Quote:
malam Forsex,
sebelum memulai thread, TS mengucapkan: Selamat Hari Raya Idul Fitri 1435 H. Mohon maaf lahir dan bathin bagi gan bro/sis yang merayakannya.

Luftwaffe Eagle Adolf Galland
tentu saja sudah banyak yang pernah mendengar tentang kisah seorang perwira Lutwaffe yang bernama Adolf Galland "Aces of the Luftwaffe" yang mencatatkan rekor merontokkan 100 lebih pesawat Sekutu sepanjang karirnya.
Adolf Galland, lahir tahun 1912, bergabung dengan Luftwaffe pada tahun 1934, setahun kemudian ia sudah menjadi pilot tempur dan pada tahun 1937 Adolf Galland bergabung sebagai sukwan di Condor Legion saat perang saudara Spanyol.
bertempur di Spanyol menjadi awal dari serangkaian karir Adolf Galland sebagai pilot tempur, terhitung, Polandia, Prancis, Battle of Britain (dimana ia mencatatkan prestasi sebagai ace Luftwaffe dengan pesawat Messerschmitt Bf 109nya merontokkan Hurricane dan Spitfire Inggris).
walau ia adalah pilot tempur yang merupakan salah satu ace Luftwaffe, namun Galland sangat menentang
killing enemy pilots while in their parachutes dengan mengatakan bahwa itu bukanlah pertempuran tapi pembunuhan.
menjelang berakhirnya PD 2, ia menghadang pesawat pesawat tempur sekutu di front barat bersama Jagdverband (JV) 44, dan mengalami luka yang lumayan parah, dan selanjutnya Galland menjadi tawanan sekutu.
Quote:
OBITUARY : General Adolf Galland
Adolf Galland was the most famous and dashing of the Luftwaffe aces who duelled with Fighter Command in the Battle of Britain. Galland, "Dolfo" to his admiring fellow fliers - who included adversaries as well as Luftwaffe aircrew - ended the war with 104 "kills", a score accumulated, in the words of his 1957 autobiography, From First to Last, first in the Spanish Civil War, and last, flying the first jet fighters on the Western Front in the closing days of the Second World War.
Galland's aggressive individualism brought him into conflict more than once with his commander-in-chief, Hermann Goering, most notoriously during a visit which the fat Reichsmarschall paid to his airfield in the Pas de Calais during the Battle of Britain. Goering, irritated by the Luftwaffe's inability to clinch victory, asked the young ace sarcastically what more he needed, to be told, "Herr Reichsmarschall, a squadron of Spitfires!" Galland said later that he preferred his own Messerschmitt 109s but was not prepared to allow Goering to get away with the jibe.
Galland's career didn't suffer from this display of chutzpah, which enhanced an image, carefully fostered in the German press, of a swashbuckling, darkly romantic young flier, chomping on a black cheroot while being prepared by his groundcrew for yet another sortie across the English Channel.
He was the last surviving holder of the highest German awards for bravery, the Knight's Cross with Diamonds, Swords and Oakleaves, the reward for a career which included 58 victories by the end of the Battle of Britain, and further "kills" while he was officially one of the chair-bound top brass. The rivalry to become top-scorer which Galland and another pilot, Werner Molders, had engaged in from the fall of France in 1940 reached a climax in the skies over southern England. Molders remarked, "If Galland wishes to become the Luftwaffe's Richthofen, I am content to be its Boelcke" (Manfred von Richthofen's mentor in the First World War). Molders ended the Battle of Britain three kills behind Galland and, like Oswald Boelcke, was killed soon afterwards in a crash.
Adolf Galland was born in 1912, in Westphalia, the son of an estate manager and the descendant of 17th-century Huguenot refugees. Accepted by a commercial aviation school in 1932, he transferred to the infant, and still illegal, Luftwaffe, and had to complete his training undercover in Italy. In 1935, after conducting flying training at a Bavarian fighter pilot school, he was posted to the 1st fighter wing, the Richthofen - only to be relegated to a ground-strafing role in Spain.
He pressed for transfer to fighters and made his mark immediately in the Second World War by destroying three Belgian Hurricanes on the same day, a score he had pushed to 12 by the time of Dunkirk. As commander of Fighter Wing JG26, his reputation soon spread to the operations rooms and dispersals across the Channel, and when two of his opponents, Douglas Bader and Robert Stanford-Tuck, were later brought to his HQ after being shot down, he entertained them in the mess. Bader was allowed to test the controls of an Me109 at dispersal (but photographs show that Galland had a guard posted with his pistol drawn just in case). Galland became a long-standing friend of Stanford-Tuck; they visited each other regularly after the war, rough-shooting and practising acrobatics together.
In June 1941, Galland took to his parachute for the only time in his career, to the surprise of both himself and a young Spitfire pilot who had tried a chance burst. By then, however, he had been picked out by Goering as his Inspector of Fighters, with a brief to conduct fighter operations on all fronts.
Now a major-general - at 30, the youngest in the German forces - he was personally invested by Hitler with the highest decorations, but still had the temerity to urge the Fuhrer to stop the practice of denigrating the RAF over German radio. It led to a typical Hitlerian temper tantrum. Hitler nevertheless selected Galland to provide top cover for the dash by German battle cruisers through the Channel in February 1942, and heeded his warnings to bring more fighters back from other fronts to strengthen home defence.
Galland's straight talking and contempt for diplomatic evasion eventually undermined his standing with the Nazi hierarchy. Goering turned on him, accusing him of defeatism and of not employing correct tactics. This time, in a confrontation between them, the old fighter pilot in Goering lost to the Nazi leader, under pressure to counter the wholesale bombing of the Reich, and Galland was relieved of his command, being placed under house arrest. Only Hitler's direct intervention prevented further harassment - and Galland's suicide.
selengkapnya di
http://www.independent.co.uk/news/pe...d-1318925.html
Adolf Galland
Adolf Galland lahir pada tanggal 19 Maret 1912 di Westerholt. Di usia muda, Adolf Galland sudah belajar menerbangkan terbang layang dan mengikuti banyak turnamen terbang. Pada tahun 1934 bergabung dengan Angkatan Darat dan menjadi anggota resimen infantry, namun setahun kemudian dipindahkan ke satuan udara bernama JG 1. Pada bulan Mei 1937 Galland tiba di Spanyol, bergabung dengan Condor Legiun dan jabatannya adalah komandan Jagdstaffel 88. Selama di Spanyol, Galland belum menjadi penerbang ace. Namun kepemimpinannya banyak diacungi jempol oleh para atasannya di Jerman.
Saat PD II dimulai, Galland semakin menunjukkan kecemerlangannya baik sebagai penerbang atau sebagai komandan. Banyak penghargaan diraihnya dalam tahun 1938 sampai 1940 atas kepemimpinannya, walaupun jumlah angka korban yang dicapainya hanya 17 pesawat. Pada tanggal 22 Agustus 1940, Adolf Galland diangkat menjadi Komodor (Brigadir Jendral) dalam usia 28 tahun ! Sebuah prestasi yang menakjubkan.
Galland sendiri adalah sebuah pribadi yang penuh warna. Ia lebih pas disebut bintang film daripada seorang penerbang tempur. Galland sering terlihat bepergian dengan wanita-wanita selebritis dari kalangan ningrat, ke Paris dan berpesta pora. Tidak seperti mess penerbang tempur lain yang sunyi dan sederhana, maka mess Galland penuh dengan makanan lezat dan pesta. Di cockpit pesawatnya, Bf-109, Galland membuat tempat korek api, karena ia sering bertempur sambil merokok.
Hari-harinya sebagai komandan JG 26 yang bermarkas di Abbeville, Perancis Utara, dipenuhi dengan perang dan pesta. Suatu hari Galland berangkat menuju pesta Jendral Theo Osterkamp, sahabatnya yang juga penerbang ace dengan 32 pesawat korban. Galland mengemudikan pesawat sendiri saat itu, dengan lobster dan botol anggur di cockpitnya. Tiba-tiba ada 3 pesawat Spitfire Inggris menyerangnya. Galland langsung beraksi Saat bertempur, Galland sengaja terus melakukan komunikasi radio dengan para koleganya yang sudah berpesta di rumah Jendral Theo, hingga pesta sempat terhenti untuk mengikuti pertempuran Galland. Pesta berubah kembali menjadi hingar bingar saat Galland mengumumkan kemenangannya dengan menembak jatuh ketiga pesawat tersebut.. Saat mendarat di dekat rumah Jendral Theo, Galland langsung memamerkan lobster dan botol anggurnya yang masih utuh, sebagai bukti bahwa ia berhasil menembak jatuh 3 pesawat musuh dengan mudah.
Cerita lain yang menarik adalah kisah persahabatan Galland dan Douglas Bader, penerbang ace Inggris yang hanya memiliki kaki satu dan terbang dengan kaki palsu. Pada tanggal 9 Agustus 1941, Bader tertembak oleh anak buah Galland, namun Bader berhasil selamat dengan melaksanakan pendaratan darurat. Setelah tertangkap, Bader justru mendapat perlakuan yang istimewa dari Galland. Bader diundang dalam acara pesta malam dan Galland memerintahkan pesawat palang merah internasional untuk melintas di atas pangkalan JG 26 dan menerjunkan kaki palsu pengganti bagi Bader yang hilang saat pesawatnya tertembak. Sayangnya niat baik Galland justru dibalas dengan buruk oleh Inggris. Pesawat palang merah yang melintas ternyata tidak hanya menerjunkan kaki palsu Bader, namun juga menjatuhkan bom. Bader akhirnya dipenjarakan, namun menjadi sahabat kental Galland setelah PD II usai.
Sebelum akhir tahun 1942, Galland yang berusia 30 tahun, dipromosikan menjadi Mayor Jendral dan menjadi Letnan Jendral dua tahun kemudian. Jabatan Galland adalah Inspektur Jendral Unit Pesawat Tempur Luftwaffe. Akhir 1944, terjadi perselisihan antara para komandan lapangan dan pimpinan pusat Luftwaffe tentang strategi yang akan dijalankan di PD II. Para komandan lapangan berhadapan dengan Herman Goring, Kepala Staf Luftwaffe. Para perwira lapangan yang kukuh pendirian lalu mengundurkan diri dari tugas termasuk Galland. Hitler ternyata berpihak pada Goring. Galland ditarik ke pusat, bekerja di staf namun masih berhak menyandang pangkat lamanya.
Sampai akhir perang, Galland memiliki rekor 104 pesawat korban. Galland ditangkap oleh pasukan Sekutu tanggal 14 Mei 1945 dan menjadi tawanan perang sampai tahun 1947. Saat keluar penjara, ia dilarang untuk menjadi penerbang, hingga harus kerja serabutan sebelum mendapat undangan dari AU Argentina untuk menjadi penasehat. Galland membantu AU Argentina untuk menyusun doktrin-doktrin tempur yang nantinya dipakai dalam Perang Faklands di tahun 1982. Pada tahun 1955, Galland kembali ke Jerman. Galland memilih Jerman Barat, dan mengajukan permohonan untuk dapat kembali berdinas di Angkatan Udara. Permohonannya ditolak oleh Menteri Pertahanan. Tragisnya nasib seorang pahlawan perang, Galland memilih mendirikan sebuah biro konsultan kedirgantaraan di Bonn dan baru meninggal tanggal 9 Pebruari 1996 karena serangan jantung.
http://budhiachmadi.wordpress.com/2009/page/26/
Quote:
Lutwaffe’s – Pasukan Udara Yang Luar Biasa
Kala PD II pecah, Luftwaffe dipenuhi pilot-pilot berpengalaman tempur. Mereka umumnya sudah pernah makan asam garam pertempuran udara sesungguhnya dalam perang saudara di Spanyol. Sayang, bakat dan talenta yang telah terasah tenggelam begitu saja gara-gara kekisruhan politik serta semrawutnya keputusan Berlin.
Walau penting, tapi kecanggihan mesin perang tak selalu jadi kartu truf buat memenangkan sebuah pertempuran. Lebih penting lagi adalah kepiawaian orang yang mengoperasikannya. Man behind the guns, begitu pepatah asing menyebutnya.
Keterlibatan Hitler dalam perang saudara di Spanyol (1936-1939) rupanya membawa hikmah bagi AU Jerman Nazi (Luftwaffe). Disini sejumlah pilot-pilot tempur muda yang dilatih secara rahasia bisa unjuk gigi dibawah bendera Legiun Kondor. Sebut saja diantaranyaLutzow, Wolfgang Schellman, Walter Oesau, Wilhelm Bathasar, Wolfgang Lippert dan Herbert Ihlefeld. Namun dari deretan nama tadi, ada satu yang dianggap paling menonjol yaitu Werner Molders.
Penyandang gelar aces dengan total skor 151 pesawat lawan ini menciptakan taktik perang udara. Schwarm atau formasi tempur empat pesawat, begitulah nama taktik perang udara temuan Molders. Keunggulannya mau tak mau membuat sekutu (Inggris) menjiplak taktik serupa. Meski untuk itu, orang Inggris lantas mengubahnya dengan sebutan four-fingers formation.
Selain kepiawaian, ada satu alasan teknis yang membuat pilot-pilot Luftwaffe lebih galak menghimpun skor. Sepanjang perang mereka bertempur terus menerus tanpa mengenal kata istirahat atau libur. Sebaliknya, pilot-pilot sekutu umumnya mengambil cuti setelah merampungkan 30 hingga 40 kali misi udara.
Saat pasukan udara sekutu mulai mengancam Berlin, kembali dedengkot Nazi ini membuat kesalahan. Jet Messerschmitt Me 262 yang aslinya dirancang sebagai pencegat disulap untuk keperluan fighter-bomber.
artikel lengkap di
http://duniamatapena.wordpress.com/2...g-lauar-biasa/
hingga berakhirnya perang Galland termasuk satu dari sedikit yang selamat dari para legenda PD 2 negara Jerman dan Galland juga bersih dari kejahatan perang, ia baru berpulang ke Penciptanya pada tahun 1996, di usia 84 tahun.
tamat..
----------
