- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kisah Cinta Ini Bikin Meneteskan Air Mata


TS
tengkorakece
Kisah Cinta Ini Bikin Meneteskan Air Mata





Quote:
Spoiler for Repost? Check dah !:


Quote:
Spoiler for Image:

Cinta bukan hanya tentang kisah asmara, tetapi juga rasa cinta yang kita tunjukkan untuk orang-orang terdekat kita. Mulai dari orang tua, saudara, teman, dan kolega. Dan lima kisah cinta ini bisa memberi Anda gambaran bahwa rasa cinta bisa memberi Anda kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan dan mulai menghargai arti sebuah kehidupan. Berikut adalah lima kisah cinta yang bisa bikin Anda meneteskan air mata.
Quote:
Spoiler for 1.Menikah di Rumah Sakit, Pria Ini Meninggal Beberapa Jam Kemudian:

Hidup terkadang memang tidak adil. Sepasang sejoli yang seharusnya bisa hidup bersama terpaksa berpisah karena sakit parah.
Kisah tragis ini dialami oleh Rowden Go dan Leizel May. Rowden, 30, sangat mencintai kekasihnya dan berharap bisa menikahinya pada tanggal 8 Juli mendatang. Namun, apa boleh dikata, takdir harus berkata lain.
Menjelang hari bahagianya, Rowden didiagnosis menderita kanker hati stadium IV. Rowden tetap meminta Leizel untuk menikah dengannya, meski kondisinya sedang kritis. Semua itu dilakukannya karena dia begitu mencintai kekasihnya.
Wanita yang selalu setia mendampingi Rowden itu langsung menerima pinangan pria pujaannya tanpa pikir panjang. Karena kondisi Rowden yang lemah, dia dan kekasihnya terpaksa melangsungkan pernikahan mereka di rumah sakit.
Setelah 12 jam mempersiapkan pernikahan tersebut, dua sejoli itu akhirnya menikah. Pasangan yang saling jatuh cinta itu pun dikelilingi oleh sanak-saudara mereka yang ikut merasa bahagia dengan pernikahan tersebut. Sayangnya, beberapa jam kemudian, Rowden menghembuskan napas terakhirnya dan meninggalkan istrinya, Leizel.
Untuk menyaksikan bagaimana cinta sejati harus berakhir secara tragis, Anda bisa menonton video pernikahan Rowden dan Leizel di bawah ini.

Quote:
Spoiler for 2.Dibuang Ortu Kandung, Gadis Ini Dibesarkan Pasutri Tunawisma:

Tujuh tahun lalu, Xiong Jianguo, 50, menemukan sesuatu di tong sampah yang berhasil mengubah hidupnya. Pria itu menemukan seorang bayi perempuan di dalam sebuah kotak.
Gadis yang kini berusia 7 tahun itu kemudian diberi nama Yanyan. Meski Xiong hanyalah seorang tunawisma, dia merasa sangat terharu ketika melihat keadaan Yanyan. Dia pun memutuskan untuk membesarkannya sebagai anaknya sendiri.
Menurut Xiong, Yanyan kemungkinan besar adalah anak yang lahir dari keluarga yang tidak menginginkan anak perempuan.
"Saya menemukannya ketika sedang mencari botol plastik di tong sampah untuk saya jual," ungkap Xiong kepada 21 News.
Bayi yang masih merah itu ditemukannya dalam kondisi terbungkus selimut di sebuah kotak. Di dalam kotak tersebut, Xiong juga menemukan sebuah kertas berisi tulisan: lahir pada tanggal 15 Oktober 2007. Bayi itu tampak begitu tidak berdaya sehingga Xiong memutuskan untuk membawanya pulang.
Saat itu, dia masih tinggal bersama istrinya di sebuah ruangan kecil. Pasangan baik hati itu lantas membeli botol susu untuk memberinya makan, dan sejak itulah dia memutuskan untuk merawatnya selama dia bisa.
"Tidak peduli seberapa sulit hidup saya, saya berniat untuk membesarkannya sampai dia cukup dewasa untuk berdiri di atas dua kakinya sendiri," katanya.
Xiong bahkan tidak ingin menitipkan Yanyan di panti asuhan karena dia tidak percaya bahwa putrinya akan memiliki kehidupan yang baik di sana. Sayangnya, Yanyan tidak memiliki banyak kesempatan untuk bersekolah sebab keterbatasan yang dimiliki oleh ayah angkatnya. Meski Xiong sendiri tidak memiliki pendidikan yang tinggi, dia tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik dengan mengajari Yanyan membaca, menulis, dan berhitung semampunya.
Dia juga meminta bantuan beberapa teman tunawismanya untuk mengajari Yanyan soal matematika yang agak rumit. Kini, putri kecil Xiong sudah bisa membaca puisi dan kisah-kisah dongeng dengan lancar. Yanyan sering menghibur teman-temannya di bawah jembatan dengan membacakan mereka dongeng atau puisi yang dikuasainya.
Xiong sendiri sebetulnya juga memiliki kisah hidup yang tak kalah sedihnya dengan Yanyan. Orang tua Xiong meninggal ketika usianya masih sangat muda, sehingga dia hanya mampu menamatkan pendidikan sampai kelas tiga SD. Istri Xiong meninggal pada tahun 2012 dan rumah tempat mereka tinggal juga sudah dihancurkan. Jadi, dia kini terpaksa tinggal di bawah jembatan bersama Yanyan. Namun, semua kesulitan itu tidak pernah membuatnya menyerah untuk membesarkan Yanyan.
Meskipun hidup di jalanan sangat sulit, Yanyan tidak pernah mengeluh. Xiong mengatakan bahwa mereka sering tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka dan sering tidak ada cukup makanan untuk dimakan.
"Selama itu bersama ayah, itu adalah rumah," celetuk Yanyan dengan mata berbinar.
Reporter yang menemui Xiong di bawah jembatan menyadari bahwa tubuh Yanyan dipenuhi gigitan nyamuk. Pada usia 4 tahun, Yanyan menderita sakit yang serius, namun dia pulih dengan cepat dan sejak itu dia jarang sekali sakit.
Yanyan tidak bisa secara resmi diadopsi karena Xiong tidak memenuhi persyaratan. Sayangnya, Biro Urusan Sipil Nanchang belum banyak membantu dalam hal ini. Xiong tidak begitu ambil pusing dengan masalah adopsi. Dia hanya berharap bahwa suatu hari nanti Yanyan akan memiliki pekerjaan tetap dan menjadi orang yang berguna bagi masyarakat.
"Saya berharap mimpinya bisa menjadi kenyataan!" tandasnya.
Quote:
Spoiler for 3. 24 Tahun Lunasi Utang Demi Biaya Perawatan Istri:

Dua puluh empat tahun lalu, ketika Ren Chun'ai jatuh sakit, Mei Guanghan tidak punya uang untuk membayar biaya perawatan istrinya. Dia tidak memiliki pilihan lain, selain terpaksa meminjam 70.000 yuan (sekitar Rp 129 juta) dari ratusan tetangganya.
Sejak itu, Mei yang hanya seorang petani miskin dari Tingpang, Provinsi Zhejiang, China, berjanji pada dirinya, bahwa dia akan mengembalikan semua utangnya. Dan setelah puluhan tahun hidup dalam kemiskinan, dia berhasil mencapai tujuannya.
Dulu, kehidupan Mei dan istrinya tidak seperti sekarang. Dia hidup bahagia bersama istrinya, Ren Chun'ai, dan putrinya yang saat itu masih berusia 15 tahun. Sayangnya, takdir berkata lain, ketika pada tahun 1990, Ren yang naik traktor ke kota untuk membeli bahan makanan dalam perjalanan kembali ke desa mengalami kecelakaan yang mengerikan.
"Saya bertabrakan dengan traktor lain dan jatuh ke lembah. Tubuh saya menghantam batu dan setelah itu saya koma," tutur Ren kepada ChinaNews.
Biaya medis yang diperlukan untuk menyelamatkan hidup Ren sangat besar, sehingga Mei harus meminjam uang dari pintu ke pintu. Dia pergi dengan membawa buku catatan kecil berwarna cokelat untuk mencatat setiap nama dan jumlah uang yang mereka pinjamkan kepadanya.
"Suatu hari saya akan kembali, mengetuk pintu Anda dengan membawa uang Anda," Mei mengenang kata-kata yang disampaikannya kepada ratusan tetangganya.
Selama 15 tahun berikutnya, Mei menabung setiap sen yang didapatnya, mengelola uang itu untuk mengembalikan semua utangnya. Dia tinggal bersama istrinya di sebuah rumah yang hanya memiliki satu kamar tidur. Sungguh luar biasa, bagaimana mungkin dia bisa mengembalikan semua utangnya, saat dia sendiri hampir tidak mampu untuk makan. Namun bukan Mei namanya, kalau harus menyerah terhadap keadaan.
"Dia adalah pria yang baik dan terhormat," Ren memuji suaminya, "Dia rela hidup miskin sepanjang hidupnya hanya untuk bisa membayar semua utangnya."
Kegigihan Mei untuk mengembalikan semua utangnya selama belasan tahun, bukan satu-satunya hal yang membuat sosoknya jadi begitu dikagumi saat ini. Pria 66 tahun itu rela merawat istrinya yang lumpuh selama 24 tahun tanpa pernah sekalipun berpikir untuk meninggalkannya. Setiap pagi, sebelum pergi ke ladang, Mei akan menyempatkan diri untuk memandikan dan menyuapi istrinya. Dia percaya bahwa tanpa kehadiran Ren, rumahnya akan terasa sepi.
Meski kini dia telah melunasi semua utangnya, dia tetap menyimpan buku cokelatnya sebagai pengingat untuk masa-masa sulit yang pernah dilaluinya. Dia ingin memberikan buku itu kepada anaknya, supaya dia tidak pernah lupa bagaimana orang-orang baik itu mau menyelamatkan nyawa ibunya.
Quote:
Spoiler for 4. Demi Sekolah, Nenek 66 Tahun Gendong Cucu Sejauh 4km:

Banyak penduduk kota yang mengeluhkan ketepatan waktu dan kenyamanan pada moda transportasi umum, yang biasa mereka tumpangi ketika hendak pergi sekolah atau bekerja. Namun, mereka sering lupa bahwa sebenarnya mereka sangat beruntung karena dapat bepergian dengan berbagai jenis moda transportasi umum yang tersedia di daerah perkotaan. Beberapa anak yang tinggal di pinggiran kota atau pedesaan menghabiskan waktu berjam-jam dengan berjalan kaki, beberapa bahkan harus menyeberangi gunung atau sungai hanya untuk sampai ke sekolah.
Di suatu tempat di kota Yibin, Provinsi Szechuan, China, seorang nenek berusia 66 tahun berjalan sejauh empat kilometer - 2 km sekali jalan - setiap harinya untuk mengantar cucunya yang cacat ke sekolah. Tanpa lelah, dia menggendong cucunya sembari menyusuri jalan setapak di sekitar pegunungan. Dan, mereka tidak pernah terlambat ke sekolah!
Fang Qiu Mei, yang kini berusia 14 tahun itu, lahir dengan kondisi kaki yang tidak normal, yang membuatnya merasa sakit saat berdiri. Fang bahkan hanya mampu berdiri selama beberapa menit dengan bantuan kruk. Karena kondisinya, dia memiliki kesulitan berjalan, dan selalu membutuhkan bantuan untuk bergerak.
Seperti dikutip dari ETtoday, ketika Fang baru berusia dua tahun, ayahnya meninggalkan rumah, dan ibunya menikah lagi. Fang kemudian diserahkan kepada kakek-neneknya untuk dirawat. Sayangnya, nasib malang seperti tidak ingin pergi dari kehidupannya. Kakeknya yang sudah tua dan sakit-sakitan, membuat Fang dan kakeknya sangat tergantung pada neneknya.
Jam masuk sekolah Fang adalah pukul 08.30. Agar tidak terlambat, nenek biasanya bangun pukul 05.00 dan kemudian mempersiapkan semua yang dibutuhkan Fang dan dirinya selama perjalanan. Nenek meninggalkan rumah bersama Fang tepat pukul 07.00. Demi bisa melihat cucunya menuntut ilmu seperti anak sebayanya, nenek rela menggendong Fang selama hampir satu setengah jam. Dia bahkan harus menempuh rute sejauh sekitar dua kilometer untuk sampai ke sekolah Fang.
Berjalan kaki sejauh 4 km di jalan-jalan pegunungan yang tidak rata tentu akan menjadi tugas yang sangat melelahkan, bahkan bagi seorang pemuda yang sehat sekalipun. Apalagi jika itu harus dilakukan oleh seorang nenek yang sudah berusia 66 tahun. Belum lagi, dia juga harus menggendong Fang, yang beratnya sekitar 40 kg, dan belum termasuk berat tas sekolah gadis itu. Sang nenek rupanya telah melakukan rutinitas itu selama lima tahun terakhir, sehingga jika dihitung dia telah menempuh perjalanan sejauh lebih dari 4000 km.
Sebab kondisi tubuh nenek yang tak lagi bugar, dia dan Fang akan berhenti untuk beristirahat setidaknya lima kali selama perjalanan. Dan, mereka selalu mengambil rute yang sama untuk kembali ke rumah. Kebesaran cintanya pada cucu semata wayangnya diungkapkan sang nenek dengan mengatakan bahwa dia selalu merasa khawatir dengan masa depan Fang, karena dia dan kakek sudah tua.
Nenek bahkan mengaku sering terbangun di tengah malam karena mimpi buruk yang terus berulang. Di mimpinya, sang nenek melihat Fang tergelincir ke dalam sebuah genangan air berlumpur dalam perjalanan ke sekolah dan dia mencoba untuk menarik cucunya, tetapi Fang tidak dapat meraih tangannya.
Fang bukannya tidak tahu bahwa perjalanan tersebut tentu sangat melelahkan bagi neneknya yang sudah tua. Untuk itu, dia mencoba untuk menahan berat badannya dengan dua kruk bambu yang dibuat oleh neneknya. Kruk itu akan menahan tubuhnya saat sang nenek mulai merasa kelelahan. Untuk membayar perjuangan neneknya, Fang berjanji untuk belajar lebih keras, agar upaya neneknya tidak sia-sia.
Untungnya, setelah kisah mereka dipublikasikan ke media, pemerintah setempat telah memindahkan keluarga tersebut ke sebuah rumah yang berada di dekat sekolah Fang. Mereka juga menyiapkan sebuah kursi roda untuk Fang, sehingga dia bisa lebih leluasa bergerak, tanpa harus terus bergantung pada neneknya. Pemerintah juga telah meminta lembaga medis lokal untuk melihat apakah ada harapan untuk Fang bisa berjalan lagi.
Cintailah orang-orang yang mengasihi Anda, selama Anda masih memiliki waktu untuk melakukannya. Karena, terkadang perhatian yang mereka berikan kepada Anda, terlewatkan begitu saja dengan berbagai rutinitas yang Anda jalani.
Quote:
Spoiler for 5. Demi Kuliah Anak, Pasutri Ini Daur Ulang 7.000 Botol Plastik Dalam Sehari:

