anak-anak).
Senin, 08 September, Ibadah Gereja Elim Tonga, Membuka Liang Lahat, Bersih-bersih Kubur.
Selasa, 09 September, Acara keluarga menganti kain kafan (Mangika’)
Rabu, 10 September, Pemindahan Jenazah bagi keluarga tertentu (Ma’Palengka)
Kamis, 11 September, Pemindahan Jenazah bagi keluarga tertentu (Mangika’)
Jumat, 12 September, Acara keluarga di Rante, tempat upacara syukur untuk esok hari
Sabtu 13 September, Acara Ma’longko’ di Rante/Dolmen, menutup liang lahat (peletakan karangan bunga), Ibadah Syukur dan Ramah Tamah ditutup acara “Sisembak” (Adu betis bagi anak-anak).
Spoiler for Kumpulan Pict:




Spoiler for Videonya:
Video

Jangan Lupa Komentnya
0
4.8K
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan