Sinetron memberi gambaran tidak realistis tentang kehidupan ibu kota.

VIVAnews - Usai lebaran tahun ini, DKI Jakarta diperkirakan kedatangan 68.500 penduduk baru. Jumlah itu meningkat 31 persen dibanding tahun sebelumnya. Pada 2013, Ibu Kota kedatangan 52 ribu orang saja.

Menurut Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) DKI Jakarta Purba Hutapea, jumlah itu masih tergolong tinggi. Sebabnya, masyarakat daerah kebanyakan terbuai dengan gambaran yang tidak realistis tentang kehidupan di ibu kota, yang didapat dari media televisi.

“Mereka lihat di televisi setiap hari Jakarta menggambarkan kemewahan, seperti di sinetron-sinetron. Jarang televisi kita menyiarkan kesulitan kenyataan hidup di sini. Itu yang memberi halusinasi kepada masyarakat sehingga mereka berpindah ke Jakarta,” kata Purba, Selasa, 5 Agustus 2014.

Selain itu, lanjut Purba, Jakarta sebagai ibu kota juga memiliki daya tarik sendiri yang tidak dimiliki oleh daerah lain. Terutama, Upah Minimum Provinsi (UMP)-nya yang mencapai hingga Rp2,4 juta.

“Salah satu yang membuat Jakarta masih menarik adalah upahnya yang tinggi, berbeda dengan di desa. Jadi itu sebetulnya yang jadi penariknya. Walaupun upahnya di sini tinggi, sebenarnya yang harus disadari juga adalah biaya hidupnya yang tinggi,” Purba menuturkan.

Untuk menangani tingginya pendatang baru di Jakarta, Disdukcapil berencana mengadakan Operasi Pembinaan Penduduk (Binduk) di H+21 Lebaran, atau mulai tanggal 21 Agustus nanti.

Menurut Purba, operasi bina kependudukan itu bertujuan mengontrol mobilitas para pendatang baru di Jakarta. Dijelaskan, ia akan bekerja sama dengan RT, RW, dan Sudin Kependudukan.

Pendatang baru akan dikontrol di mana tempat tinggalnya, apa pekerjaannya, serta statusnya di Dukcapil asal. “Sekaligus kami lakukan sosialisasi tentang dokumen-dokumen kependudukan yang harus mereka miliki serta bagaimana memperolehnya,” ujarnya. (ita)

http://m.news.viva.co.id/news/read/5...asi-ke-jakarta

setelah sampai ibu kota, penonton kecewa