Nelson Mandela mengatakan bahwa, "Education is the most powerful weapon which you can use to change the world." Yang dalam bahasa Indonesia berarti "Pendidikan adalah senjata paling ampuh yang dapat kamu gunakan untuk mengubah dunia."
Karena mengetahui pendidikan berperan penting pada masa depan anak, banyak orang tua bekerja keras dan menginvestasikan sebagian besar tabungan mereka untuk pendidikan anak. Salah satu di antaranya adalah Jiagu Zhu dan Jianying Liu.
Pasangan dari Hengyang, China, ini mengumpulkan dan mendaur ulang plastik untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dalam sehari, Jiagu Zhu dan istrinya, Jianying Liu, bisa mengolah lebih dari 180 kg plastik. Hal itu mereka lakukan untuk bisa melihat anak-anak mereka lulus perguruan tinggi. Menurut laporan situs berita China, Hua Xin Zai Xian, Jiagu dan istrinya rata-rata mendaur ulang lebih dari 7.000 botol setiap hari. Namun pada hari-hari sibuk, mereka bisa mengolah hingga lebih dari 10.000 botol per hari.
Dalam setahun, Jiagu dan Jianying bisa mendaur ulang hingga 20 ton botol plastik - ada sekitar 900.000 botol yang rusak. Selain botol plastik, mereka juga mengumpulkan barang-barang plastik daur ulang lainnya. Mengumpulkan plastik mungkin tampaknya hanyalah pekerjaan biasa, tetapi setiap proses membutuhkan usaha dan waktu yang luar biasa, karena bisnis ini sepenuhnya mereka jalankan sendiri.
Usaha ini dimulai 10 tahun yang lalu, ketika Jiagu menyewa sebuah unit pabrik. Bersama dengan istrinya, dia kemudian mendirikan pabrik daur ulang plastik tersebut.
Pagi buta, Jiagu sudah mengendarai sepeda roda tiganya, melewati lorong-lorong dan jalan-jalan untuk mengumpulkan sampah plastik yang berserakan. Sementara istrinya tetap bekerja di pabrik, mencuci dan memisahkan plastik untuk pengolahan lebih lanjut.
Ketika sedang diwawancarai, Jianying bahkan sering terlihat mengusap peluh yang mengalir di wajahnya. Dia berulangkali mengatakan bahwa pekerjaannya sulit dan melelahkan. Namun demi bisa melihat anak-anak mereka lulus perguruan tinggi, pasutri ini rela melakukan pekerjaan kasar tersebut.
"Karena setelah masa pahit, akan ada saat manis. Setelah Anda bekerja kerja keras, Anda akan menuai hasil yang baik. Kami tidak takut menjalani kehidupan yang keras, kami tidak takut pada pekerjaan yang melelahkan, kami dapat mengukir hidup bahagia dengan tangan kosong kami," kata Jiagu, begitu menginspirasi.
Bagi mereka, masa sulit itu telah berlalu. Mengapa? Karena kedua anak mereka telah lulus dari perguruan tinggi. Dengan semangat kerja keras itu, mereka berhasil memberikan masa depan yang cerah bagi kedua anak mereka. Mereka bahkan sudah berhasil mengirim salah satu putra mereka ke Jerman untuk mengejar gelar PhD.
Kita sering merasa putus asa dengan hidup kita. Kita selalu mempertanyakan kemajuan apa yang kita raih dalam hidup. Namun, Jiagu dan istrinya telah membuktikan kepada kita, selama kita memiliki tujuan dalam hidup dan kita mau bekerja keras untuk mencapainya, semua pasti akan indah pada waktunya.
Seorang Buya Hamka pernah mengatakan, "Jika hidup hanya sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Jika bekerja hanya sekedar bekerja, kera juga bekerja". Kisah Jiagu Zhu dan istrinya, Jianying Liu, pun menjadi gambaran nyata tentang makna perjuangan dan sikap pantang menyerah dalam menapaki kehidupan.
Kalo berkenan juragan boleh ngasih


Spoiler for Inget!:


Diubah oleh tengkorakece 01-08-2014 17:48
0
6.2K
Kutip
47
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan