- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
calon mentri pertanian jokowi setuju ga gan??


TS
.r4hma.
calon mentri pertanian jokowi setuju ga gan??

SURONO DANU
Spoiler for detik:

TERBANGGI BESAR-- Desa
Nambah Dadi, Kecamatan
Terbanggi Besar,
Kabupaten Lampung
hanyalah desa pertanian
biasa. Sebagian besar
penduduknya berprofesi
sebagai petani padi.
Namun, sejak beberapa
tahun terakhir, desa yang
didirikan oleh para
transmigran asal Pulau
Jawa itu menjadi sangat
terkenal. Sebab, dari desa
itulah lahir benih padi
lokal unggul yang kini
mulai dikembangkan di
beberapa daerah di
Indonesia.
Benih padi unggul itu
ditemukan oleh Surono
Danu, 66 tahun, seorang
petani sekaligus peneliti
padi asal Desa Nambah
Dadi.
Surono menemukan benih
padi unggul lokal setelah
lebih dari 20 tahun
melakukan penelitian
dengan biaya sendiri.
Usaha keras Surono
berawal dari keprihatinnya
melihat nasib petani yang
produksinya stagnan.
Selain itu, kegigihannya
menemukan padi unggul
lokal juga disemangati
oleh niat untuk
menyelamatkan padi
unggul lokal dari
kepunahan.
”Lama-kelamaan padi
unggul lokal akan punah
jika tidak dikembangkan,”
kata Surono.
Untuk mendapatkan benih
padi unggul, pada 1982
Surono kemudian
berkeliling Lampung,
Sumatera Selatan, dan
Bengkulu untuk
mengumpulkan benih padi
unggul lokal. Akhirnya
terkumpullah 183 jenis
benih padi lokal. Setelah
dilakukan serangkaian
percobaan, hasilnya hanya
varietas Dayang Rindu
sebagai pejantan dan
varietas Sirendah Sekam
Putih dan Sirendah Sekam
Kuning untuk betina yang
mampu menunjukkan
kualitas lebih baik.
Surono memilih padi
Sirendah Sekam Putih dan
Sirendah Sekam Kuning
yang baunya wangi dan
induk jantan dari Dayang
Rindu (produksi tinggi)
untuk terus diteliti. Pada
1985 Surono mulau
melakukan uji coba
penyilangan. Pada 1986
penyelingan menunjukkan
hasil. Namun, umur padi
unggul hasil persilangan
itu belum begitu
memuaskan. Dari tanam
hingga panen, usianya
masih sama dengan
varietas-varietas lainnya
yaitu 150 hari. Baru
setelah 10 tahun dilakukan
uji coba secara terus-
menerus terhadap varietas
Sertani-1, umur panen
bisa berkurang yakni dari
150 hari menjadi 105 hari.
”Meskipun berumur
pendek, kualitasnya tetap
sama. Selain itu Sertani-1
bisa tahan terhadap sawah
yang selalu kekurangan
air. Yang membuat saya
senang jumlah malai (bulir
padi pada tangkai padi)
jauh lebih banyak dari
varietas lainnya, yaitu bisa
mencapai 400 butir lebih,''
papar Surono.
Selain Sertani-1, Surono
bersama-sama komunitas
petani Lampung yang
tergabung dalam Serikat
Tani Indonesia (Sertani)
kini sedang
mengembangkan bibit
unggul lainnya bernama
Emespe. Emespe
kependekan dari Mari
Sejahterakan Petani.
Penelitian dan
pengembangan padi
unggul itu dilakukan di
rumah geribik Surono
Danu dan di
”laboratorium” yang
terletak di sebuah areal
sawah di Desa Nambah
Dadi, Kecamatan
Terbanggi Besar, Lampung
Tengah.
Sama seperti Sertani-1,
bibit padi unggul Emespe
juga didedikasikan oleh
Surono dan komunitas
Sertani Lampung untuk
para petani di seluruh
Indonesia. Lewat jaringan
kelompok tani dan
persatuan petani padi di
seluruh Indonesia, padi
Sertani-1 dan Emespe kini
mulai ditanam petani di
berbagai daerah di
Indonesia.
”Sertani-1 cocok untuk
lahan kering, sementara
Emespe cocok untuk lahan
yang banyak air. Artinya,
Sertani-1 sangat cocok
ditanam di daerah yang
selama ini kekurangan air.
Jadi, petani tak perlu
khawatir lagi menanam
padi pada saat musim
kemarau,” kata Anang
Prihantono, ketua umum
Sertani.
Satu hektare tanaman padi
Sertani-1 mampu
memproduksi gabah
hingga 14 ton. Benih ini
tidak memiliki perawatan
khusus bahkan tidak
membutuhkan suplai air
yang memadai karena
benih ini mampu
menyerap oksigen dengan
sendirinya. Justru dengan
pasokan air yang lebih
banyak, produksi menjadi
tidak maksimal. Benih ini
juga mampu hidup di
berbagai kondisi tanah
apa pun seperti
perladangan, gogo rancah,
sawah, dan salinitas atau
lahan yang kurang bagus
untuk produksi.
Satu hektare benih
Sertani-1 hanya
membutuhkan paling
banyak lima kwintal
pupuk. Yang lebih penting
lagi, Sertani-1 tahan
terhadap hama apa pun
seperti hama tikus. Bila
batang tanaman padi ini
digigit tikus, batangnya
mampu menutup luka
akibat gigitan hama hanya
dalam waktu 24 jam dan
tetap bisa tumbuh dengan
baik.
”Benih Sertani 1 memiliki
antibodi sendiri sehingga
lebih tahan terhadap
serangan penyakit. Saya
mengharapkan pemerintah
dapat memanfaatkan padi
ini untuk menjadi benih
unggul dalam
mendongkrak produksi
padi nasional," harap
Surono. (Oyos Saroso HN)
Lampung - Seorang petani di Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung Tengah, Lampung, Surono Danu (55), menemukan benih padi unggul lokal. Padi ini diberi nama Sertani 1. Satu hektar tanaman padi ini mampu memproduksi gabah hingga 14 ton. "Benih ini tidak memiliki perawatan khusus bahkan tidak membutuhkan suplai air yang memadai karena benih ini mampu menyerap oksigen dengan sendirinya," kata Surono kepada detikcom di kantor Serikat Tani Nasional (Sertani), Jalan Salim Batubara, Telukbetung, Lampung, Senin (12/11/2007). "Justru dengan pasokan air yang lebih banyak, produksi menjadi tidak maksimal," kata Surono Danu. Benih ini juga mampu hidup di berbagai kondisi tanah apa pun seperti perladangan, gogo rancah, sawah, dan salinitas atau lahan yang kurang bagus untuk produksi. Dari segi pemupukan, benih Sertani 1 ini hanya membutuhkan paling banyak lima kwintal per hektar dan tahan terhadap hama apa pun seperti hama tikus. Bila batang tanaman padi ini digigit tikus, maka batangnya mampu menutup luka akibat gigitan hama hanya dalam waktu 24 jam dan tetap bisa tumbuh dengan baik. Benih Sertani 1 memiliki antibodi sendiri sehingga lebih tahan terhadap serangan penyakit. Benih ini merupakan hasil persilangan antara jantan yang berasal dari Dayang Rindu dan betina dari Sirendah Sekam Kuning dan Sirendah Sekam putih. Upaya penemuan benih ini dimulai pada Desember 1982, bekerja sama dengan pejabat perekonomian di Lampung tentang perlunya inventarisasi padi unggul lokal Lampung. Berdasarkan hal tersebut, dari 1983-1984, Surono Danu mencari benih unggul lokal Lampung. Sampai akhirnya Surono menemukan dan membudidayakannya sebagai proyek percontohan di beberapa daerah seperti Lampung Tengah, Lampung Timur, Metro, dan Lampung Selatan. "Saya mengharapkan pemerintah dapat memanfaatkan padi ini untuk menjadi benih unggul dalam mendongkrak produksi padi nasional," harap Surono.
Spoiler for surono:
TEMPO.CO , Jakarta - Riset
pemuliaan tanaman padi selama 21
tahun membawa Surono Danu,
peneliti sekaligus aktivis Serikat
Petani Indonesia, menemukan padi
varietas unggul. Varietas itu diberi
nama Sertani I dan Mari Sejahterakan
Petani (MSP). "Penemuan ini
membuktikan bahwa orang Indonesia
mampu menciptakan produk
unggulan pertanian," katanya saat
dihubungi Tempo pada Rabu, 28 Mei
2014. (baca pula: Ini Tuntutan Petani
untuk Capres Terpilih).
Menurut Surono, ihwal penelitian
dalam rangka menemukan Sertani I
dan MSP dilatarbelakangi oleh
keprihatinannya menyaksikan laju
impor beras yang semakin kencang.
Padahal, ujarnya, Indonesia pernah
mencapai status sebagai lumbung
pangan dunia dan negara
swasembada pangan. "Kehadiran
Sertani I dan MSP sekaligus sebagai
bentuk protes terhadap kebijakan
impor beras yang dilakukan
pemerintah," katanya.
Lewat temuannya, Surono ingin agar
petani tidak lagi bergantung pada
bantuan pemerintah selama proses
bertani. Berkaca dari pengalamannya,
ketergantungan petani terhadap
pupuk dan ketersediaan benih hibrida
dari pemerintah membuat petani
Indonesia tidak berkembang. "Poin
penting kemandirian ialah petani bisa
memiliki posisi tawar jika ada
kebijakan yang merugikan," katanya.
Sertani I dan MSP merupakan varietas
padi unggulan yang memiliki usia
tanam relatif pendek dibanding
varietas lainnya. Padi Sertani I bisa
dipanen setelah 105 hari dilakukan
penyemaian. Adapun varietas MSP
punya masa panen lebih singkat,
yakni 95 hari.
Produktivitas padi Sertani I temuan
Surono juga lebih unggul dibanding
padi hibrida, yang berasal dari Cina,
yang marak ditanam petani Indonesia
saat ini. "Varietas Sertani I dan MSP
bisa menghasilkan 13 ton per hektar
ketika musim panen tiba," katanya.
Keunggulan itu ia harapkan membuat
pemerintah tidak lagi melirik padi
hibrida asal Cina sebagai benih yang
ditanam di Indonesia.
Selain itu, kata Surono, padi varietas
unggul temuannya dinilai adaptif dan
tahan terhadap serangan hama,
terutama wereng. "Secara kualitas,
Sertani I dan MSP lebih unggul dari
padi hibrida Cina yang tidak cocok
ditanam di daerah tropis seperti
Indonesia karena karateristik lahan
dan lingkungan yang berbeda," dia
menjelaskan.
Keunggulan yang dimiliki padi Sertani
I dan MSP ternyata tidak membuat
Surono berambisi untuk
memperkenalkan temuannya ke
seluruh pelosok Indonesia. "Biarkan
masing-masing daerah
mengembangkan padi varietas lokal
yang dimiliki. Saya yakin tiap-tiap
daerah punya karakteristik padi
unggul yang unik," katanya. Ini
nasihat bagus untuk calon presiden
mendatang, Jokowi-JK
Spoiler for update:

0
2.3K
Kutip
4
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan