- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
[Prestasi Pertamax] Berpetualang 3 X 24 Jam untuk Sebuah Buku
TS
agusjember
[Prestasi Pertamax] Berpetualang 3 X 24 Jam untuk Sebuah Buku
Quote:
Cerita yang aku tulis ini mungkin bukan sesuatu yang istimewah bagi sebagian orang, tapi bagiku merupakan pengalaman yang sangat berkesan, bahkan sebuah prestasi yang telah aku capai dari satu babak kehidupan yang telah aku jalani.
Bermula dari keinginan yang sangat besar dalam hati kecil untuk bisa menjual hasil karya tulisku pada sebuah penerbit ternama. Sebelumnya aku memang sudah terbiasa membuat karya tulis dalam berbagai jenis. Bahkan sejak masih duduk di bangku SMA, karya-karyaku telah banyak dimuat di berbagai media cetak nasional. Buku-buku novel anakku pun juga ada yang telah diterbitkan oleh beberapa penerbit. Namun masih sebatas penerbit-penerbit kecil, dengan honorarium yang juga relatif kecil.
`Keinginaanku itu rupanya mendapatkan jalan lewat informasi dari seorang teman yang menyampaikan kalau Penerbit Grasindo yang merupakan salah satu divisi penerbitan dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG) membutuhkan naskah buku Kumpulan Cerita Rakyat. “Peluang yang tidak boleh aku lewatkan!” begitu yang terlintas dalam hati kecil.
Awalnya aku bermaksud membuat kumpulan cerita rakyat yang ada di daerah tempat tinggalku, yakni Jember. Tapi ternyata, kumpulan cerita rakyat Jember sudah ditulis oleh temanku. Akhirnya, aku mencari daerah terdekat yang aku perkirakan memiliki banyak legenda dan cerita rakyat lainnya. Di antara beberapa kabupaten yang dekat dengan Jember, akhirnya aku pilih Lumajang, mengingat cuplikan cerita tentang Lumajang pernah aku baca dalam buku “Babad Tanah Jawi”. Artinya, dengan usia yang sudah cukup tua, Lumajang pasti kaya dengan kisah-kisah legenda dan berbagai jenis cerita rakyat.
Andaikata keinginan untuk menulis buku kumpulan cerita rakyat itu berlangsung pada saat ini, aku mungkin tidak harus terlalu repot, karena dengan memanfaatkan akses internet dan kemudahan berkomunikasi, membuatku dapat memperoleh data dengan cukup mudah. Tapi kumpulan cerita rakyat itu aku tulis di tahun 2005, disaat handphone hanya dimiliki oleh segelintir orang kaya, dan internet mungkin hanya dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar. Bahkan naskah itupun aku tulis dengan mesin ketik manual.
Keterbatasan data yang aku miliki tentang Lumajang, membuatku mau tidak mau harus menjelajahi kabupaten yang lokasinya 100 km lebih dari tempat tinggalku. Jarak yang tidak dekat dan butuh waktu cukup lama untuk menempuhnya.
Itu sebabnya, begitu aku niatkan untuk mencari data ke Lumajang, selain bekal uang yang cukup, aku juga membawa perbekalan untuk kebutuhan selama 2-3 hari. Di lumajang sendiri tidak ada tempat yang aku tuju karena memang tidak memiliki teman maupun sanak-saudara.
Berangkat dari rumah setelah sholat subuh dengan mengendarai motor, membuatku sampai di Lumajang sebelum pukul 07.00. Waktu aku habiskan di warung kaki lima untuk sarapan, sebelum menuju ke perpustakaan daerah. Dibanding dengan Jember, perpustakaan daerah Lumajang ketika itu jauh lebih besar dan dengan koleksi buku yang juga lebih lengkap. Di perpustakaan daerah itulah waktu aku habiskan dari pagi hingga sore untuk melakukan study pustaka, karena banyak salinan naskah-naskah kuno yang harus aku pindah atau aku catat ulang. Maklum, meskipun sebentar naskah itu tidak boleh dipinjam dan difotocopy, sementara di perpustakaan itu sendiri tidak ada layanan foto copy. Di perpustakaan itu pula aku sholat dhuhur dan asyar, bahkan, tanpa sepengetahuan penjaga, aku memanfaatkan kamar mandi perpustakaan untuk membersihkan badan.
Sehabis maghrib, aku berpetualang dari warung ke warung. Dengan bermodal ratusan rupiah untuk membeli secangkir kopi dan beberapa potong kue, aku bisa memperoleh data dari mulut para pemilik warung. Menjelang pukul 24.00, aku sudah tidak kuat lagi menahan kantuk dan rasa lelah. Karena memang tidak ada yang aku tuju, dan uang saku juga tidak cukup untuk menyewa kamar hotel, akupun tidur di trotoar depan toko dengan ditemani motor yang selalu setia menemani perjalanku.
Keesokan harinya petualangan aku awali di perpustakaan, karena study pustaka yang aku lakukan masih belum rampung. Hanya saja kali ini tidak sampai sore. Selesai dhuhur, data yang aku kumpulkan di perpustakaan aku rasa sudah cukup, dan perjalanan aku lanjutkan ke gunung Puji, mengikuti petunjuk dari salah seorang pemilik warung yang aku datangi semalam.
Gunung Puji sebenarnya adalah sebuah bukit yang merupakan kaki gunung Lamongan, dan termasuk wilayah desa Papringan kecamatan Klakah. Untuk menuju ke tempat ini, dari kecamatan Klakah masih harus menempuh jarak sekitar 7 km ke arah timur. Celakanya, ketika itu hujan turun sangat lebat, sehingga selain harus menahan dingin dan terpaan air hujan, aku juga harus bergelut dengan medan yang berat, karena jalan yang aku lewati terdiri dari hamparan tanah liat dengan batu-batu yang berserakan di sepanjang jalan.
Beruntung pada waktu itu banyak kendaraan yang menuju ke Padepokan Sunyaruri yang berada di gunung Puji untuk mengikuti upacara Suroan, sehingga jalan yang aku lalui tidak sepi meski jauh dari perumahan dan dalam suasana hujan. Sesampai di padepokan Sunyaruri, lebih ramai lagi, karena ternyata di padepokan itu telah berkumpul banyak tamu. Mereka tidak hanya dating dari sekitar wilayah kabupaten Lumajang, tapi juga dari luar kabupaten. Hal tersebut bisa dilihat plat nomor mobil-mobil yang terparkir di sekitar padepokan tersebut.
Seperti halnya aku, tamu-tamu itu menghabiskan malam di padepokan Sunyaruri hingga pagi hari. Bedanya, jika mereka datang untuk mengikuti upacara ritual Suroan serta menunggu kalam dari Mbah Citro Dono Sasmito, juru kunci padepokan yang ramalannya dipercaya kebenarannya oleh para pengunjung padepokan, sedang aku tidak lebih dari usaha untuk mengumpulkan data atau lebih tepatnya cerita tentang gunung puji beserta legenda yang melingkupinya.
Pulang dari gunung Puji di pagi harinya, aku langsung berkeliling ke tempat-tempat wisata yang ada di sekitar Lumajang, seperti pantai Wot Galih dengan makam “Mbah Drajit”nya yang ada di kecamatan Yosowilangun, serta ke beberapa Ranu atau danau yang ada di Lumajang, seperti Ranu Klakah, Ranu Pakis, Ranu Yoso, Ranu Gumbolo, dan Ranu Bedali. Di tempat-tempat wisata itu sudah barang tentu tujuanku bukan untuk bersantai, tapi berburu narasumber yang bisa memberi tambahan data.
Banyaknya tempat yang aku kunjungi dalam sehari, ditambah dengan pikiran dan tenaga yang tidak pernah berhenti bergerak, membuatku merasa lelah saat meninggalkan tempat wisata yang terakhir aku kunjungi. Karena hari menjelang maghrib, aku sebenarnya bermaksud untuk langsung pulang ke Jember. Tapi, ketika mengerjakan sholat maghrib di salah satu masjid yang ada di Klakah, aku tidak kuasa menahan rasa kantuk. Sehingga tanpa sadar, aku tertidur di masjid itu, dan terbangun di tengah malam. Akhirnya, aku habiskan sekalian sisa waktu yang ada dengan duduk santai menunggu waktu subuh di masjid itu, dan baru keesokan harinya melanjutkan perjalanan pulang ke Jember. Menjelang pukul 07.00, sepeda motor yang aku kendarai memasuki halaman rumah.
Memanfaatkan data yang aku peroleh selama berpetualang di Lumajang itulah buku Kumpulan Cerita Rakyat Lumajang aku tulis. Butuh waktu sekitar satu minggu untuk merampungkannya. Setelah selesai dan terjilid rapi, naskah buku aku kirimkan ke Penerbit Grasindo. Alhamdulillah, sekitar satu bulan kemudian pihak Grasindo mengirimkan form kontrak kerja-sama yang harus aku tandatangani, dan tiga bulan berikutnya, datang kiriman buku Kumpulan Cerita Rakyat Lumajang yang aku tulis, sebagai nomor bukti yang diberikan Penerbit kepada Penulis.
Meski hanya sebuah buku Kumpulan Cerita Rakyat yang nota bene untuk konsumsi anak-anak, bagiku itu sebuah prestasi dan cukup membuatku merasa bangga. Kebanggaan itu bukan disebabkan karena nilai kontrak atau royalti yang aku peroleh lebih besar dibanding buku-bukuku yang telah terbit sebelumnya, tapi karena Buku Kumpulan Cerita Rakyat Lumajang itu diterbitkan oleh sebuah penerbit ternama. Rasa bangga itu semakin bertambah tatkala melihat buku tersebut dipajang di Toko Buku Gramedia Jember bersama buku-buku yang lain.
Bermula dari keinginan yang sangat besar dalam hati kecil untuk bisa menjual hasil karya tulisku pada sebuah penerbit ternama. Sebelumnya aku memang sudah terbiasa membuat karya tulis dalam berbagai jenis. Bahkan sejak masih duduk di bangku SMA, karya-karyaku telah banyak dimuat di berbagai media cetak nasional. Buku-buku novel anakku pun juga ada yang telah diterbitkan oleh beberapa penerbit. Namun masih sebatas penerbit-penerbit kecil, dengan honorarium yang juga relatif kecil.
`Keinginaanku itu rupanya mendapatkan jalan lewat informasi dari seorang teman yang menyampaikan kalau Penerbit Grasindo yang merupakan salah satu divisi penerbitan dari Kelompok Kompas Gramedia (KKG) membutuhkan naskah buku Kumpulan Cerita Rakyat. “Peluang yang tidak boleh aku lewatkan!” begitu yang terlintas dalam hati kecil.
Awalnya aku bermaksud membuat kumpulan cerita rakyat yang ada di daerah tempat tinggalku, yakni Jember. Tapi ternyata, kumpulan cerita rakyat Jember sudah ditulis oleh temanku. Akhirnya, aku mencari daerah terdekat yang aku perkirakan memiliki banyak legenda dan cerita rakyat lainnya. Di antara beberapa kabupaten yang dekat dengan Jember, akhirnya aku pilih Lumajang, mengingat cuplikan cerita tentang Lumajang pernah aku baca dalam buku “Babad Tanah Jawi”. Artinya, dengan usia yang sudah cukup tua, Lumajang pasti kaya dengan kisah-kisah legenda dan berbagai jenis cerita rakyat.
Andaikata keinginan untuk menulis buku kumpulan cerita rakyat itu berlangsung pada saat ini, aku mungkin tidak harus terlalu repot, karena dengan memanfaatkan akses internet dan kemudahan berkomunikasi, membuatku dapat memperoleh data dengan cukup mudah. Tapi kumpulan cerita rakyat itu aku tulis di tahun 2005, disaat handphone hanya dimiliki oleh segelintir orang kaya, dan internet mungkin hanya dinikmati oleh perusahaan-perusahaan besar. Bahkan naskah itupun aku tulis dengan mesin ketik manual.
Keterbatasan data yang aku miliki tentang Lumajang, membuatku mau tidak mau harus menjelajahi kabupaten yang lokasinya 100 km lebih dari tempat tinggalku. Jarak yang tidak dekat dan butuh waktu cukup lama untuk menempuhnya.
Itu sebabnya, begitu aku niatkan untuk mencari data ke Lumajang, selain bekal uang yang cukup, aku juga membawa perbekalan untuk kebutuhan selama 2-3 hari. Di lumajang sendiri tidak ada tempat yang aku tuju karena memang tidak memiliki teman maupun sanak-saudara.
Berangkat dari rumah setelah sholat subuh dengan mengendarai motor, membuatku sampai di Lumajang sebelum pukul 07.00. Waktu aku habiskan di warung kaki lima untuk sarapan, sebelum menuju ke perpustakaan daerah. Dibanding dengan Jember, perpustakaan daerah Lumajang ketika itu jauh lebih besar dan dengan koleksi buku yang juga lebih lengkap. Di perpustakaan daerah itulah waktu aku habiskan dari pagi hingga sore untuk melakukan study pustaka, karena banyak salinan naskah-naskah kuno yang harus aku pindah atau aku catat ulang. Maklum, meskipun sebentar naskah itu tidak boleh dipinjam dan difotocopy, sementara di perpustakaan itu sendiri tidak ada layanan foto copy. Di perpustakaan itu pula aku sholat dhuhur dan asyar, bahkan, tanpa sepengetahuan penjaga, aku memanfaatkan kamar mandi perpustakaan untuk membersihkan badan.
Sehabis maghrib, aku berpetualang dari warung ke warung. Dengan bermodal ratusan rupiah untuk membeli secangkir kopi dan beberapa potong kue, aku bisa memperoleh data dari mulut para pemilik warung. Menjelang pukul 24.00, aku sudah tidak kuat lagi menahan kantuk dan rasa lelah. Karena memang tidak ada yang aku tuju, dan uang saku juga tidak cukup untuk menyewa kamar hotel, akupun tidur di trotoar depan toko dengan ditemani motor yang selalu setia menemani perjalanku.
Keesokan harinya petualangan aku awali di perpustakaan, karena study pustaka yang aku lakukan masih belum rampung. Hanya saja kali ini tidak sampai sore. Selesai dhuhur, data yang aku kumpulkan di perpustakaan aku rasa sudah cukup, dan perjalanan aku lanjutkan ke gunung Puji, mengikuti petunjuk dari salah seorang pemilik warung yang aku datangi semalam.
Gunung Puji sebenarnya adalah sebuah bukit yang merupakan kaki gunung Lamongan, dan termasuk wilayah desa Papringan kecamatan Klakah. Untuk menuju ke tempat ini, dari kecamatan Klakah masih harus menempuh jarak sekitar 7 km ke arah timur. Celakanya, ketika itu hujan turun sangat lebat, sehingga selain harus menahan dingin dan terpaan air hujan, aku juga harus bergelut dengan medan yang berat, karena jalan yang aku lewati terdiri dari hamparan tanah liat dengan batu-batu yang berserakan di sepanjang jalan.
Beruntung pada waktu itu banyak kendaraan yang menuju ke Padepokan Sunyaruri yang berada di gunung Puji untuk mengikuti upacara Suroan, sehingga jalan yang aku lalui tidak sepi meski jauh dari perumahan dan dalam suasana hujan. Sesampai di padepokan Sunyaruri, lebih ramai lagi, karena ternyata di padepokan itu telah berkumpul banyak tamu. Mereka tidak hanya dating dari sekitar wilayah kabupaten Lumajang, tapi juga dari luar kabupaten. Hal tersebut bisa dilihat plat nomor mobil-mobil yang terparkir di sekitar padepokan tersebut.
Seperti halnya aku, tamu-tamu itu menghabiskan malam di padepokan Sunyaruri hingga pagi hari. Bedanya, jika mereka datang untuk mengikuti upacara ritual Suroan serta menunggu kalam dari Mbah Citro Dono Sasmito, juru kunci padepokan yang ramalannya dipercaya kebenarannya oleh para pengunjung padepokan, sedang aku tidak lebih dari usaha untuk mengumpulkan data atau lebih tepatnya cerita tentang gunung puji beserta legenda yang melingkupinya.
Pulang dari gunung Puji di pagi harinya, aku langsung berkeliling ke tempat-tempat wisata yang ada di sekitar Lumajang, seperti pantai Wot Galih dengan makam “Mbah Drajit”nya yang ada di kecamatan Yosowilangun, serta ke beberapa Ranu atau danau yang ada di Lumajang, seperti Ranu Klakah, Ranu Pakis, Ranu Yoso, Ranu Gumbolo, dan Ranu Bedali. Di tempat-tempat wisata itu sudah barang tentu tujuanku bukan untuk bersantai, tapi berburu narasumber yang bisa memberi tambahan data.
Banyaknya tempat yang aku kunjungi dalam sehari, ditambah dengan pikiran dan tenaga yang tidak pernah berhenti bergerak, membuatku merasa lelah saat meninggalkan tempat wisata yang terakhir aku kunjungi. Karena hari menjelang maghrib, aku sebenarnya bermaksud untuk langsung pulang ke Jember. Tapi, ketika mengerjakan sholat maghrib di salah satu masjid yang ada di Klakah, aku tidak kuasa menahan rasa kantuk. Sehingga tanpa sadar, aku tertidur di masjid itu, dan terbangun di tengah malam. Akhirnya, aku habiskan sekalian sisa waktu yang ada dengan duduk santai menunggu waktu subuh di masjid itu, dan baru keesokan harinya melanjutkan perjalanan pulang ke Jember. Menjelang pukul 07.00, sepeda motor yang aku kendarai memasuki halaman rumah.
Memanfaatkan data yang aku peroleh selama berpetualang di Lumajang itulah buku Kumpulan Cerita Rakyat Lumajang aku tulis. Butuh waktu sekitar satu minggu untuk merampungkannya. Setelah selesai dan terjilid rapi, naskah buku aku kirimkan ke Penerbit Grasindo. Alhamdulillah, sekitar satu bulan kemudian pihak Grasindo mengirimkan form kontrak kerja-sama yang harus aku tandatangani, dan tiga bulan berikutnya, datang kiriman buku Kumpulan Cerita Rakyat Lumajang yang aku tulis, sebagai nomor bukti yang diberikan Penerbit kepada Penulis.
Meski hanya sebuah buku Kumpulan Cerita Rakyat yang nota bene untuk konsumsi anak-anak, bagiku itu sebuah prestasi dan cukup membuatku merasa bangga. Kebanggaan itu bukan disebabkan karena nilai kontrak atau royalti yang aku peroleh lebih besar dibanding buku-bukuku yang telah terbit sebelumnya, tapi karena Buku Kumpulan Cerita Rakyat Lumajang itu diterbitkan oleh sebuah penerbit ternama. Rasa bangga itu semakin bertambah tatkala melihat buku tersebut dipajang di Toko Buku Gramedia Jember bersama buku-buku yang lain.
Berikut adalah screenshoot dari sampul depan dan belakang serta sebagian isi dari buku Kumpulan Cerita Rakyat Lumajang yang aku tulis. Image aku ambil dari [url]http://books.google.co.id.[/url]
Quote:
]
Bukti Follow Twitter & Like Facebook
Quote:
Bukti Promosi Thread di Twitter, Facebook, G+, dan Linkedin
Quote:
Diubah oleh agusjember 24-08-2014 16:15
0
2.7K
Kutip
13
Balasan
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan