

TS
kurniadihusengo
PENANGANAN NYERI KRONIS DENGAN RADIOFREKUENSI
Nyeri kadang membuat kita menjadi tidak nyaman. Kini degan radiofrekuensi , nyeri bisa diatasi tanpa ada kelainan fungsi syaraf.
Hampir dapat dikatakan bahwa semua orang pernah mengalami nyeri. Menurut International Association for the Study of Pain , nyeri didefinisikan sebagai an unpleasant sensory of emotional experience associated with actual or potential tissue damage , or described in term of such damage (IASP 1979). Persepsi nyeri selalu bersifat subyektif. Nyeri bisa disebabkan oleh kerusakan jaringan dan bisa tidak. Oleh karena itu pengalaman nyeri mempunyai aspek multidimensi : biologis , psikologis , dan sosial.
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut , kronis yang tidak berhubungan dengan keganasan (non malignant) dan kronis yang berhubungan dengan keganasan (malignant). Ketiga jenis nyeri ini berbeda penyebab , gejala dan terapinya.
Nyeri akut dicirikan penyebabnya jelas , timbulnya cepat dan waktunya terbatas.
Sedang nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari 6 bulan atau nyeri yang berlangsung lebih dari yang diharapkan. Nyeri kronis dan menetap menimbulkan banyak masalah psikologis dan sosial. Ada berbagai macam cara pengobatan nyeri mengingat penyebab nyeri multidimensi dan ini memerlukan penanganan yang menyeluruh. Secara garis besar terapi nyeri meliputi : terapi farmakologis (dengan obat-obatan yang diminum) , blok syaraf , terapi fisik (fisioterapi) , psikoterapi , akupuntur , terapi bio feed back , terapi relaksasi dan gabungan dari 2 atau lebih cara pengobatan di atas. Radiofrekuensi dapat digolongkan ke dalam blok syaraf.
Radiofrekuensi adalah energi listrik dengan ciri khusus. Listrik yang kita pakai sehari-hari di rumah memakai frekuensi 50/detik. Sedang pada radiofrekuensi , frekuensi yang dipakai jauh lebih tinggi yaitu 500.000/detik. Jarum yang dipakai dirancang khusus dan diposisikan dekat dengan syaraf yang menyebabkan nyeri.
Dengan bantuan sinar X , jarum dapat diposisikan dengan akurat. Setelah itu arus listrik radiofrekuensi dialirkan melalui jarum tadi sehingga ujung jarum menjadi panas. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada syaraf sangat selektif dan sedikit yang cukup untuk menghilangkan nyeri tanpa ada kelainan fungsi.
Akhir-akhir ini dikembangkan alat radiofrekuensu berdenyut untuk menyempurnakan alat radiofrekuensi yang kontinyu.
Arus listrik yang dipakai sama , namun arus tidak dipakai terus menerus , melainkan berupa burst pendek 2x/detik sehingga ada jeda untuk mencegah terjadi panas berlebihan. Dengan tehnik ini panas yang terjadi tidak melebihi 42 derajat Celcius karena antara 43-45 derajat Celcius syaraf akan rusak menetap. Pada ujung jarum akan timbul medan listrik , karena pengaruh medan listrik ini perilaku syaraf berubah sehingga tidak dapat menghantarkan nyeri.
Kerjasama antara dokter dengan pasien setelah tindakan blok diagnostik sangat penting. Hanya pasienlah yang dapat memberitahu apakah nyeri masih ada atau sudah hilang. Harus disadari bahwa blok diagnostik ini dilakukan untuk mencari informasi mengenai struktur tulang belakang dan syaraf yang menyebakan nyeri , bukan untuk meramalkan hasil terapi radiofrekuensi.
Selama 4 minggu pertama setelah pengobatan bisa terjadi beberapa kemungkinan. Nyeri bisa langsung hilang tanpa kambuh. Kadang seminggu sampai 2 minggu setelah terapi , nyeri bisa sedikit meningkat sebelum akhirnya nyeri hilang.
Hal yang perlu diletahui adalah setelah suatu tahap pengobatan , nyeri dapat kembali lagi. Hal ini disebabkan perubahan syaraf oleh radiofrekuensi berdenyut tidak permanen. Bila tidak ada aliran listrik lagi pada syaraf , secara bertahap keadaan kembali seperti semula dan prosedur harus diulangi lagi. Lama perubahan ini bersifat perorangan. Pada sebagian besar pasien perubahan ini berkisar antara 4 bulan sampai beberapa tahun.
Radiofrekuensi seperti halnya prosedur yang lain mempunyai indikasi dan kontraindikasi. Sebelum melakukan terapi radiofrekuensi perlu dipertimbangkan hal-hal berikut :
. Nyeri sudah diterapi dengan pengobatan non invasif namun tidak berhasil
. Faktor psikologis dan sosial tidak berpengaruh besar terhadap persepsi nyeri
. Tidak ada ketergantungan narkotik
. Bukan nyeri pada gangguan syaraf pusat
. Lokasi nyeri konstan dan daerah nyeri terbatas
. Blok diagnostik positif
Sindroma nyeri kronik yang berhasil cukup baik terhadap terapi radiofrekuensi adalah :
. Nyeri wajah/kepala
. Nyeri kepala akibat kelainan syaraf leher
. Nyeri leher akibat kelainan sendi facet di leher
. Nyeri dari leher sampai ke bahu
. Nyeri kronis pada bahu dan iga
. Nyeri pinggang akibat kelainan sendi facet di tulang pinggang/syaraf teriritasi/kelainan bantalan ruas antar tulang belakang
. Nyeri pinggang akibat gangguan sendi tulang kelangkang dan tulang panggul
. Nyeri tulang ekor
. Nyeri akibat rangsang simpatis yang berlebihan
Sumber : Dr. Sugeng Wibisono , SpAn
Hampir dapat dikatakan bahwa semua orang pernah mengalami nyeri. Menurut International Association for the Study of Pain , nyeri didefinisikan sebagai an unpleasant sensory of emotional experience associated with actual or potential tissue damage , or described in term of such damage (IASP 1979). Persepsi nyeri selalu bersifat subyektif. Nyeri bisa disebabkan oleh kerusakan jaringan dan bisa tidak. Oleh karena itu pengalaman nyeri mempunyai aspek multidimensi : biologis , psikologis , dan sosial.
Nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut , kronis yang tidak berhubungan dengan keganasan (non malignant) dan kronis yang berhubungan dengan keganasan (malignant). Ketiga jenis nyeri ini berbeda penyebab , gejala dan terapinya.
Nyeri akut dicirikan penyebabnya jelas , timbulnya cepat dan waktunya terbatas.
Sedang nyeri kronis didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung lebih dari 6 bulan atau nyeri yang berlangsung lebih dari yang diharapkan. Nyeri kronis dan menetap menimbulkan banyak masalah psikologis dan sosial. Ada berbagai macam cara pengobatan nyeri mengingat penyebab nyeri multidimensi dan ini memerlukan penanganan yang menyeluruh. Secara garis besar terapi nyeri meliputi : terapi farmakologis (dengan obat-obatan yang diminum) , blok syaraf , terapi fisik (fisioterapi) , psikoterapi , akupuntur , terapi bio feed back , terapi relaksasi dan gabungan dari 2 atau lebih cara pengobatan di atas. Radiofrekuensi dapat digolongkan ke dalam blok syaraf.
Radiofrekuensi adalah energi listrik dengan ciri khusus. Listrik yang kita pakai sehari-hari di rumah memakai frekuensi 50/detik. Sedang pada radiofrekuensi , frekuensi yang dipakai jauh lebih tinggi yaitu 500.000/detik. Jarum yang dipakai dirancang khusus dan diposisikan dekat dengan syaraf yang menyebabkan nyeri.
Dengan bantuan sinar X , jarum dapat diposisikan dengan akurat. Setelah itu arus listrik radiofrekuensi dialirkan melalui jarum tadi sehingga ujung jarum menjadi panas. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada syaraf sangat selektif dan sedikit yang cukup untuk menghilangkan nyeri tanpa ada kelainan fungsi.
Akhir-akhir ini dikembangkan alat radiofrekuensu berdenyut untuk menyempurnakan alat radiofrekuensi yang kontinyu.
Arus listrik yang dipakai sama , namun arus tidak dipakai terus menerus , melainkan berupa burst pendek 2x/detik sehingga ada jeda untuk mencegah terjadi panas berlebihan. Dengan tehnik ini panas yang terjadi tidak melebihi 42 derajat Celcius karena antara 43-45 derajat Celcius syaraf akan rusak menetap. Pada ujung jarum akan timbul medan listrik , karena pengaruh medan listrik ini perilaku syaraf berubah sehingga tidak dapat menghantarkan nyeri.
Kerjasama antara dokter dengan pasien setelah tindakan blok diagnostik sangat penting. Hanya pasienlah yang dapat memberitahu apakah nyeri masih ada atau sudah hilang. Harus disadari bahwa blok diagnostik ini dilakukan untuk mencari informasi mengenai struktur tulang belakang dan syaraf yang menyebakan nyeri , bukan untuk meramalkan hasil terapi radiofrekuensi.
Selama 4 minggu pertama setelah pengobatan bisa terjadi beberapa kemungkinan. Nyeri bisa langsung hilang tanpa kambuh. Kadang seminggu sampai 2 minggu setelah terapi , nyeri bisa sedikit meningkat sebelum akhirnya nyeri hilang.
Hal yang perlu diletahui adalah setelah suatu tahap pengobatan , nyeri dapat kembali lagi. Hal ini disebabkan perubahan syaraf oleh radiofrekuensi berdenyut tidak permanen. Bila tidak ada aliran listrik lagi pada syaraf , secara bertahap keadaan kembali seperti semula dan prosedur harus diulangi lagi. Lama perubahan ini bersifat perorangan. Pada sebagian besar pasien perubahan ini berkisar antara 4 bulan sampai beberapa tahun.
Radiofrekuensi seperti halnya prosedur yang lain mempunyai indikasi dan kontraindikasi. Sebelum melakukan terapi radiofrekuensi perlu dipertimbangkan hal-hal berikut :
. Nyeri sudah diterapi dengan pengobatan non invasif namun tidak berhasil
. Faktor psikologis dan sosial tidak berpengaruh besar terhadap persepsi nyeri
. Tidak ada ketergantungan narkotik
. Bukan nyeri pada gangguan syaraf pusat
. Lokasi nyeri konstan dan daerah nyeri terbatas
. Blok diagnostik positif
Sindroma nyeri kronik yang berhasil cukup baik terhadap terapi radiofrekuensi adalah :
. Nyeri wajah/kepala
. Nyeri kepala akibat kelainan syaraf leher
. Nyeri leher akibat kelainan sendi facet di leher
. Nyeri dari leher sampai ke bahu
. Nyeri kronis pada bahu dan iga
. Nyeri pinggang akibat kelainan sendi facet di tulang pinggang/syaraf teriritasi/kelainan bantalan ruas antar tulang belakang
. Nyeri pinggang akibat gangguan sendi tulang kelangkang dan tulang panggul
. Nyeri tulang ekor
. Nyeri akibat rangsang simpatis yang berlebihan
Sumber : Dr. Sugeng Wibisono , SpAn
0
5.3K
1
Thread Digembok
Urutan
Terbaru
Terlama
Thread Digembok
Komunitas Pilihan