Kaskus

Entertainment

semangatgarudaAvatar border
TS
semangatgaruda
17 Agustus Dulu dan Kini
Sebentar lagi kita akan merayakan 17 Agustus, hari yang amat sangat bersejarah bagi bangsa kita yang tercinta ini. Hari diamana kita akan memperingati kemerdakaan bangsa ini yang kini sudah menginjak usia ke-69. Usia yang cukup matang bagi sebuah bangsa. Namun, usia tersebut ternyata masih belum juga membawa kita kepada kemajuan dan kesejahteraan.

Dulu Bulan Agustus selalu menjadi bulan yang paling meriah diantara 11 bulan lainnya. Gapura di setiap gang di cat baru. Umbul-umbul dipasang di jalan raya. Aneka macam hiasan dari kertas berwarna merah putih menghias sebagian besar rumah warga. Pagi hari masyarakat banyak yang melakukan kerja bakti membersihkan kampung, sorenya diadakan berbagai macam lomba. Suasana riuh karena semua warga turut berpartisipasi, mengikuti lomba atau sekedar bersorak menjadi penonton. Anak-anak dengan antusiasnya mengikuti setiap perlombaan yang diadakan. Setiap anak ingin jadi juara. Jika tak jadi juara lomba lari, maka masih ada harapan menjadi juara lomba balap karung.

Dalam lomba balap karung kalah, masih ada harapan juara lomba makan kerupuk. Penyemangat mereka adalah hadiah bagi para juara lomba yang dananya berasal dari iuran warga yang dikumpulkan oleh para pemuda kampung dengan berkeliling ke rumah warga,sekaligus menjadi panitia segala kegiatan yang berhubungan dengan peringatan 17 Agustus..
Namun, kini bulan Agustus tak lagi istimewa dan ditunggu-tunggu. Sudah sangat jarang ditemukan umbul-umbul, pengecatan gapura, dan kerja bakti membersihkan kampung. Jarang sekali atau bahkan tidak ada lagi para pemuda yang menjadi penggerak dan pengumpul dana karena banyak yang lebih memilih merantau ke kota. Aneka lomba tujuhbelasan pun sepi peminat, anak-anak tak lagi antusias.

Para orang tua lebih suka diam di depan TV dibanding berkumpul meramaikan lomba. Padahal hadiah yang ditawarkan juga makin besar nilainya. Ritual upacara bendera pun hanya sebatas seremoni saja. Tak lagi khidmat, tak lagi syahdu.

Memaknai kemerdekaan memang tak semata dengan aneka lomba, tak semata-mata dengan ikut upacara bendera tetapi yang penting adalah pemaknaan arti dari kemerdekaan itu sendiri. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memaknai dan merenungkan kembali bagaimana perjuangan para pendahulu kita. Seperti Mengunjungi para veteran perang, mendengarkan kisah mereka. Dapat mengingatkan kembali betapa susahnya para pendahulu kita, betapa beratnya perjuangan mereka untuk memperoleh satu kata, MERDEKA. Mengunjungi museum, mendengarkan diorama yang diputar disana. Jika hati masih peka, pasti kita akan terbawa ke suasana masa lalu. Kita diingatkan kembali bahwa untuk MERDEKA itu tidaklah mudah. Ada banyak yang harus dikorbankan.

Sebetulnya, kita itu masih belum bisa dikatakan sepenuhnya merdeka. Kalau secara fisik, kita memang sudah merdeka, lepas dari belenggu penjajah. Tetapi secara tidak langsung atau secara halus kita itu masih terjajah. Seperti dalam hal ekonomi, pendidikan, budaya dan bidang kehidupan lainnya. Coba lihat, kita masih saja tergantung pada pihak lain, dalam hal ini: asing. Dalam hal ekonomi kita sudah jelas masih terjajah. Kita kalah bersaing dengan negara lain. Hal tersebut tercemin dengan masih banyaknya kemiskinan, pengangguran dan sempitnya lapangan pekerjaan. Padahal, kita semestinya bisa menjadi negara dengan ekonomi yang kuat. Sebab, kita didukung oleh sumber daya yang melimpah. Salah satunya: sumber daya alam. Tapi, sumber daya yang kita miliki malah dinikmatinya oleh asing.

Perusahaan-perusahaan multinasional dengan leluasanya mengeruk sumber daya kita. Memang, mereka datang kesini untuk tujuan investasi. Menanamkan modal. Akan tetapi, kalau akhirnya hanya untuk mengeruk habis sumber daya kita, ya tentu itu tidak bisa dibiarkan.
Tentu, para pendiri bangsa ini akan sedih kalau melihat kedaan bangsa hari ini. Korupsi yang merajalela. Kemiskinan yang masih betah berasama kita. Sumber daya kita yang hanya dimanfaatkan oleh asing. Dan masih banyak lainnya. Padahal, dulu para pendiri bangsa ini tentunya menginginkan Indonesia bisa menjadi negara yang besar dan maju. Bung Karno misalnya, ingin bangsa ini menjadi bangsa yang mandiri. Tidak bergantung pada pihak lain. Atau Bung Hatta yang menginginkan sumber daya-sumber daya yang menyangkut hajat hidup orang banyak agar di kuasai oleh negara saja. Namun, kita bisa lihat sekarang, banyak sumber daya kita yang jatuh ke tangan asing dan swasta yang hanya akhirnya hanya menguntungkan segelintir orang saja.

Kemudian, kita bisa lihat pertikaian antar golongan yang sangat bertentangan sekali dengan prinsip negara kita: yang menjunjung tinggi persatuan dan perdamaian, meskipun berbeda agama, etnis, budaya ataupun bahasa. Kini, malah banyak pertikaian yang dikarenakan masalah agama atau etnis.

Lalu, gernerasi muda kita yang memprihatinkan. Kini, mayoritas generasi muda bangsa ini mempunyai rasa nasionalisme yang amatlah rendah. Para pemuda kita sudah tergerus oleh budaya asing dan lupa dengan budayanya sendiri. Itu tercermin dalam sikapnya sehari-hari, seperti enggan menggunakan bahasa daerah. Kalau pakai bahasa Indonesia pun kadang campur dengan bahasa asing. Pokoknya, bisa dikatakan sangat memprihatinkan. Dan tentu masih banyak hal-hal yang masih patut kita renungkan oleh bangsa ini diusianya yang semakin tua ini.
Maka, seharusnya momentum ini kita gunakan untuk merubah keadaan. Kita harus sadar, bahwa kita itu adalah bangsa yang masih terbelakang dalam artian ekonominya masih carut-marut. Boleh dikatakan, bangsa kita ini belum menemukan jati dirinya. Kita mesti mau berubah. Kita tidak boleh jalan di tempat.

Seharusnya kita malu dengan negara tetangga Malaysia misalnya, yang lebih muda dari kita namun pertumbuhan dalam hal ekonominya cukup bagus dibanding dengan negara kita. Dengan bisa kita lihat peruasahaan Malaysia kini banyak yang beroperasi disini. Seperti Petronas dan Proton.
Jadi, marilah kita manfaatkan momentum 17 Agustus ini untuk memperbaiki keadaan bangsa ini. Momentum ini jangan cuma acara ceremonial-nya saja yang diutamakan. Sebab, sekali lagi, yang paling penting adalah bagaimana momentum ini membawa perubahan kearah yang lebih baik bagi bangsa ini.

Kemerdekaan, sudah selayaknya dimanfaatkan dengan baik. Dengan tetap memperhatikan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Jika para pendahulu kita telah mengorbankan harta benda bahkan juga nyawa demi sebuah kemerdekaan, maka apa yang kini dapat kita lakukan untuk mengisi kemerdekaan itu? Marilah kita merenung sejenak dan bertanya kepada diri sendiria apa yang dapat kita berikan untuk Indonesia yang telah merdeka ini? Keterpurukankah atau Kemajuan. Hidup ini adalah hasil dari apa yang kamu pikirkan (Albert Einsten)

Bagaimana pun juga bila orang membangun sebuah rumah fisik dan pastinya dia sudah membangun bentuk rumah didalam Angannya terlebih dahulu. Karena tanpa ikrar proklamasi 17 Agustus, negara ini mungkin tidak akan merdeka. Kemerdekaan adalah suatu hal yang nyata sedangkan proklamasi adalah Plan atau Angan- angan yang dibentuk didalam Pikiran Pahlawan bangsa. Ir. Soekarno paham bahwa Ciptaan mental medahului Ciptaan fisik . Tidak lah mungkin ciptaan Fisik (berupa negara merdeka) terwujud tanpa kita dahulukan Ciptaan mental(proklamasi) terlebih dahulu.

MERDEKA!! MERDEKA!! MERDEKA!!
emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)emoticon-I Love Indonesia (S)
0
1.3K
7
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan